Rabu, 27 April 2011

PsycoLove #9


Alvin duduk di pinggir pantai menentang matahari. Matanya yang sipit tambah sipit karena silaunya cahaya matahari. Di sampingnya ada Via yang ikut-ikutan nentang matahari. Bedanya, Via matanya nggak keliatan lagi alias dia merem.

Alvin berbalik memandang Via. Cewek dengan sejuta pesona dimatanya. Cewek moody kecintaannya. Mata Via masih terpejam menghayati panas matahari yang menyengat kulitnya hingga nggak tau Alvin yang dari tadi memandanginya.

CUPP!

Alvin langsung-langsung mengecup pipi Via. Via langsung memincingkan matanya menatap Alvin penuh tanya. Alvin tersenyum. Via bingung.

“kenapa?”

Alvin menggeleng pelan kemudian mendekatkan jarak duduknya dengan Via.

“eh! Jauh-jauh!” cegah Via cepat.

“kenapa?”

Gantian Via yang menggeleng lalu tersenyum. Via berniat mengerjai Alvin. Nggak enak kan kalo orang nanya di gantung? Alvin nggak ambil pusing dan langsung berdiri.

“eh..”

“maen air yuk?” Alvin mengulurkan tangannya pada Via. Via menerima dan bergandengan lah mereka menuju bibir pantai.

Panas matahari nggak menghalangi keduanya berlarian gaje di pinggir pantai. Sesekali Via tersandung dan langsung nyemplung ke dalam air tapi selalu ada Alvin yang mengulurkan tangannya membantu. Walau kadang uluran tangan itu di selingi tawa geli Alvin dengan sikap Via.

“nggak lucu!” sungut Via. Ngambek!

Pipi Via memerah entah kepanasan atau malu. Tawa Alvin makin keras dan pipi Via makin merah karenanya. Malu! Bersungut-sungut Via melangkah meninggalkan Alvin. Pacar macam apa yang ngetawain ceweknya pas jatoh?!

Sesaat Alvin menyadari Via yang bakal pergi kemudian dengan cepat memeluknya dari belakang. “mau kemana?” desah Alvin di telinga Via.

Via sedikit bergidik dengan desahan Alvin tadi tapi sok acuh dengan semuanya. Tangannya sibuk mengurai tangan Alvin yang melingkar di pinggangnya. 5 menit berlalu, masih sama dengan posisi sebelumnya. Alvin yang diam dan Via yang aktif. Aktif mengurai tangan Alvin!

“lepasin, Vin!” perintah Via.

Alvin nggak bergeming dan tau-tau kemudian Via di gendong  Alvin menuju pinggir pantai yang lebih dalam. Air sudah setinggi pinggang Alvin dan juga menggapai-gapai Via yang ada dalam gendongan Alvin.

“aku buang ya?” ancam Alvin pada Via. Mata sipit Via melebar menatap Alvin nggak percaya. Alvin!! Pacar macam apa Lo?? kurang lebih begitu arti tatapannya.

Alvin terkekeh. Perlahan dia mulai melonggarkan gendongannya yang membuat Via mulai memeluk leher Alvin. Alvin urung menurunkan Via karena dengan Via memeluk lehernya jarak wajah mereka amatlah deket.

“Vi?”

“em…”

“Via?”

“apa Alvin?” sahut Via sambil menengadahkan wajahnya dan tentu saja sekarang jarak wajah Via dan Alvin sangat-sangatlah dekat.

“aku…”

BYURR!!!

Segulung ombak datang dan menerjang Alvin. Alvin kehilangan keseimbangan dan jatuh terduduk di dalam air, terseret kembali ke pinggir pantai dan dapat di pastikan Via juga ikut jatuh menindih Alvin masih dalam keadaan meluk-meluk! Dan lagi-lagi dekat!

Alvin menggelus wajah Via yang ada di depannya. Mengelus pipi Via dengan lembut. Pipi gadisnya yang kemarin-kemarin dia kerjai. Alvin tersenyum kecil. Gadis yang dia cintai dan mencintainya. Gadis yang kemarin menangis karena dia acuhkan begitu aja.

“udah ah, Vin! Bilangnya mau maen air?”

Via bangkit berdiri dan langsung berjalan mengikuti alur garis pantai. Senyum nggak henti-hentinya terukir di wajah Alvin. Alvin sempat melihat guratan memerah pada pipi Via. Pasti malu!

Alvin-Via asik maen air bedua dan ninggalin Agni yang pasang muka jelek sama Cakka. Agni cemberut karena Cakka berhasil ngajak atau tepatnya nyulik Agni buat ikut ke pantai. Cakka yang di samping Agni tumbenan diem dan baring-baring di atas pasir tepat di samping Agni.

“muka Lo jelek kalo cemberut!”

Agni menoleh pada Cakka yang terlentang di sebelahnya. “Lo mau ngapa-ngapain juga jelek!” sahut Agni jutek.

Cakka nggak membalas. Dia menutup matanya, menikmati hembusan angin dan terpaan sinar matahari. Agni sebenarnya kepanasan di jemur di samping Cakka, tapi nggak bisa pergi karena Cakka megang tangan Agni kuat banget.

“Agni! Ayo!” jauh di depan sana Via melambai dan berteriak pada Agni. Agni balik melambai dan tersenyum paksa. Maunya sih ikut, tapi ini orang gimana?

Agni membalikan badannya menghadap Cakka. Sudah tidur kayaknya. Perlahan Agni mengurai genggaman Cakka pada pergelangan tangannya. 1…2…3…4…5…

“mau ngapain?” tanya Cakka masih dengan terpejam. Agni kaget, diam nggak menjawab kemudian membalik lagi badannya menghadap depan menonton Alvin-Via yang main air. Masa kecil kurang bahagia.

Cakka bangkit dari tidurannya dan mengerjap-ngerjapkan mata karena silaunya matahari. Memperhatikan Agni yang pura-pura nggak peduli dan memandang ke arah lain. Mata Cakka kemudian menangkap sosok Alvin-Via yang berkejaran di bibir pantai.

“ayo!” Cakka berdiri dan membimbing Agni ikut berdiri. Agni menurut dari pada di jemur lebih lama di tengah-tengah pantai gini.

Cakka membawa Agni pergi ke bibir pantai, tapi jauh dengan tempat Alvin-Via. Agni masih cemberut, dalam hati dia terus mengumpat Cakka yang bertindak sesukanya. Dalam hati mengumpat, tapi nyatanya Agni nggak berani ngomong langsung ke orangnya.

Agni mengikuti Cakka dengan bingung. Sekarang mereka sudah ada di pinggir pantai dan tinggi air sudah selutut. Cakka berhenti, Agni mengikuti. Cakka membalik badannya menghadap Agni dan melepas genggamannya. Agni lega tapi nggak jadi karena tiba-tiba Cakka sekarang megang pundak Agni.

“mau apa…”

BYURRR!!

Cakka dengan tidak berprikemanusiaan mendorong Agni hingga Agni tercebur kedalam air. Agni menaikan wajahnya kepermukaan, megap-megap narik nafas. Cakka ngakak puas ngeliat muka Agni. Nafas Agni sudah teratur, dia berdiri dan menghadap Cakka yang masih ketawa ngakak.

“apa maksud Lo?” bentak Agni geram. Siapa yang nggak marah kalo langsung-langsung di jorokin kayak tadi?!

Cakka masih ketawa dan nggak brenti-brenti malah sekarang sampe megangin perut sama ngeluarin air mata. Sebegitu lucu kah kejadian tadi? Agni jengkel, marah sama malu! Tangan Agni terkepal kuat mau mukul!

“sialan!” umpat Agni kemudian berbalik. Nggak jadi mukul dia.

“eh! Mau kemana?” cegah Cakka sambil menarik lagi pergelangan tangan Agni dan membalikan Agni menghadapnya.

“apa? Nggak puas Lo?”

BYURRR!!!

Kali ini gantian Cakka yang nyebur. Niatnya cuma menepis tangan Cakka tapi keterusan jadi balas ngedorong! Sama kayak Agni Cakka juga megap-megap narik nafas. Airnya masuk lewat hidung. Sakit! Kali ini gantian Agni juga yang ngakak puas. Cakka mendelik pada Agni dan Agni langsung bungkam menyembunyikan tawanya.

“kenapa ketawa?” Agni langsung menggeleng kuat tapi sambil meringis lebar-lebar.

“Cakka!!” seru seseorang.

Cakka-Agni langsung menoleh ke sumber suara. Raut wajah keduanya berubah. Raut wajah Cakka yang tadinya cemberut berubah sumringah dan gantian Agni yang cemberut akut. Agni langsung pasang muka jutek pada orang yang manggil Cakka tadi saat orang itu tiba didekatnya.

“hai, Ag?” orang itu menyapa Agni. Agni mendengus kemudian membuang muka.

“sama siapa, Cha?” Cakka dengan antusiasnya mendatangi Acha dan meninggalkan Agni

Acha tersenyum simpul. Dia tau banget sifat sahabatnya yang satu ini. Pasti mau manas-manasin Agni lagi. “aku sama Ray, Kka. itu dia di sana.” Acha menunjuk seorang cowok yang duduk anteng di atas pasir.

Seterusnya Cakka-Acha ngobrol berdua. Agni yang sedari tadi nggak bergerak dari tempatnya antara jengkel sama panas ngeliat Acha bedua Cakka. Agni akhirnya melangkah menjauh dari Cakka-Acha. Alasan klise biar nggak ganggu, alasan utama Lu ‘panas’ nggak??

Agni berjalan mendekati Ray, kenal nggak kenal asal ngumpul. Peribahasa baru bagi Agni. Agni langsung duduk bersila disamping Ray. Ray sendiri diam aja. Toh nggak ganggu!

“nama Lo?” Agni membuka pembicaraan. Siap malu misalnya Ray nyuekin dia.

Ray memandang wajah Agni. “Lo Agni?” tanyanya.

Agni mengangguk, nggak lagi bersuara. Sebenarnya dia sudah tau nama ini cowok. Tadi kan Acha nyebut namanya Ray. Agni-Ray duduk bersampingan dalam diam. Agni yang memperhatikan Alvin-Via dan Ray yang merhatiin Cakka-Acha.

“hooyy!” dari belakang ada seseorang yang mengacak rambut basah Agni. Agni menoleh malas-malas karena harus menengadah menghadap matahari.

“Riko!!” Agni berseru nyaring. Mudah-mudahan Cakka denger! Agni berdiri dan mendapati yang lain. Ada Riko sama Shilla, sama ada Iyel-Ify?

Alvin-Via dan Cakka-Acha mulai mendekat ke arah Agni dkk. Agni yang tadi hepi dapet temannya langsung cemberut lagi. Alvin-Via datang sambil rangkul-rangkulan tapi bukan itu yang bikin panas. Iya! Cakka gandeng Acha! Gue nggak terima!! Eh?

“kok ada kalian di sini?” tanya Agni mengalihkan pandangannya.

“tau deh, Via tuh yang ngajak.” Sahut Iyel.

“lah terus Lo, Ko? Ngapain?”

“gue di ajak Iyel,”

“lama banget, Yel?” Alvin bersuara pada Iyel. Sudah damai ternyata! Iyel mengedikan bahu sambil tersenyum simpul.

“ngapain Lo di sini, Fy?” Cakka ikut buka suara.

“tau nih! Iyel yang ngajakin.”

“loh? Kok kenal?” tanya Via.

“sepupu,” jawab Cakka-Ify berbarengan.

Semuanya terdiam. Nggak tau mau ngomong apa, terlebih Via yang ada di sana. Alvin dan Shilla membuatnya terdiam dan sakit hati, Alvin memandangi Shilla tanpa kedip dan begitu juga Shilla. Via merasa aneh dengan tatapan Alvin pada Shilla. Tatapannya lain. Lain dari pada yang lain.

“maen air lagi yuk, Vin?” Via menarik tangan Alvin agar menjauh dari Shilla. Alvin mengikuti Via pasrah, dia tau gadisnya yang satu ini sedang cemburu. Tapi nggak bisa di pungkiri dia sendiri sebenarnya gundah.

“kita duduk disana yok, Fy?” Iyel menggaet tangan Ify dan membawanya ke bawah pepohonan yang rindang.

Dan sekarang tinggalah Cakka-Acha-Ray-Agni-Riko-Shilla. Sebelumnya, kenapa ada Iyel disini? Karena Via dengan persetujuan Alvin yang mengundangnya, biar rame! Terus kenapa ada Riko-Shilla? Karena Iyel yang ngajak. Iyel-Riko teman akrab!

Cakka-Acha asik ngobrol, ninggalin Agni yang mukanya tambah cemberut diam-diaman sama Ray. Riko mulai duduk di samping Agni, sedangkan Shilla masih berdiri memandang Alvin-Via dari jauh. Riko tau, tapi diam. Dia nggak tau mesti ngapain.

Riko merasa ada yang menepuk pundaknya dan Agni lah orangnya. Riko tersenyum paksa. Agni tau juga ternyata. Mata Shilla nggak bisa bohong. Dia masih ada rasa sama Alvin. Agni mulai menghadapkan badannya pada Riko dan menatap Riko lekat-lekat.

“kenapa?”

Agni menggeleng cepat dan kembali menatap Riko. Riko nggak ambil pusing lalu mengikuti Shilla memandangi Alvin-Via dari jauh. Iri dengan mereka berdua, kapan gue sama Shilla bisa kayak mereka. Saling mencintai satu sama lain.

“Lo harus buat Shilla ngelupain Alvin!” kata Agni tiba-tiba. Lagaknya sudah kayak profesor cinta!

Balik Riko yang memandangi Agni. Kadang dia nggak ngerti semua omongan Agni. Agni cenderung ngomong asal dan nggak tau maksud kalo bicara.

“weiitz, nyantai mas!” Agni berdiri di depan Riko. “ajak dia maen air gih! Lo iri kan ngeliat Alvin-Via?” Agni menunduk dan berbisik pada Riko.

Riko tercengang, Agni seakan orang dibalik hati dan pikirannya. Orang yang tau segala tentangnya. Agni mengulurkan tangannya pada Riko. Niatnya memberi semangat dan ngebantu Riko berdiri. Tapi sayangnya, yang ditangkap seseorang di sana lain!

“apa-apaan nih!” Cakka datang dan menepis tangan Riko dari Agni.

Agni mendelik. “Lo yang apa-apaan!” sesaat kemudian Cakka menyeret Agni menjauh dari Riko.

Acha yang tadinya ngobrol bareng Cakka pun sekarang di anggurin dan berangsur balik lagi sama Ray yang sedari tadi diam. Riko? Dia mulai mau melaksanakan rencana Agni. ‘ngebuat Shilla ngelupain Alvin!’ Riko mendekati Shilla kemudian menggenggam tangannya.

Shilla kaget lalu menoleh. “kita maen air juga yuk?” Riko langsung-langsung menarik tangan Shilla mendekati Alvin-Via yang seasik sendiri.

Alvin berhenti menyipratkan air pada Via. Pandangannya tertuju pada satu tujuan. Ya! Shilla! Shilla bergandengan dengan Riko mendekat ke arahnya.

“kita ikutan yah?” Shilla seakan meminta izin pada Alvin.

Alvin langsung mengalihkan pandangannya. “hati-hati!” katanya kemudian.

Keempatnya bermain bersama pasangan sendiri-sendiri. Mencoba untuk saling nggak peduli dengan pasangan orang lain. Padahal… Alvin memperhatikan Shilla dan begitu pula sebaliknya. Via merasa ada sesuatu yang menghantam hatinya. Sesuatu yang menyakitkan! Sakit! Ngeliat Alvin sama Shilla.

“aku… aku mau ambil minum dulu!” gumam Via dan langsung melangkah pergi.

“eh, mau kemana?” cegah Alvin.

“ambil minum, kamu mau? Aku ambilin juga.”

“nggak usah, aku aja yang ngambil.”

Via tersenyum kaku kemudian mengangguk. Alvin pergi ke tempat dimana mereka memarkir mobil, karena di sana lah makanan, minuman dan pakaian yang mereka bawa di taruh. Via sendiri. Gantian dia yang memandang Riko-Shilla dari jauh. Apa mau Shilla sebenarnya?

Beberapa saat kemudian, Via melihat Riko berlalu menuju mobilnya. Mungkin mau ngambilin minum buat Shilla. Shilla sendiri sekarang melangkahkan kakinya menuju Via berada.

“temenin gue main air yuk?” Shilla tersenyum manis dan mengulurkan tangannya pada Via.

Via balas tersenyum dan nggak menolak ajakan Shilla. Dia menerima uluran tangan Shilla dan berjalan bersama menelusuri pantai.

“Lo masih sayang ya, sama Alvin?” Via membuka suara setelah hening beberapa saat.

Shilla tersentak dan menghentikan langkahnya. Menunduk. Tanpa jawaban Shilla, Via tau apa jawabannya. Via ikutan menunduk. Alvin-Shilla? Apa mungkin perasaan mereka sama? Apa cuma Alvin yang ada rasa? Apa cuma Shilla yang ada rasa?

Shilla melangkahkan kakinya menuju tepi pantai yang lebih dalam. Via mengangkat wajahnya dan memandangi sikap Shilla yang tiba-tiba. “Shill?”

Shilla nggak menggubris panggilan Via dan terus berjalan. Via mendekati Shilla dan menarik tangannya.

“Lo tau jawaban gue, Vi! Lo tau kan?” tanya Shilla dengan sedikit membentak Via.

Via kaget, nggak menyangka akan di bentak tapi hanya bisa diam dan menunduk. Air sudah batas pingang mereka saat Shilla membentak Via keras-keras. Bilang kalo Via merebut Alvin darinya. Dari Shilla!

“Lo penghancur hubungan gue sama Alvin!”

Shilla mendorong Via keras hingga Via tercebur kedalam air, tapi sebelum tercebur Via yang refleks mencari pegangan malah ikut menarik Shilla hingga tercebur. Ombak yang bergulung-gulung ternyata memperparah keadaan dan menarik ke duanya menuju tengah laut.

Via yang dasarnya bisa berenang tapi karena ombaknya besar, akhirnya kualahan dan lemas sampai akhirnya dia merasa ada yang memeluknya dan menariknya menuju bibir pantai. Via menarik nafas panjang-panjang saat dirinya sudah berada di pinggir pantai dan tepatnya di pelukan orang yang menolongnya tadi. Cakka?!

“Shilla mana?” Riko bertanya panik pada Via dan hanya mendapat gelengan lemah Via sebagai jawaban.

“Riko!! Itu!!” pekik Agni tertahan sambil menunjuk lurus ke depan. Lambaian tangan yang di duga tangan Shilla mencoba menggapai udara.

Riko bersiap menolong dan berlari menuju Shilla, tapi terlambat karena keduluan Alvin yang sudah nyebur duluan menuju Shilla. Alvin berenang dan menangkap badan Shilla yang sudah lemas selemas-lemasnya.

Alvin menggendong Shilla dan langsung membaringkannya di atas pasir pantai. Menepuk pipi Shilla pelan agar membuatnya sadar tapi nol! Tanpa peduli keadaan sekitarnya pun Alvin langsung melakukan pertolongan pertama bagi orang yang habis tenggelam. Nafas buatan!!!

Alvin nggak peduli tatapan kaget Riko, tatapan cengo Agni, tatapan dingin Cakka dan tatapan sedih Via. Dia nggak peduli. Berulang kali memberi nafas sampai akhirnya Shilla mulai sadar dan terbatuk mengeluarkan air laut yang sempat di minumnya.

“Alvin!!” Shilla langsung menangis memeluk Alvin. “aku takut!” lirihnya.

Via melihat semuanya! Melihat semuanya di depan matanya. Perlahan lelehan bening menetes dari pelupuk matanya. Via merasa sakit! Sakit yang lebih sakit! Masih dalam pelukan Cakka, Via menangis tanpa suara. Cakka merasa tubuh Via bergetar dan langsung memeluknya tanpa sadar.

“Riko, Lo bawa Shilla pulang! Kasian dia!” kata Agni pelan pada Riko. Agni kemudian menarik tangan Riko mendekati Alvin-Shilla. “sudah peluk-pelukannya?” tanya Agni dingin tanpa ekspresi.

Alvin-Shilla melepas pelukan mereka. Dan Alvin langsung-langsung menatap Agni tajam. Riko berlutut di samping Shilla entah apa yang mereka bicara kan. Intinya Agni sempat dengar Shilla berkali-kali minta maaf. Riko kemudian menggendong Shilla dan pamit pulang.

“kenapa?” Acha dan Ray datang dengan tampang panik di wajah mereka.

“nggak ada apa-apa!” sahut Cakka yang sekarang sudah berdiri tapi masih menopang Via yang juga berdiri, hanya saja Via lemas. Setelah kejadian tenggelam tadi dan kejadian nafas buatan!

“mending Lo pulang, Cha!” perintah Alvin pada Acha.

“kenapa, Vin? Ada apa?”

“gue bilang pulang!!” bentak Alvin keras pada Acha. Acha kaget, Alvin ngebentak dia?

Ray menarik tangan Acha menjauh dari Alvin dan melangkah menuju mobil. Acha nggak tau ada apa dengan Alvin sebenarnya. Baru kali ini dia ngeliat Alvin marah dan ngebentak dia! Alvin sendiri lalu beralih menatap Cakka tajam. Cakka yang masih memegangi Via. Tepatnya meluk Via.

“Vin!” Via berjalan perlahan menghampiri Alvin. Alvin juga mendatangi Via hanya saja Alvin langsung menarik tangan Via dan menyeretnya kasar.

“Via?!” Agni bersiap mengejar Alvin-Via karena nggak terima Via di tarik-tarik kayak tadi.

Cakka mencegah Agni, kemudian dia yang maju menghampiri Alvin-Via. Cakka menahan tangan kiri Via dan menepis tangan Alvin dari tangan kanan Via. Alvin menoleh dan menatap Cakka garang.

“apa maksud Lo?” tanya Alvin geram.

Cakka nggak menjawab. Dia lebih memilih mengacuhkan Alvin dan fokus pada Via yang menangis terisak di dekatnya. Cakka merenguh Via dalam pelukannya mencoba menenangkan Via sambil mengeratkan pelukannya.

Dua pasang mata memandang cengo. Satu pasang mata memandang geram dan satu pasang lagi memandang miris. Agni, Agni berdiri di belakang sana dan melihat Cakka yang mendekap Via dalam pelukannya.

Agni berbalik lemah dan berjalan menjauh. Menghampiri Iyel-Ify yang menonton dari jauh adegan Cakka-Via.

“anterin gue pulang!” kata Agni lirih lalu menarik tangan Iyel-Ify bersamaan pergi menjauh munuju mobil dan pulang!

Via masih terisak. Menangis sesunggukan dalam pelukan Cakka. Alvin yang melihat Cakka tambah mengeratkan pelukannya pada Via mulai merasa emosinya akan meledak saat itu juga meredam kuat-kuat emosinya.

“biar gue yang antar Via pulang,” suara Alvin melemah kemudian. Wajahnya mulai terlihat tenang sekarang.

Cakka masih mengacuhkan Alvin dan mulai merenggangkan pelukannya pada Via. Menatap sepasang mata sipit yang sembab milik Via. Menghapusnya dan kembali memeluknya. Isakan Via berhenti dan kembali Cakka lepas pelukannya.

Alvin datang menghampiri Cakka dan Via. Mengulurkan tangannya seakan memohon Via. Via menatap Alvin takut-takut tapi ketakutannya seperti nggak beralasan karena wajah Alvin menampilkan ekspresi letih dan cape. Memohon serta menunggu.

Via takut-takut menerima uluran tangan Alvin, kemudian berjalan beriringan bersama Alvin menuju mobil dan meninggalkan Cakka sendirian.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar