Rabu, 27 April 2011

PsycoLove : Cagni #15


Ibarat sebuah masalah, yang sebenarnya memang masalah. Hidup seorang Cakka nggak henti-hentinya bermasalah. Saat masalahnya dengan Angel sudah selesai, semua tentang Zahra dan Agni bergantian mengisi kepala Cakka, sebagai masalah!


Zahra, entah ada apa hubungannya dengan Cakka, yang pasti Cakka masih menganggapnya. Cakka masih sering jalan sama Zahra kalo nggak lagi sama Agni dan masih menyempatkan semuanya untuk Zahra walaupun Cakka sudah memaksa Agni untuk menjadi miliknya.

Egois? Tentu. Itu sifat alamiah manusia. Siapa sih yang nggak egois? Munafik. Cakka akui semua itu, kalo dia bisa dia ingin Zahra juga Agni dalam genggamannya. Mereka berdua, kalo bisa!

“… gue pergi duluan yow!”

Melihat Agni yang melenggang tanpa beban menuju mobil yang entah milik siapa, Cakka yakin betul Agni di mobil itu cuma berdua sama yang nyetir dan lagi-lagi itu ngebuat Cakka ngerasa ada gemuruh kebencian di hatinya.

Melangkah cepat menuju mobilnya dan sudah menentukan langkah selanjutnya yang akan di lakukan. Cakka memutuskan membuntuti mobil yang tadi Agni tumpangi dan… dan seterusnya biar Cakka sendiri yang nyelesaikan!

Menjelang memasuki jalan yang sepi dengan lalu-lalang kendaraan lain Cakka menyalip mobil yang di tumpangi Agni, berhenti dan mencegatnya. Cakka kemudian turun dari mobilnya, mengetuk-ngetuk kasar jendela kaca bangku penumpang yang memang ada Agni di dalamnya.

“Ag? Mampus gue! Lo sih, aaa rusak entar mobil gue.” Lintar yang Agni tumpangi mobilnya panik melihat Cakka mengetuk-ngetuk kaca mobilnya.

Agni mendengus kesal. “mobil Lo Cuma di ketok doang kacanya! Gimana bisa rusak coba?” Agni beralih memperhatikan keluar dan menangkap Cakka yang masih usaha banget ngetok kaca mobil Lintar.

Lintar pasang tampang melas. “Lo turun deh, Ag! Biar kita selamet.”

Kita bagi Lintar tadi bukan berarti dirinya dan Agni, tapi lebih ke mobilnya dan Lintar sendiri. Agni nggak termasuk ‘kita’ Karena dapat di pastikan kalo Agni turun, Agni pasti nggak selamat.

 “nggak mau gue, Lo aja yang turun. Gimana?” tawar Agni. Sempat banget.

“kan bukan gue yang di cari dia?”

“siapa bilang? Dia nyari gue dan Lo sama gue, Lo pasti kecipratan juga. Lo ntar kena pukul,  Lo kena gebuk, Lo kena…”

“jadii… gue mesti gimana dong??”

“mundur cepet!!!”

Lintar histeris, Agni kalang kabut. Lintar panik, Agni menciut.

Cakka menatap Agni tajam saat Agni menoleh ke sampingnya. Tanpa Cakka bicara pun Agni tau jelas mau Cakka. Cakka mau Agni ngebuka pintu di sebelahnya ini. Dan setelah itu…

“buka!”

Cakka berbicara biasa tanpa penekanan emosi, tapi bagi Agni itu pasti cuma kamuflase suara Cakka aja biar dia keluar dan nyatanya pas Agni buka pintunya nanti pasti semuanya langsung beda. Beda? Cakka nggak tau deh bakal ngapain…

Lintar nggak henti-hentinya ngedukung Agni buat ngebukain itu pintu. Kalo nggak di suruh buka, ya Agni-nya yang di suruh keluar. Lintar seperti di suruh memilih antara dua pilihan, keselamatan Agni atau keselamatan mobilnya. Dan Lintar pasti lebih memilih, Mobilnya!

Agni membuka kaca mobil di sebelahnya perlahan dan dengan setia Cakka menunggu di luar sana.

“kenapa?” Agni langsung berketus ria saat kaca sudah terbuka sepenuhnya. Menatap Cakka tajam dengan bahasa tubuh yang ogah banget dah!

Semuanya berlangsung cepat, sangat cepat bahkan! Lintar yang ngeliat semuanya juga, sebenarnya antara kaget, nggak percaya sama… sama apa ya? semua yang amazing deh!

Cakka langsung narik Agni keluar dari mobil! Cakka narik Agni keluar tapi bukan lewat pintunya! Lewat… lewat jendela mobil? Jendela mobil yang kacanya baru Agni buka tadi?! Cakka cukup ngulurin tangannya ke dalam dan… yak! Dapat!

Lintar cengo, Agni shock! Tadi Agni pake rok!! Bukan-bukan, Agni shock bukan gara-gara dia pake rok. Tapi… tapi gara-gara baru kali ini dia di tarik keluar mobil lewat jendelanya??

Tanpa basa-basi Cakka narik tangan Agni buat ngikutin dia ke dalam mobilnya. Mobil Cakka. Mendudukan Agni di bangku belakang lalu menuju bangku pengemudi. Menutup pintu lalu mengunci semuanya dan diam sebentar, untuk menimbulkan suasana yang mencekam!!

Agni bungkam. Dengan prediksi hatinya yang selalu benar, dugaan Agni sementara. Sebentar lagi Cakka bakal kumat. Agni masih sempat-sempatnya menantang tatapan Cakka padanya. Seenggaknya biar Cakka tau Agni berani sama dia meski pun cuma akting doang.

Mobil Cakka melaju meninggalkan mobil Lintar beserta Lintar-nya yang mematung di dalam mobil. Cengo! Tadi itu keren banget. Mungkin kalo Lintar punya cewek ntar cara jemput ceweknya lebih praktis, tanpa pintu jendela pun jadi.

***

Dalam diam Cakka mengendarai mobilnya dan dalam diam juga Agni memutar keras otaknya mencari cara menyelamatkan dirinya. Kalo di lihat-lihat dari perjalanan yang di tempuh Cakka ini, Cakka kayaknya bakal ngebawa Agni ke taman kota deh. Tapi buat apa?

“sampe!” mobil Cakka berhenti dan sudah terparkir rapi di tempat parkir khusus mobil. Tanpa menoleh ke Agni Cakka langsung turun. Agni menghembuskan nafas lega. Prediksinya kali ini salah! Haha!

“turun atau gue gendong!” kepala Cakka tiba-tiba muncul lagi dan mengagetkan Agni. Nada suaranya mengancam. Meski pun ancamannya yang nggak masuk akal, tapi Agni tau benar kalo dia nggak turun Cakka bakal bener-bener ngegendong dia turun.

Agni turun dari mobil dengan pasrah. Tapi tatapan matanya masih menantang pada Cakka. Berani!! Tapi boongan.

Cakka langsung menggenggam tangan Agni dan membawa Agni mengikutinya. Agni sebenarnya risih pake baju sekolah, jalan-jalan ke taman kota, terus pake gandengan sama Cakka lagi.

“gue milih Lo!” kata-kata itu tiba-tiba aja terlontar dari mulut Cakka dan tentu ngebuat Agni harus menelaah lama maksudnya.

Bodo amat!! Agni berhenti mencari tau maksud Cakka dan lebih memilih berusaha melepas tangan Cakka dari tangannya.

“coba sekali lagi, gue cium Lo di sini.” Ancaman nggak masuk akal kedua, tapi bakal beneran Cakka lakuin kalo Agni masih berani usaha ngelepasin tangan Cakka dari tangannya.

Agni berhenti usaha dan pasrah, tapi nggak pasrah-pasrah amat. Otaknya masih berputar keras mencari cara buat kabur!! Agni yang asik berkelut dengan pikirannya sendiri, sampe-sampe nggak menyadari keberadaannya yang sekarang.

Cakka berhenti dan juga memaksa Agni ikut berhenti di sebelahnya. Jauh di sana terlihat dua orang cewek yang duduk manis di salah satu bangku taman dan sepertinya asik berbincang sampe-sampe nggak menyadari kehadiran Cakka, yang sebenarnya memang jauh.

Agni mengikuti saja apa yang dilakukan Cakka. Nggak lama Cakka kembali melangkah, mendekati dua cewek yang tadi dia perhatikan dari jauh. Angel… dan Zahra.

“Cakka?” Zahra berdiri saat melihat Cakka mendekat ke arahnya.

Zahra tersenyum manis pada Cakka dan juga pada Agni. Entah apa Zahra tau apa yang sebenarnya, yang pasti senyumnya pada Agni senyum hangat persahabatan. Bukan senyum benci permusuhan!

“siapa yang Lo pilih?” Angel membuka suara sambil ikut berdiri mendampingi Zahra.

“Angel!” bentak Zahra pada Angel. “Lo Agni ya?” Zahra bertanya pada Agni dan mengulurkan tangannya, “gue Zahra.”

Alis Agni bertaut, ini cewek mungkin nggak kenal Agni kali ya? Agni ini mantan tunangannya Cakka wooy!!

Agni menerima uluran tangan Zahra dan berjabat tangan lah mereka. Tangan Cakka nggak sedetik pun melonggar terhadap Agni. Bahkan saat Agni menjabat tangan Zahra, genggaman tangan Cakka malah terasa tambah erat.

“Lo pilih siapa?” Angel mengulang pertanyaannya dan menatap Agni tajam.

Angel mana berani natap Cakka, dan jadilah Agni pelampiasan Angel.

“pilih apa sih?” Agni membuka suara dan menanyakan apa yang terjadi sebenarnya.

Cakka mendelik pada Agni saat Agni lagi-lagi akan bertanya. Agni langsung bungkam.

“kenapa ada Lo disini?” tanya Cakka sinis pada Angel.

“membuktikan Lo nggak bohong lagi! Lo kan tukang bohong, Cakka Nuraga!!” nada mengejek terdengar jelas dari suara Angel.

Cakka memandang Agni lalu beralih memandang Angel tajam. “sudah jelaskan gue pilih siapa.” Katanya kemudian. “Zahra, gue nggak…”

“gue nggak pa-pa, Kka. gue bahagia kalo Lo bahagia.” Zahra memotong ucapan Cakka dan berangsur mendekatinya. “seenggaknya sekarang gue tau rasanya mencintai dan di cintai.” Zahra meraih tangan Cakka dan begitu saja Cakka melepas genggamannya pada Agni.

Cakka-Zahra berhadap-hadapan dan saling genggam di hadapan Agni! Agni memandang jengkel pada Zahra. Dengan mulai menghentak-hentakan kakinya sebagai tanda dia ada dan melihat semuanya, Agni terus berusaha agar Cakka sadar dan melihat dirinya.

Niat kabur Agni nggak lagi ada. Semuanya ganti, jadi Agni yang menunggu Cakka untuk menggenggam kembali tangannya?

Agni alih-alih memandang Angel dan mendapati Angel tersenyum mengejek padanya. Rona merah tanda marah terpancar banget dari wajah Agni. Marah, jengkel, sedih semua jadi satu. Perasaan apa ini sebenarnnya?

Bilangnya milih Agni?

Zahra kembali tersenyum memandang Cakka dan begitu pula sebaliknya. Ini taman kota! Di sini taman kota!! Zahra mulai berjinjit di hadapan Cakka dan Cakka yang mulai menunduk kepada Zahra. Di taman kota!

Orang-orang di sekitar mereka berhenti sebentar dan menunggu. Semuanya menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. Agni yang juga sedang menunggu merasa ada yang menggenang di pelupuk matanya. Cakka memang pembohong, nyatanya! Bilangnya tadi milih Agni!

Agni berbalik. Melangkah pergi dengan berusaha kuat agar air di matanya ini nggak jatuh. Ngapain nangis gara-gara playboy tukang bohong kayak Cakka? Nggak guna!

Cakka-Zahra sudah bener-bener dekat saat Cakka sendiri yang menghentikannya. Cakka seakan tersadar lalu berhenti mendekatkan wajahnya pada Zahra dan mengangkat kembali wajahnya.

“seperti yang gue bilang, gue pilih Agni.” Dengan lembut Cakka mengurai genggaman Zahra.

Zahra tertawa kecil. “bukti?” Zahra memiringkan sedikit kepalanya saat menanyakan ‘bukti’ pada Cakka.

Cakka tersenyum tipis lalu mencari keberadaan Agni. Agni nggak lagi di sampingnya? Terus kemana? Cakka mengedarkan pandangannya dan melihat Agni lagi berusaha menerobos gerombolan orang yang sudah membuat lingkaran di tengah taman kota. Menonton Cakka-Zahra tadi.

Semua kecewa. Nggak jadi dapat tontonan gratis.

Agni berjalan sambil menunduk agar nggak ada yang liat matanya yang lagi menggenang. Dan tanpa melihat terus berjalan lurus yang penting jauh dari Cakka! Langkah Agni berhenti saat Cakka menahannya. Cakka menahan lagi tangan Agni dan membaliknya.

“cemburu?” goda Cakka.

Dengan kepala masih menunduk, Agni menggeleng cepat. Agni lalu menarik tangannya kasar dan berbalik melarikan diri. Ini tujuannya tadi! Agni berjalan cepat sambil terus mempertahankan airmatanya. Jangan sampe jatoh!!

Lagi! Lagi, Agni berbalik dan… riuh gemuruh tepuk tangan membahana.

Cakka langsung memeluk Agni dan menciumnya di depan mata semua orang yang menonton mereka. Saling bergantian dengan teriakan, suitan dan juga riuh tepuk tangan. Semuanya seakan mengiringi Cakka sama Agni yang asik sendiri.

Pertahanan Agni runtuh. Airmatanya tumpah dan dengan sendirinya Agni mulai membalas pelukan Cakka dan membiarkan aja semua perlakuan Cakka padanya. Tapi sayang, semua nggak berlangsung lama, soalnya…

Nggak lama kemudian, pelukan Agni pada Cakka melonggar dan saat itu juga tubuh Agni merosot dan... Agni pingsan?!

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar