Jumat, 29 April 2011

Musical Heart : Cagni #1

Agni memandang Cakka yang diam disebelahnya. Sudah hampir sejam mereka duduk dalam diam ditaman komplek ini. Setiap kali di ajak bicara Cakka hanya menjawab sekedarnya bahkan nggak jarang malah dicuekin.


Agni yang keki sendiri dikacangi akhirnya beranjak pergi meninggalkan tanpa pamit hingga Cakka nggak tau kalo Agni sudah nggak ada lagi disampingnya. Semingguan ini sikap Cakka agak sedikit berubah pada Agni. Cakka adalah pacar Agni. Mereka jadian 2 minggu lalu.

Agni pada awalnya nggak punya rasa pada Cakka, Cakka terkenal playboy dan suka gonta-ganti cewek. Hal itu membuat Agni nggak percaya sedikitpun dengan kata cinta yang di ucapkan Cakka, tapi 2 minggu yang lalu akhirnya Agni menerima Cakka. Cinta mendadak melandanya dan Cakka sendiri sudah berjanji meninggalkan predikat playboynya demi Agni.

“Agni!!”

Cakka berlari menghampiri Agni yang berjalan sendirian tanpa arah. Agni menghentikan langkahnya dan menunggu Cakka menghampiri dirinya. Dengan tampang yang bĂȘte abis Agni karena dikacangi tadi Agni kembali melanjutkan jalannya setelah Cakka tiba disebelahnya.

“kenapa?” tanya Agni datar. Sekarang dia lagi benar-benar malas bicara pada Cakka. Cakka mempercepat langkahnya mendahului Agni dan berdiri tepat didepan Agni hingga otomatis Agni juga menghentikan langkahnya.

Agni langsung menampilkan tampang murkanya pada Cakka. Tadi aja orang ngomong dikacangi, sekarang ngehalangi jalan orang. Ini bocah maunya apa sih?

“minggir!” perintah Agni. Cakka masih nggak bergeming. Dia malah menatap wajah Agni binggung.

“kamu kenapa?”

Agni benar-benar kesal sekarang. Cakka memang benar-benar menguras kesabarannya. Perubahan Cakka akhir-akhir ini membuat Agni yakin Cakka bosan padanya. Sifat Cakka yang cepat bosan sama cewek merupakan 1 hal yang takutkan Agni akan terjadi padanya.

Nggak mau berpikiran yang semakin aneh. Agni langsung berjalan melewati Cakka begitu aja. Cakka sebenarnya binggung dengan sifat Agni. Kenapa? Apa ada yang salah?

***

Akhirnya Agni tau kenapa Cakka berubah. Oik, Oik Cahya Ramandlani dia penyebabnya. Oik adalah mantan Cakka saat Cakka SMP. Putus karena nggak sanggup melakukan hubungan jarak jauh. Cakka yang di Jakarta dan Oik yang di Semarang membuat keduanya memutuskan putus dengan masih menyisakan rasa sayang pada pasangan masing-masing.

Agni merenung dikelasnya saat ini. Pandangannya menerawang pada sosok Cakka dan Oik secara bergantian. Oik telah kembali. Cinta pertama Cakka sudah kembali dan akan membuatnya didepak keluar dari ruang hati Cakka.

Oik saat ini tengah satu sekolah dengan Agni, dan otomatis dengan Cakka juga. Agni resah. Binggung harus bagaimana? Begitu banyak sisi pilihan untuknya. Sisi melepaskan Cakka untuk kembali pada Oik tapi harus mengorbankan perasaannya sendiri yang mulai menyayangi Cakka sepenuhnya dan sisi yang tetap mempertahankan Cakka namun hanya menyenangkan dirinya dan menghancurkan hati dua orang yang saling mencintai.

Tunggu dulu! Emangnya Cakka masih cinta sama Oik? Kalo nggak kenapa Cakka berubah? Kalo iya kenapa Cakka nggak langsung memutuskan Agni seperti Cakka memutuskan mantan-mantannya terdahulu?

“Kka! lo pilih siapa?”

“maksud lo?”

“Oik atau Agni?”

Agni serasa mendengar namanya dalam perbincangan 2 orang diluar kelasnya. Nggak sadar kah mereka Agni ada di dalam dan mendengarkan? Agni menajamkan pendengarannya. Kka? apa mungkin Cakka? Dan Oik atau Agni? Pasti itu benar Cakka dan sedang berbicara dengan temannya.

“gue nggak tau,” jawab Cakka ragu. Dia binggung jika disuruh memilih. Kenapa Oik datang saat dia sudah memiliki Agni?

“pilih salah satu sebelum dua-duanya yang terluka.” Ujar Irsyad, teman bicara Cakka. Cakka tersenyum kecil mendengar petuah Irsyad. Ternyata bisa serius juga. Tapi benar juga kata Irsyad sebelum keduanya yang terluka, tapi masa dia harus mengorbankan dari Agni atau Oik yang terluka?

“kalo misalnya. Lo pilih siapa?”

Cakka menimang-nimang pertanyaan Irsyad. Misalnya? Agni atau Oik?

“mungkin Oik,” jawab Cakka cengengesan. Entah serius atau sekedar guyonan. Tapi yang pasti jawaban itu membuat 1 orang secara nggak langsung terluka hatinya.

***

Agni pulang sendiri hari ini. Biasanya dia pulang bareng Cakka, tapi Cakka bilang dia hari ini masih ada keperluan. Agni sendiri nggak memusingkan keperluan apa. Hari ini dia benar-benar malas ngeliat muka Cakka.

Agni menghentikan langkahnya tepat didepan ruang OSIS. 2 orang disana menarik perhatiannya. Cakka dan… Oik?
“lama kita nggak ketemu, kamu apa kabar?” tanya Oik.

“baik, seperti yang kamu liat.” balas Cakka dengan senyum mengembang dipipinya.

“kamu nggak banyak berubah ya? Siapa pacar kamu sekarang?”

Pertanyaan Oik tadi membuat senyum Cakka sedikit memudar dan Agni yang sedari tadi menonton dari jauh menajamkan pendengarannya menunggu jawaban Cakka.

“ada, anak sini juga kok!”

Dari jawaban Cakka. Agni tau Cakka sebenarnya kikuk mengakui kalo dia sudah punya pacar. Agni memejamkan matanya menguatkan diri dengan apa yang dia lihat dan dengar. Agni kembali berjalan meninggalkan ruangan OSIS. Pulang adalah jalan terbaik untuknya sekarang.

Oik? Kenapa dia kembali didepan Cakka? Apa dia masih berharap pada Cakka? Atau Cakka yang berharap pada Oik? Sepanjang perjalanan dirinya asik memikirkan hal yang menyakiti hatinya sendiri.

Tiiinn… tiiinnnn… tiinnnnnn!!

Hampir saja Agni tertabrak sebuah mobil. Agni sedikit shock dan baru menyadari dari tadi dirinya melamun hingga nggak sadar saat mau nyebrang ada mobil yang sedang melintas.

“lo nggak pa-pa?” sang pengemudi keluar dari mobil dan menghampiri Agni yang masih terpaku ditempatnya. Agni menggeleng lemah. “maaf ya, tadi gue nggak liat.”

Agni tersenyum simpul. “harusnya gue yang minta maaf, gue nyebrang nggak liat-liat.”
“gue antar pulang?” tawarnya.

“nggak usah,”

“ayolah! Permintaan maaf hampir menabrak.” Rayu orang itu.

Agni mengangguk. “boleh deh, gue juga malas naek angkot!” Agni langsung mengambil tempat disamping pengemudi didalam mobil.

“nggak bareng Cakka?” orang itu membuka pembicaraan saat mobil mulai melaju memecah jalan.

“nggak dia lagi sibuk,” Sibuk? Sibuk sama Oik. Hati Agni menambahkan. “lo selalu pulang sendiri, Syad? Biasanya bareng Rahmi?”

“Rahmi juga sibuk!” jawab Irsyad yang akhirnya menutup pembicaraan sampai mobil tiba didepan rumah Agni.

“thanks ya, tumpangannya.” Agni akan meraih grendel pintu mobil saat tiba-tiba Irsyad menahannya. “kenapa?” tanya Agni binggung.

“nggak, nggak pa-pa. hati-hati ya!”

Agni sempat binggung dengan kelakuan Irsyad tapi nggak mempermasalahkan lebih lanjut. Toh, dia cuma mau bilang hati-hati kok. Agni turun dari mobil dan langsung masuk kehalaman rumahnya. Irsyad juga sudah pergi dari depan rumah Agni.

“jujur lah walau terkadang itu menyakitkan?” gumam Agni tiba-tiba.

Hapadeh, yang buat itu kata-kata pasti nggak ngerti rasa sakit. Jujur? Sakit? Jujur memang sakit. Tapi nggak salah dong bohong tapi membahagiakan. Wait, gue mikirin apa sih? Agni langsung ngacir kekamarnya dan membanting diri diatas kasur. Sesaat kemudian dia sudah masuk kealam mimpi.

***

Ini keterlaluan! Agni berlari secepat yang dia bisa. Apa harus dia merasakan ini? Rasa sakit hati! Agni berhenti di taman belakang yang sepi dan mengeluarkan semua air matanya. Kenapa ‘dia’ kembali? Agni menangis. Cakka memang nggak bakal berubah.

Siluet-siluet saat Cakka menembak Oik tadi kembali terputar jelas di pikirannya.

“aku masih sayang sama kamu, Ik!”

Hanya itu sebenarnya, tapi itu sudah dapat diartikan kalo Cakka masih sayang sama Oik dan mulai bosan dengan Agni. Agni duduk diam mencoba tak bersuara. Mencoba mendengarkan kata hati. Mencari tau apa yang harus dia lakukan.

‘Jujur memang sakit. Tapi nggak salah dong bohong tapi membahagiakan.’

Agni tersenyum kecil. Ini kata hatinya dan akan dia laksanakan. Berbohong demi kebahagiaan! Agni mengusap pelan air matanya kemudian berbalik menuju kelas. Setibanya dikelas, sepertinya tidak ada yang menyadari keadaan Agni yang sedikit berantakan.

“Ag, tadi Cakka nyariin lo! tapi lo nggak ada, jadi dia balik ke kelasnya deh!” lapor Lintar saat Agni tiba dibangkunya. “eh, mata lo kenapa? Abis nangis ya?” Lintar melihat mata Agni yang merah.

“eh, enggak! Nggak pa-pa kok.” Agni gelagapan menutupi matanya. “ini tadi kelilipan dihalaman belakang.” Terang Agni bohong! Lintar percaya dan akhirnya nggak bertanya lagi dan pergi.

Ngapain Cakka nyariin gue? Bukannya sudah ada Oik? Pikir Agni. Eh? Apa mungkin dia nyari gue buat minta putus? Agni mulai memikirkan yang nggak-nggak. Buat ngomong kalo dia cinta sama Oik dan bosan sama gue? Agni bergelut dengan pikirannya sendiri.

“Ag! Cakka noh!” Lintar memanggil Agni dan menunjuk Cakka yang menunggu di depan pintu kelas.
Dengan lunglai, Agni menyeret kakinya mendatangi Cakka. “kenapa?” tanya Agni ogah-ogahan. Feelingnya kuat akan perasaan nggak enak.

“kamu kenapa?” tanya Cakka lembut.

Agni mendengus putus asa. “gue mau ngomong!” Agni langsung menarik Cakka dan membawanya ketempat di mana tadi dia menangis.

“kenapa?” Cakka binggung dengan perubahan sikap Agni.

Agni mendorong Cakka hingga Cakka terduduk dibangku yang tadi di pakai Agni untuk menangis. “jawab yang jujur.” cerca Agni langsung. “lo masih sayang sama Oik?”

Cakka tercekat. Kenapa Agni nanya masalah ini? Dia tau dari mana? Batinnya. “maksud kamu?” Cakka mencoba mengelak.

Agni kembali mendengus. Cakka bohong! “kita putus aja, Kka!” kata Agni putus asa. Cakka melotot. “kamu masih sayangkan sama Oik?”

Cakka masih nggak percaya. Agni tau dari mana? “Ag, kena…”

“nggak pa-pa lagi, Kka! easy!” Agni tersenyum paksa kemudian melenggang pergi. “kita putus, oke!” kata Agni enteng.

Cakka terperangah. Segampang itukah Agni bilang putus? Dan dari mana Agni tau tentang Oik? Cakka nggak habis pikir dengan semua ini. Masih cinta dengan Agni dan juga masih sayang dengan Oik. Siapa yang Cakka pilih sekarang? Oik di depan mata dan Agni yang sudah mulai lepas dari genggamannya.

Agni merasakan lega dihatinya, meskipun sakit! Ini lebih baik! Pikirnya. Bohong demi kebahagiaan Cakka-Oik. Lebih baik membohongi perasaan sendiri dari pada harus merusak kebahagiaan orang lain. Itu lah arti kebohongan demi kebahagiaan.

Akhirnya kita harus memilih satu yang pasti…
Mana mungkin terus jalani cinta begini…
Karena cinta tak akan ingkari takkan terbagi…
Kembali lah pada dirinya biar ku yang mengalah…
Aku terima…
( Tangga - Cinta Begini )

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar