Rabu, 27 April 2011

PsycoLove #10


Alvin memarkirkan mobilnya di depan rumah Via, turun dari mobil dan langsung masuk ke dalam rumah. Via yang masih tertinggal di dalam mobil akhirnya ikut keluar. Badannya gemetar karena dingin, tadi saat pulang dia nggak sempat ganti baju dan didalam mobil pun Alvin tetap menyalakan AC mobil.

Via turun dari mobil. Nggak kuat rasanya saat kakinya berpijak pada tanah. Sedikit limbung Via melangkah perlahan-lahan menuju rumah. Alvin sendiri mengacuhkan Via. Alvin berubah. Ketus dan kasar! Setelah kejadian tadi. Kejadian Shilla tadi!

Via memasuki rumah dan mendapati Alvin sudah duduk di sofa ruang tamu dan kini menatapnya tajam.

“kenapa tadi Shilla bisa tenggelam?” suara Alvin menuntut penjelasan seakan Via yang bersalah!

Via menatap Alvin penuh tanya. Lebih berarti mana antara dirinya dan Shilla? Via lagi-lagi merasa ada tetesan air yang mulai membasahi pipinya. Alvin nggak peduli sama Via. Alvin cuma peduli sama Shilla!

“aku nggak tau! Shilla tiba-tiba aja jalan ke tengah dan aku coba nyusul! Tapi dia…”

“nggak usah bohong!” potong Alvin cepat. “Shilla itu nggak bodoh! Dia itu nggak bisa berenang! Jadi nggak mungkin! Pasti Lo kan yang ngajak dia? Lo yang dorong dia! Lo pengen ngecelakain dia! Iya!” tuduh Alvin keras.

Via terhuyung mundur ke belakang. Airmata tambah deras mengalir turun melewati pipinya. Satu lagi kenyataan kalo Alvin memang lebih sayang Shilla dari pada dirinya. Via jatuh terduduk menyender pada dinding ruang tamu dan menangis terisak di sana.

Alvin memandang Via masih nggak peduli. Ada apa dengan Alvin sebenarnya? Bukannya tadi Via juga hampir tenggelam? Tapi kenapa Alvin cuma peduli sama Shilla? Alvin mendekat ke arah Via berdiri didepan Via yang terduduk dihadapannya.

Alvin menarik lengan Via dan membuatnya sekarang berdiri berhadap-hadapan. Via masih menangis, matanya terpejam sambil terus terisak. Dia takut Alvin yang kayak gini! Alvin langsung menarik Via menuju lantai atas. Tempat di mana kamar Via berada.

“bersihin badan kamu, terus istirahat!” perintah Alvin, nada suaranya melembut tapi tetap cuek dan masih terkesan nggak peduli.

Via melangkahkan kaki menuju kamar mandi setelah Alvin meninggalkannya sendiri di dalam kamar dan nggak lama Via mendengar deru mobil Alvin yang melaju pergi meninggalkan rumahnya. Via kembali menangis dan kembali jatuh terduduk dilantai. Lututnya lemas nggak mampu menopang badannya sendiri.

“kenapa, Vin? Kenapa?” lirih Via di sela isakannya.
Sakit yang teramat sangat! Itu belum seberapa dengan perasaan Via saat ini. Alvin terlalu cepat berubah untuknya. Teramat sangat cepat! Alvin juga yang nggak pantas untuknya.

Alvin hanya pantas untuk… Shilla?!

***

Agni duduk di ayunan taman belakang rumahnya. Pikirannya sibuk berkelana entah kemana. Koper besar sudah siap di sampingnya. Agni berencana ikut Iyel yang bakal pergi nyusul orang tuanya ke Spore nanti malam. Mama-papa Agni mengijinkan walau ada nama Cakka yang di bawa-bawa.

Cukup dengan permintaan ijin dari Iyel, sekolah langsung mengijinkan keduanya pergi. Alasannya? Ngibul lagi. Mama-papa Agni sebenarnya mau Cakka ikut beserta Agni, tapi berhubung Agni pintar berbohong. Agni memberi segala macam alasan agar mama-papanya nggak lagi menyuruhnya mengikut sertakan Cakka.

“mau kemana?” suara lembut Cakka mengembalikan pikiran Agni pada tempatnya.

Cakka memandangi Agni dari atas sampe bawah dan mengalihkan pandangannya pada koper besar di sebelah Agni. Agni diam. Bungkam. Dia rasa dia nggak perlu ngasih tau Cakka. Agni beranjak pergi menjauhi Cakka dan menyeret kopernya menjauh.

BLLAAMM!!!

Pintu rumah Agni terbuka lebar dan terbanting kuat. Agni melepas pegangannya pada kopernya dan berlari kecil menuju ruang depan rumahnya.

“apa-apaan Lo?!” geram Agni marah. Ini rumahnya! Dan orang itu seenaknya membanting-banting pintu rumahnya.

Orang itu mengacuhkan Agni begitu saja dan mendekat ke arahnya . “mana Cakka!” desisnya tajam.

Alvin, dia orangnya. Dia menatap Agni seakan Agni adalah Cakka yang di carinya. Menatapnya seakan dia akan langsung membunuh orang di hadapannya ini jika orang ini tidak memberi tau dimana Cakka berada.

“kenapa Lo nyari gue?”

Cakka muncul dan mendekat ke arah Alvin. Agni memandangi sekitarnya, dia memperkirakan sebentar lagi bakal ada sedikit perselisihan atas kejadian tadi di pantai. Agni memilih menjauh dari Alvin dan mulai melangkah jauh menjauhi Alvin dan Cakka.

“Lo suka sama Via?” tanya Alvin langsung pada Cakka.

Cakka tercekat. Apa maksud Alvin?

Pandangan Cakka kemudian beralih memandang sesosok gadis di belakang Alvin yang kemudian berhenti melangkah. Agni, Agni nggak kalah tercekat dengan pertanyaan Alvin yang tadinya untuk Cakka.

“Lo tau nggak rasanya ngeliat cewek Lo di peluk sama orang lain?” tanya Alvin lagi. “terlebih sama sahabat Lo sendiri!”

Cakka menatap Alvin sinis. “gue meluk Via, karena dia butuh! Dia butuh karena dia takut sama Lo yang ngebentak-bentak dia! Dia takut sama Lo yang kasar sama dia! Dan dia takut kalo ternyata benar Lo masih sayang sama Shilla!”

Kali ini Alvin yang tercekat, apa benar yang di bilang Cakka? Apa Via takut sama dia? Via tau Alvin masih sayang sama Shilla? Tapi apa iya, dia masih sayang sama Shilla? Via dan Shilla? Mana yang Alvin pilih?

“sekarang Lo pilih! Via atau Shilla?!” tantang Cakka.

Alvin tersentak dengan pernyataan Cakka. Namun mencoba tenang mengendalikan dirinya  agar nggak ketauan rasa kagetnya. Tapi Alvin kemudian tersenyum miring meremehkan. Entah apa maksudnya?

“Lo yang seharusnya pilih!” Alvin membalik tantangan Cakka “Via atau Agni?!”

SINK!!!

Agni mendengar semuanya. Semuanya! Agni merasa nggak lagi sanggup berdiri di sana, tapi kakinya nggak mau berpindah dan malah bertahan berdiri di sana tetap membelakangi Alvin dan juga Cakka. Agni terdiam, dia sebenarnya sedang menunggu jawaban Cakka. Atas siapa yang di pilihnya?

“apa maksud Lo?!” tanya Cakka geram. Cakka berangsur mendekati Alvin dan menarik kerah bajunya.

“kenapa Lo milih nolongin Via ketimbang Shilla? Sedangkan Lo tau, gue nggak mungkin ngebiarin Via tenggelam biar pun ada Shilla. Kenapa? Karena ada Riko yang bakal nolong Shilla.”

Senyum kemenangan terlukis di bibir Alvin saat melihat reaksi Cakka. Cakka tersentak dan melepas cengkramannya pada kerah baju Alvin. Itu semua nggak benar! Tapi...

“Lo tau kan Shilla nggak bisa berenang? Tapi kenapa Lo milih nolong Via yang jelas-jelas Lo tau bisa berenang!” lanjut Alvin. Senyum iblis menyertai pernyataannya yang terakhir. Cakka kalah telak dihadapannya. Diam, nggak berkata apa-apa.

“karena, Lo suka sama Via! Iya kan?!”

Agni memaku di tempatnya, membeku dan diam! Alvin bener! Kenapa Cakka lebih milih nolong Via? Sedang kan Cakka tau yang nggak bisa berenang itu Shilla. Kenapa? Apa lagi jawabannya kalo bukan karena Cakka ada rasa sama Via?!

Sunyi menyelimuti ketiganya. Agni-Alvin-Cakka. Ketiganya terdiam dengan keterperangahan situasi. Cakka lebih memilih diam karena memperhatikan reaksi Agni yang bergetar di belakang sana. Agni memilih diam untuk menenangkan dirinya sendiri. Sedangkan Alvin terdiam karena menikmati situasi mencekam saat ini. Ini Alvin yang sebenarnya?

Cakka melangkahkan kakinya menuju Agni. Dia tau gadis itu sedang menahan emosinya, menahan tangisnya. Semua yang Alvin bilang benar kenyataannya tapi nggak benar keadaannya.

“gue belum selesai!” Alvin menghadang Cakka yang akan melewatinya. “Lo tau nggak rasanya, ngeliat cewek Lo di peluk orang lain? Terlebih sama sahabat Lo sendiri?”

Tangan Cakka terkepal kuat. Dia tau maksud Alvin yang sekarang. Cakka mencoba menganggap pertanyaan Alvin sebagai angin lalu dan kembali melangkah mendekati Agni.

Alvin langsung mencegah Cakka lagi dan kali ini Alvin mendorong Cakka kuat hingga terhuyung mundur dan jatuh terbanting dilantai. Cakka sudah siap menghajar Alvin dan bangkit berdiri, tapi memilih diam di tempatnya. Menunduk. Ini rasanya!

Alvin membalik badan Agni menghadapnya dan sedikit tertegun mendapati gadis itu menangis tanpa suara. Sorot mata Alvin yang tadinya penuh dendam berubah menjadi iba. Gadis ini merasakan sesuatu yang sakit di hatinya. Sangat-sangat sakit!

Alvin merenguh Agni dalam pelukannya. Memeluknya erat dan mengelus lembut puncak kepalanya. Mencoba memberinya ketenangan sementara.

Agni nggak tau harus berbuat apa, dia butuh seseorang saat ini. Tapi bukan Alvin!

Alvin mendekap Agni lebih erat lagi. Mencoba memberi tau Cakka rasanya dan mencoba menenangkan Agni yang mulai menangis di pelukannya.

Cakka menonton semua adegan dalam diam. Di lihatnya Agni mulai terisak dalam pelukan Alvin. Cakka menunduk. Dia sudah tau rasanya, sedikit cemburu dan cenderung ke emosi yang meledak-ledak di rongga dada.

Cakka nggak sanggup melihatnya lebih lama dan akhirnya berangsur memilih meninggalkan keduanya dan pergi. Dia rasa untuk saat ini biarkan Agni menangis di pelukan sahabatnya, karena sekarang Cakka rasa ada seseorang di sana yang membutuhkannya.

***

Alvin kembali kerumah Via setelah Agni tertidur pulas dalam peluknya. Tadi Iyel juga sempat datang dan mengatakan kalo Agni bakal ikut dia ke Spore tapi di bilang Alvin kalo Agni ngebatalin rencana perginya dan sekarang lagi ngunci diri di kamar.

Alvin bohong sebohong-bohongnya. Padahal Agni sedang tertidur dengan kondisi kacau sakit hati. Semuanya jelas, ini masalah hati masing-masing. Iyel nggak terlalu mempermasalahkan nggak jadinya Agni berangkat akhirnya memilih berangkat sendiri. It’s okay lah!

Mobil Alvin memasuki perkarangan rumah Via dan sedikit tersentak ada mobil Cakka di sana. Sudah dia duga sebelumnya! Pasti ujungnya mereka akan membuat cemburu satu sama lain. Alvin memasuki ruang tamu rumah Via tapi kosong.

Alvin berjalan lambat menuju lantai atas. Pintu kamar Via terbuka lebar dan menampakan Via yang tertidur di tempat tidur, dan ada Cakka di sana tidur terduduk di sisi kanan tempat tidur Via.

Emosi Alvin kembali menggugah untuk keluar. Dia nggak suka gadisnya dekat terlebih sangat dekat dengan orang lain, biarpun orang itu sahabatnya! Egois memang tapi itu kenyataannya!

Alvin lebih memilih pergi meninggalkan Via bersama Cakka. Cakka sahabatnya dan Alvin akan coba percaya pada Cakka, untuk sekarang.

***

Jauh-jauh dari Cakka! Itu misi Agni sekarang. Agni mejauh dari Cakka, sejauh mungkin pokoknya. Setiap di rumah sebisa mungkin Agni nggak keluar kamar. Di sekolah juga, sebisa mungkin Agni nggak ketemu sama dia. Intinya, Agni mau menjauh dari Cakka!

“gue sudah putus dari Shilla,” gumam Riko yang duduk disebelah Agni.

Saat ini Agni di temani Riko sedang berada di taman sekolah mereka, meratapi nasib kehidupan keduanya yang bisa di bilang kurang beruntung. Hanya di ratapi nggak bisa di atasi. Bukan nggak bisa, belum bisa!!

Agni menoleh sekilas dan menghela nafas panjang. “bagus deh!” sahut Agni enteng.

Riko membalik badannya menghadap Agni. “kok?...”

“dia cintanya sama Alvin, Ko! Bukan sama Lo, jadi bagus kalo Lo putus sama dia!”

Kata-kata Agni tadi membuat Riko berpikir juga akhirnya. Bener banget! Shilla bukan cinta sama dia, tapi sama Alvin. Berarti dapat diartikan selama ini Shilla sama dia cuma pelarian sementara. Riko terkekeh, rasanya seperti menertawakan kebodohan diri sendiri.

“mending Lo cari yang baru? Cewek nggak cuma 1 kok!” lanjut Agni.

“Agni?” panggil seseorang dan langsung menghampiri Agni dan Riko. “gue mau ngomong!” Via, yang memanggil Agni tadi langsung menarik tangan Agni pergi menjauh dari Riko.

Agni menahan langkahnya. “mau ngomong apa?” tanya Agni langsung.

“nggak di sini!”

Agni mengikuti saja setiap langkah Via. Nggak tau kenapa, semenjak kejadian pantai-pantaian. Agni jadi sedikit jengkel sama Via. Sedikit! Selebihnya Agni jengkel sama Cakka. Sama Alvin juga! Dan Shilla! Dan Acha!!

“kenapa Lo ngejauhin gue?”

Agni nggak langsung menjawab dan lebih memperhatikan dimana keberadaannya. Belakang sekolah? Lama nggak ngabur kayak dulu, ntar bolos ah! Agni menyusun rencananya dan sejenak melupakan tujuannya ke sini.

“Agni!” panggil Via putus asa. Suaranya terdengar lirih.

Via sedih. Dunianya serasa terbalik! Semuanya kacau! Semuanya berantakan! Kisah cintanya dan juga persahabatannya. Tapi tetap dalam lingkaran permasalahan yang sama. Gara-gara Cinta!!

“nggak tuh! Lo aja kali yang ngerasa gitu, gue nggak ngejauhin Lo kok,” sahut Agni enteng, masih sambil memandangi sekitarnya.

Via beringsut maju mendekati Agni dan memegang pipi Agni. Memaksa wajah Agni menghadap wajahnya. “gue sahabat Lo! gue tau Lo bohong!”

Agni menepis tangan Via pelan dan kembali mengalihkan pandangannya. “gue nggak bohong!”.

“biar gue yang ngejelasin ke dia,”

Agni maju beberapa langkah menjauh dari sumber suara di belakangnya. Cakka tiba-tiba muncul dari belakang Agni. Tepat di belakangnya dan hampir-hampir merangkul Agni.

“apa-apan?!” seru Agni geram.

“mending Lo balik, Vi! Biar gue aja ngejelasin ke dia!” Cakka mengacuhkan Agni dan berbicara lembut pada Via.

Mata Agni membulat nggak mengerti. Apa maksudnya? Gue nggak butuh penjelasan! “nggak ada yang perlu di jelasin!” Agni membalik badannya dan melangkah pergi.

“Lo berubah, Ag!” gumam Via lirih. “Lo bukan Agni, teman gue!” perkataan Via membuat Agni menghentikan langkahnya seketika. “gue butuh Lo, tapi Lo berubah!”

Agni berbalik memandang Via yang sekarang ada di hadapannya. rasa bersalah menyelimuti Agni sekarang. “Vi…”

“nggak semua yang Lo liat itu keadaannya, Ag! Ada kalanya kenyataan nggak sesuai keadaan!”

Agni membeku. Perkataan Via seakan menjelaskan kalo Agni salah menjauhinya. Salah menjauhi Via tanpa Via tau apa sebabnya. Via melangkah melewati Agni dan pergi meninggalkannya. Via bener-bener butuh seorang teman sekarang. Teman seperti Agni dan Iyel yang sayangnya belum ada untuk saat ini.

Alvin pun sekarang mengacuhkan Via. Alvin bener-bener nganggap kalo tenggelamnya Shilla kemarin adalah salahnya. Via menghela nafas. Gue bakal coba ngelepasin Lo, ngerelain Lo buat orang lain. Orang lain yang mencintai Lo dan di cintai Lo.

Di saat Via mulai jauh dari Alvin, di saat itu juga Shilla mulai mendekat lagi pada Alvin. Perubahan yang bertolak belakang dan berlangsung cepat begitu aja. Hubungan Via-Alvin gantung. Via sendiri nggak tau statusnya apa sama Alvin. Alvin nggak pernah bilang putus, tapi sekarang Alvin jalan sama Shilla.

“hey, Ko?” Via duduk di samping Riko yang tadi di tinggal Agni. Ternyata Riko masih bertahan di sana.

Riko menoleh sekilas dan memberikan Via seulas senyum tipis. “Agni mana?” tanyanya.

“sama Cakka.”

Hening kemudian di antara keduanya. Riko-Via, keduanya memiliki nasib yang hampir sama dalam percintaannya. Kurang lebih lah! Tapi berbeda ujungnya. Ujung percintaan Riko adalah kata putus, sedangkan ujung percintaan Via adalah gantung!

“gue masih sayang sama Alvin, Ko!” ujar Via memecah keheningan.

Riko segera menoleh ke Via dan sedikit keheranan. “gue juga masih sayang sama, Shilla!” sahut Riko kemudian.

“tapi Alvin nggak sayang sama gue, dia sayangnya sama pacar Lo, Ko!” lirih Via.

“lain pacar gue lagi kok, gue sudah putus!”

“yang bener?”

“ya, gitu lah! Mau gimana lagi kalo yang cinta cuma gue sedangkan dianya nggak?” tanya Riko, bertanya pada diri sendiri.

Kembali diam. Via merenungkan kata-kata Riko. ‘mau gimana lagi kalo yang cinta cuma gue, sedangkan dianya nggak?’.

“gue pergi dulu ya, thanks!” Via bangkit dan berlari kecil meninggalkan Riko. Ada sesuatu yang harus dia selesaikan hari ini juga.

“good luck!” gumam Riko.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar