Rabu, 27 April 2011

Lucifer #2

Alvin Jonathan, siapa yang nggak kenal dia? Pemilik sekaligus penguasa Noszta, meskipun Noszta bukan miliknya seorang. Memiliki dua saudara lagi yang bisa di sebut sebagai penguasa Noszta juga. Cakka Nuraga dan Via Azizah. Mereka kembar tiga!
Hari ini bisa dibilang hari yang bersejarah bagi Alvin, bagi kedua kembarannya, juga bagi Noszta HS. Karena hari ini adalah hari dimana Alvin akan mulai melakukan kegiatannya yang lebih penting dibandingkan sekedar tawuran dengan Niaza.

“gue mau pindah ke Niaza HS!”

Seketika saat itu juga Cakka yang sedang makan menghentikan kegiatannya dan nganga lebar dengan mulut penuh makanan sedang Via yang sedang minum malah menjatuhkan gelasnya hingga pecah berkeping-keping. Kaget!!

“jangan becanda Lo, Vin!”

“gue nggak becanda, gue mau pindah ke Niaza!” ujar Alvin penuh rasa bangga. “dan untuk sementara pasukan Noszta Lo yang urus!”

Mata Cakka melebar. Dalam hati mulai yakin kalo-kalo kembarannya yang satu ini mulai pengen jadi pelawak. Becandanya kelewatan! “nggak! Malas gue.” Tolak Cakka langsung.

“siapa yang Lo incar sekarang?”

Cakka-Alvin berangsur menoleh pada Via yang mulai mendekati mereka. Meninggalkan begitu aja itu pecahan gelas kacanya. Via adalah adik Alvin-Cakka tapi untuk kadar kepemimpinan yang sebenarnya ya Via ini yang harusnya menjadi anak pertama, bukan Alvin.

Cakka mengerutkan keningnya, bingung. Alvin? Dia tenang, diam memandang layar tivi yang di tontonnya, Via memang selalu tau apa maunya. “namanya Agni, leader Niaza!”

“Lo kesana mau gimana? Lo mau nyamar? Ngubah identitas? Ganti nama? Ganti penampilan? Ato ganti…”

“gue datang ke Niaza tetap sebagai Alvin Jonathan,” Alvin memotong perkataan Cakka sambil memandangi kedua kembarannya. “dan seterusnya biar gue yang urus!”

Cakka cengo. “terserah Lo dah!”

Alvin tersenyum. “Via?” tanyanya pada Via.

***

“gue bilang kan gue yang ngurus!”

“gue nggak mau tau! Ini demi nama baik Noszta, Vin! Lo mau ngejatuhin harga diri Lo di depan anak Niaza? Oke! Gue tau Lo cinta dia tapi kalo cinta ya jangan segitunya lah!” ceramah Via pada Alvin.

Alvin emosi berat sekarang, dia nggak di perbolehkan untuk pindah. Tapi sama Via di perbolehkan datang ke Niaza sebagai tamu. Tamu? Perwakilan sekolah  yang bakal ngikutin cara pembelajaran di Niaza. Pertukaran pelajar ceritanya, tapi antar sekolah.

Tapi tetap aja Alvin nggak terima, selain dia nggak bisa sesukanya berada di Niaza,  dia juga nggak pertukaran sendiri. Via bakal bawa 3 anak lagi untuk nemenin Alvin dan Via sendiri juga ikut. Jadi 5 orang.

“Lo ikut, Kka!” tunjuk Via pada Cakka. “ntar gue bawa Ify sama Nova juga, jadi pas 5 orang!”

“terserah!” Cakka pasrah dengan apapun keputusan Via.

“Vin? Gimana? Setuju nggak? Kalo nggak nggak usah pergi sekalian?!” tandas Via galak pada Alvin yang manyun semanyun-manyunnya.

Alvin pasrah sudah. Kembarannya yang satu ini sama seperti dirinya, susah di bantah! “terserah Lo!” sahut Alvin malas.

***

Berkali-kali mengetukkan pulpen ke atas kepalanya, sambil berkomat-kamit nggak jelas meminta suatu wangsit datang memberinya ilham serta wahyu dalam menghadapi cobaan hidupnya yang berat juga menengangkan. (?)

Agni mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru kelas, memelas kepada siapa pun yang sempat menoleh dan melihatnya.

“nomor 1 sampe 10!” bibirnya lipsync pada siapa saja yang sempat menatapnya.

Beberapa anak yang sempat menoleh mengerutkan keningnya. Ini sekarang lagi ulangan matematika, ada 10 soal dan dikasih waktu 1 jam dan sekarang waktunya tinggal 20 menit dan Agni nanya 1 sampe 10. Berarti Agni belom semua? (Mumet dah!)

Sepanjang mata memandang semua anak di kelasnya sibuk menunduk menatap kertas jawaban masing-masing. Asik menulis isian maupun mencoret coretan, tapi ya hanya Agni sendiri ini yang sibuk lirik kanan-kiri, mencari jawaban.

“Lintar!” panggil Agni dengan suara puelann. Lintar yang ada di depan Agni menoleh sekilas dan memincingkan matanya. “Liat isian Lo!”

Lintar mengucek sebentar matanya kemudian mengambil kertas jawabannya dan memberikannya kepada Agni. Senyum manis mulai terukir indah pada wajah Agni tapi seketika memudar saat melihat lembar jawaban Lintar.

Agni menggigit bawah bibirnya sebagai pelampiasan amarahnya. Lintar bego! Lembar jawabannya kosong! Nama sama kelas aja belum di tulis! Merutuki nasip duduk di barisan anak-anak yang doyan bikin kasus doang dari pada belajar. Sial!

“nih, gue nggak perlu!” Agni mengembalikan lembar jawaban Lintar kasar. Lintar nggak ambil pusing langsung ngambil lembar jawabannya dan nelungkupin kepalanya keatas meja.

Agni tambah keras menggigit bawah bibirnya. Lintar dari tadi tidur?!!

“waktu habis!!” Pak Dave berteriak heboh di depan kelas. Anak-anak semua mulai grasak-grusuk. Terlebih Agni beserta komplotannya.

“Sion! Gue liat isian Lo sini!” tangan Agni mengapai-gapai pada Sion yang duduk tepat di belakangnya.

Sion menggeleng lemas sambil mengangkat lembar jawabannya yang kurang lebih dengan punya Agni. Cuma bertuliskan nama dan kelasnya. Agni langsung lemas. Pintar berantem nggak menjamin berhasil di matematik.

***

“ntar Lo cari caranya biar kita bisa nyontek!”

“Lo! Lo cari tau ulangan yang begimana yang bakal itu guru keluarin!”

“Lo nyari kunci jawabannya siapa tau ada!”

“dan Lo pelajari lagi ulangan yang kemaren siapa tau keluar lagi!”

“dan yang nggak kebagian tugas, harus nurutin maunya yang dapat tugas!” Agni membagi-bagi tugas pada 10 pasukan Niaza yang sekelas dengannya dan ikut ulangan ulang dengannya.

Pak Dave memutuskan mengadakan ulangan ulang pada anak-anak yang lembar jawabannya nggak ada isiannya. Pak Dave hampir menangis saat mendapati 10 orang dari tiap kelas XI yang ada. Dan tanpa Pak Dave ketahui, mereka semua adalah pasukan Niaza.

Tak lama setelah membagi-bagi tugas, riuh sorakan dan suitan mengganggu indra pendengaran Agni. Teriakan cewek-cewek nggak jelas memekikan telinga dan suitan genit dari semua cowok-cowoknya. Niaza HS kedatangan beberapa tamu penting kayaknya.

“ada apaan sih?” Agni masih tampak bingung dengan apa yang dilihatnya. Maju menyeruak diantara kerumunan anak-anak yang bergerombol di pinggir lapangan.

Agni memincingkan matanya menatap dari jauh logo baju beberapa anak yang melintas ditengah lapangan. Itu kayak lambang baju anak Noszta HS? Anak Noszta?! Ke sini?! Agni langsung-langsung merasa emosinya memuncak dan saat itu juga melesat maju mendatangi 5 orang anak Noszta yang anteng jalan di tengah lapangan.

Iyel kelabakan sendiri saat melihat Agni yang menghampiri siswa-siswi Noszta itu. Lupa ngasih tau Agni kalo sebenarnya kepala sekolah Niaza sendiri yang ngundang perwakilan Noszta kesini.

“ada masalah apa kesini?” cerca Agni langsung pada dua cowok dan tiga cewek dihadapannya.

Agni memandang nggak suka semua mahluk Noszta dihadapannya. Anak-anak belagu yang kaya raya. Cuma masalah nasip yang membedakan siswa-siswi Noszta dengan siswa-siswi Niaza. Noszta elite, Niaza biasa?

“kita disini di undang kepala sekolah Lo!” cowok sipit Noszta menjawab pertanyaan Agni sambil tersenyum kearahnya. Sedang kan anak Noszta yang lain diam memperhatikan si sipit yang berbicara dengan leader pasukan Niaza.

Agni memperhatikan cowok yang tersenyum didepannya ini. Senyumannya menyeramkan lebih mirip seringaian serigala dimatanya. “napa Lo senyum-senyum? Gila?!” bentak Agni langsung. Si sipit yang tadi dibentak Agni tertawa dibuatnya, entah apa yang lucu tapi si sipit ketawanya puas banget.

Sementara itu, satu cowok dan tiga cewek dibelakang si sipit memandangi Agni kagum. Bener-bener pantas buat jadi leader pasukan Niaza. Pemberani!!

“Alvin Jonathan,” cowok sipit itu mengulurkan tangannya pada Agni. Alis Agni bertaut. Kenapa ini orang? But, wait!! Alvin Jonathan? Penguasa Noszta bukan? Ragu Agni kemudian menerima uluran tangan Alvin dan berjabat tangan dengannya.

“Lo pengu…”

“Lo pacar gue sekarang!”

DOENKK??!!

Jikalau kisah pertawuran ini adalah model cerita dengan animasi Shinchan didalamnya, mungkin sekarang terlihat sekali guratan wajah Shinchan yang bingung sebingung-bingungnya pada wajah Agni dan sesaat kemudian mulai berubah jadi guratan marah berapi-api milik mamanya Shinchan.

“GILA BENERAN LO?! PARAH-PARAH!” pekik Agni nggak nyatai tepat didepan muka Alvin. Agni berteriak dengan lantangnya menyatakan bahwa Alvin gila dan sudah parah kondisinya.

Anak Niaza bersorak-sorai bangga pada sang leader pasukannya dan beberapa anak, cewek tepatnya ada yang nggak terima cowok tampan Noszta yang ada di tengah-tengah lapangan malah di katai seperti itu.

Sepasang mata milik keempat teman Alvin membulat seakan ingin keluar dari tempatnya. Satu-satunya Cowok setelah Alvin dengan tag name Cakka Nuraga memandangi Agni kagum bukan main, cewek pertama di sebelah Cakka bertag name Via Azizah tersenyum bangga memandang Agni, sedangkan cewek kedua dan ketiga dengan tag name Alyssa Saufika dan Nova Chintya saling pandang penuh tanya. Nyata kah ini?

 “emang…” suara Agni melemah dan terdengar seperti bisikan kemudian, dipastikan yang mendengarnya hanya Alvin saat itu. Agni mendekati Alvin dan berdiri tepat dihadapannya. “emang gue mau?!” lanjut Agni kemudian, suaranya jelas meremehkan Alvin dan itu membuat Alvin semakin semangat mematenkan Agni sebagai miliknya.

“Lo harus mau!” tandas Alvin. Tangannya terangkat dan mengelus lembut pipi Agni. Agni diam, sama sekali nggak mencoba menepis tangan Alvin.

Agni tersenyum miring, mainan baru untuknya. Agni lalu mengangkat kedua tangannya memeluk leher Alvin yang otomatis menghentika elusan Alvin pada pipi Agni dan membuat jarak mereka di pastikan dekat! “sayangnya gue nggak mau tuh!” ejek Agni dengan suara manja dibuat-buat.

Nggak tau sudah berapa volume sorakan, teriakan dan suitan yang menggema di Niaza. Sang leader mesra-mesraan dengan anak Noszta?

Alvin tersenyum simpul memandangi wajah Agni dari jarak dekat. Dalam dirinya sendiri, Alvin nggak hentinya mengagumi sosok cewek dihadapannya ini sedangkan di dalam hati, Alvin meyakinkan hatinya bahwa Agni ini yang dia cari dan harus menjadi miliknya saat ini juga!

Masih bertahan dengan posisi tangan Agni yang melingkar pada leher Alvin. Tangan Alvin juga mulai ikut turun melingkar pada pinggang Agni.

Anak Niaza cengo semua, empat anak Noszta juga nggak kalah. Cengo juga! Sorakan nggak lagi ada. Semuanya cengo! Sepasang muda-mudi di tengah lapangan sana membuat iri semua insan.

“eeh mmm, Ag? Agni? Sudah, Ag ntar ada guru.” Iyel menepuk bahu Agni pelan sambil memandangi sekitarnya. Takut bener ada guru dan buku kasus Agni yang semulanya putih mulus bakal bertuliskan ‘bermesraan ditengah lapangan. 50 point, melanggar norma kesusilaan’ dengan tinta merah.

Iyel terus mengingatkan Agni dan terus menepuk bahu Agni pelan walaupun Agni nggak ngerespon sama sekali. Iyel terus usaha dari pada ntar dia yang kena sama Agni ‘kenapa Lo nggak ngasih tau gue?’ pasti begitu ntar kalo sudah kedapatan.

Iyel sama sekali nggak sadar kalo sekarang perhatian Alvin beralih ke dia. Bukan perhatian senang ato suka, tapi perhatian yang meletup-letup penuh bara kemarahan! Iyel nyentuh gadisnya!!

Alvin emosi berat karena Iyel sama sekali nggak ngeliat ke dia akhirnya melepas pelukannya pada pinggang Agni dan menguraikan pelukan Agni pada lehernya tapi masih dengan memegang tangan Agni, Alvin menarik tangan Agni menjauh dari Iyel.

“anterin keruang kepsek!”

Agni menaikan sebelas alisnya, bingung. Tapi tungu dulu! Oh, iya!! Omegot-omegot!! Dia anak Noszta!

“lepas-lepas!” dengan kasar Agni menarik tangannya. “kalo Lo mau ke kepsek, noh! Tuh, ruang kepsek!” tunjuk Agni pada pintu coklat jauh di depannya.

Alvin memandang Agni tajam. Ini cewek apa nggak kenal dia? Perlakuannya sama sekali tanpa hormat.

“apa?” bentak Agni, risih di liatin si sipit ini. “oh! Lo minta di anter? Nih-nih, di anter Iyel aja dia ketosnya disini.” Agni menarik Iyel dan membawanya ke hadapan Alvin.

Sehabis itu, Agni langsung ngeloyor pergi dari tengah lapangan. Iyel bingung sama sikap Agni barusan. Itu anak kenapa? Tumben nggak langsung di tonjok ini orang? Gawat, ketularan lolanya Lintar dia.

“ayo gue anter,” Iyel berbalik beramah tamah pada kelima anak Noszta itu tapi sedikit bingung dengan si sipit yang memandangnya sinis. Tapi sabodo amat!!

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar