Rabu, 27 April 2011

Lucifer #4

Agni melangkah kedalam rumah ogah-ogahan, hari ini hari yang terlalu berat baginya. Mungkin terberat kedua dalam hidupnya setelah kepergian kedua orang tua Agni untuk selamanya sebagai prioritas pertama masalah hidupnya.


Kehilangan teman-temannya, sesuatu hal yang Agni harap nggak bakal terjadi pada hidupnya. Tapi apa daya, harapan tak sesuai kenyataan. Teman-temannya menjauh, belum menjauh tapi akan menjauh.

Noszta! Mereka datang dan semua berubah. Apa tujuan mereka sebenarnya? Ini pasti bukan pertukaran pelajar biasa. Mereka pasti punya tujuan tertentu. Tertentu? Satu yang Agni yakin Noszta pasti mau ngenyingkirin Niaza.

Seumur-umur, anak Niaza belum ada yang pernah menginjakan kaki ke Noszta dan sepertinya tidak akan pernah, karena Niaza juga nggak pernah di undang. Noszta HS nampaknya menjujung tinggi perbedaan kasta. Kaya-Sederhana-Miskin!

Itu mungkin salah satu penyebab Niaza di larang keras berhubungan dengan Noszta dan penyebab lainnya hanya pasukan Niaza terdahulu yang tau dan yang sekarang, hanya melanjutkan pengabdian mereka.

BLAAMM!!!

Agni menutup pintu kamarnya kuat-kuat dan langsung membanting diri di atas kasurnya. Dia mau apa aja sekarang juga nggak bakal ada yang bisa ngelarangnya. Agni anak tunggal yang ditinggal mati saat umurnya 2 tahun. Di umur yang sebenarnya sangat-sangat membutuhkan bimbingan Ayah dan Ibu.

“gue benci sendirian!” Agni bergumam dengan mata terpejam. Dia benci sendirian, sangat-sangat benci sendirian. “gue bakal ngerebut teman-teman gue lagi! Mereka semua harus percaya sama gue! Dan setelah itu gue balas anak-anak Noszta!!”

Agni begitu yakin dengan prinsipnya, jangan ikuti kata hati tapi ikuti naluri! Noszta. Masalah ini bakal selesai kalo Agni bicara sama itu anak Noszta! Tanpa pikir panjang lagi. Agni mengambil kunci mobilnya, nggak butuh peta buat nyari itu rumah penguasa Noszta. Rumah orang kaya paling di ketahui pasti keberadaannya.

***

Di ruang tivi rumah 3 sodara. Alvin bedua Cakka sedang menonton tivi bersama. Sebenarnya hanya Cakka yang nonton, sedangkan Alvin… dia kesurupan.

“bisa nggak Lo berhenti senyam-senyum kayak gitu? Gue ngeri tau nggak?!” Cakka bergidik memperhatikan wajah kembarannya yang tak pernah lelah menyunggingkan senyum. Mirip orgil lampu merah perempatan depan. “Vin! Lo denger nggak?!”

Mungkin ada puluhan kali Cakka melancarkan aksi agar Alvin berhenti tersenyum. Mulai dari berteriak dikuping Alvin, sampai menepuk-nepuk pipi Alvin selayaknya menyadarkan orang pingsan dan hasilnya nol besar. Alvin bener-bener kesurupan…!!

“ah! Gue tau!” Cakka menjentikan jarinya mendapat ide dan kembali ke posisi duduk awalnya semula.

Masih hening saat Alvin masih belum berhenti tersenyum. Wajah Agni terpampang jelas di depannya. Baru ini rasanya dia seperti orang gila. Berbahagia karena seorang gadis yang berani menentangnya! Ckckck, cinta memang gila!

“gue rasa, gue suka sama Agni!”

Suasana mendadak hening… hanya di Alvin keheningan berlaku dan tiba-tiba ada sesuatu yang bergejolak pada dirinya.

 BRRAKK!!

Alvin menghempas remote TV yang sedari tadi di pegangnya ke lantai, kemudian beralih menatap Cakka garang. Itu tadi Cakka bilang apa? Bilang dia suka sama Agni? “apa maksud Lo?” Alvin mendadak sangar. Siapa yang nggak emosi coba, kalo gebetannya mau dirampok sodara sendiri? Terlebih kembaran.

Sudah bisa diduga sebelumnya reaksi Alvin dan Cakka sebenarnya tau, bakal lama buat ngeyakinin Alvin kalo dia Cuma main-main, jadi mending sekalian. Terlanjur basah. “leader Niaza itu namanya Agni kan? Maksud gue mantan leader Niaza.” Cakka berbasa-basi tanpa peduli wajah Alvin yang berubah warna.

Alvin menatap Cakka membunuh. “mau apa Lo sama dia?”

“nggak mau apa-apa. Gue nanya doang, nggak boleh emangnya?” jawab Cakka tanpa memandang sang kembaran yang sudah-sudah siap menghajar.

“gue peringatkan Lo…”

“Alvin!!”

Diam-diam Cakka menarik nafas lega karena kepalan tangan Alvin yang menuju wajahnya terhenti seketika saat suara Via berkumandang membentak Alvin. Alvin menghentikan aksinya dan beralih menatap Via tajam.

“apa?” sahutnya kasar.

Via mendekat kearah keduanya. Wajahnya bukan terlihat panic namun ceria. “cewek Lo nyariin.” Kata Via menggoda dan berlalu begitu aja. semua mengira Via akan mencegah perkelahian Alvin-Cakka?

Asal tau saja Via bukan gadis yang peduli dengan hal sepele! Dan perkelahian Alvin-Cakka itu sepele sekali.

Alvin memperhatikan dari jauh siapa yang mencarinya, dengan masih menarik baju Cakka, mata sipit Alvin tiba-tiba membulat lebar seketika. Di luar sekarang apa iya hujan batu? Ato mungkin hujan api?

Agni, cewek yang kalo namanya di translate jadi api itu sekarang sudah berada tepat di depan pintu rumah 3 sodara. Dengan masih mengenakan seragam Niaza cewek itu  berdiri kikuk nan jauh disana.

Agni sudah bener-bener gila kayaknya. Entah apa yang bisa ngebuat dia berani datang kerumah penguasa Noszta ini. Disekolah kan bisa? Tapi nggak bisa! Masalah ini harus cepat-cepat selesai! Alvin harus mengklarifikasi semuanya! Se-mua-nya!!

“hai?”

Agni menoleh pada suara yang menyapanya dan orang yang dicarinya memang yang muncul. Alvin datang menghampirinya. “gue mau ngomong sama Lo,” kata Agni langsung. Malas berlama-lama.

Alvin tersenyum miring. Nggak dimana-mana masih aja galak. “masuk dan kita ngomongnya sambil duduk.” Santai, Alvin melangkah pada sofa diruang tamunya dan duduk santai disana. Menunggu Agni.

Agni yang tadinya kikuk sekarang risih! Senyum Alvin kurang meyakinkan akan keamanan Agni nanti. Dengan kewaspadaan penuh Agni masuk. Dia sendirian dalam kandang singa. Alvin lagi-lagi tersenyum, dia tau gadis didepannya ini sedang waspada. Terlihat dari gerak-geriknya. Permasalahan dengan Cakka tadi terlupakan.

“mau minum apa?” tanya Alvin.

Agni yang tadinya mau duduk langsung mengurungkan niatnya dan kembali berdiri. “gue kesini buat ngeminta Lo mengklarifikasi kejadian yang diruang OSIS itu!!” tegas Agni langsung ke pokok permasalahan. “bukan mau bertamu, ngobrol sama Lo!”

Seperti di rumah sendiri, lagi-lagi Agni berbicara tanpa hormat pada Alvin. Wajahnya menunjukan keseriusan untuk hal ini, sedangkan Alvin? Tersenyum sudah menjadi sebagian jiwa nya.

“yang diruang OSIS?” tanya Alvin bodoh.

Agni merengut. Si sipit ini menguji kesabarannya. Pake pura-pura nggak tau lagi! “ehm,” Agni berdehem beberapa kali sambil memandang ke arah lain, dari pada ngehadap si sipit ini? Bikin sakit mata!

“gue, secara baik-baik ngomong ke Lo. gue minta Lo mengklarifikasikan tentang kita yang tadi, yang diruang OSIS tadi. Yang tindih-tindihan.” Muka tembok Agni pasang saat mengucap ulang kejadian di ruang OSIS tadi.

 Kata-kata yang sebenarnya tidak sesuai isi hatinya. Jikalau bisa, mungkin udah dari tadi Agni memaki dan mengumpat penguasa Noszta ini mengancamnya agar mau mengklarifikasikan. Tapi dapat dipastikan Alvin nggak bakal mau mengklarifikasikan kalo cara bar-bar itu yang Agni pake.

Alvin mengangguk takjim mendengar permintaan Agni. Permintaan dengan suara lembut paksaan oleh gadisnya ini. “Lo mau gue ngomong apa?” lagi-lagi pertanyaan bodoh.

Agni mendengus. Mudahan bego beneran ini orang, dari tadi pura-pura bego mulu. “bilang sama teman-teman gue kalo semuanya salah paham, gue sama Lo nggak ngapa-ngapain dan itu semua nggak disengaja.” Agni meredam paksa emosinya. Sedikit jengkel dengan sifat Alvin yang sok innocence!

“terus?”

“terus apa?”

“terus gue dapat apa?”

Agni  mematung. Maksud si sipit ini apa? Dia dapat apa? Ya nggak dapat apa-apa lah! “emang Lo mau apa? Lo kan orang kaya yang bisa beli semuanya, jadi apa yang kurang dalam hidup Lo ini sampe-sampe Lo nanya ‘gue dapat apa?’ saat gue minta tolong buat ngelarifikasikan tentang kita yang sebenarnya salah paham?! Dan gue yakin itu semua nggak ngebuat Lo keluar duit sepeser pun kan?! Jadi… Lo butuh apa?!” Agni berkoar panjang lebar penuh keterpaksaan. Mau nggak mau harus di turutin! Dasar orang kaya nggak tau malu!!

Alvin mengulum senyumnya memandang Agni. Cewek ini, entahlah. Polos atau kah bodoh sungguh-sungguh nggak beda jauh. “emang gue boleh minta berapa hal sama Lo?”

Alvin bener-bener membuat suasana disekitar Agni jadi gerah. Semua pertanyaan bodoh dan perkataan basa-basi bener-bener ngebuat Agni gerah berada di dekat Alvin. Jangan kan dekat, seruangan seperti saat ini pun sudah ngebuat Agni sangat gerah.

Agni memutar otaknya. Ini pertanyaan jebakan, salah ngomong rugi di dia nanti. “nggak-nggak! Nggak jadi!” Agni meralat semuanya cepat-cepat. “Lo nggak perlu mengklarifikasi biar gue sendiri yang nyelesaikan!” Agni tiba-tiba berubah pikiran. Kalo tau gini dia nggak usah cape-cape nekat ke rumah si sipit ini.

Alvin rada bingung dengan keadaan yang sekarang. Gadisnya ini sedang menggertak saja ato apa? “Lo…”

“gue pamit!” Agni langsung melangkah ke pintu keluar.

Agni sendiri bingung dia kenapa, tapi lebih baik terlambat dari pada nggak sama sekali. Alvin kaget itu ternyata bukan gertakan semata. Agni bener-bener mau pergi.

“oke! gue bakal bantu Lo.” teriak Alvin sebelum Agni benar-benar pergi.

Agni menghentikan langkahnya seketika dan berangsur berbalik menghadap Alvin tak percaya. “Lo mau bantu?” tanya Agni rada nggak yakin.

Alvin mengangguk. “yap!”  Alvin bangkit dan berjalan menghampiri Agni. “apa sih yang nggak buat cewek gue sendiri!”

***

Rapat dadakan pasukan Niaza diadakan. Iyel sebagai pemimpin rapat memandang para pasukan Niaza yang duduk lesehan dibawahnya. Sedangkan dia sendiri duduk bersila di atas meja. Rumah Iyel sudah biasa menjadi markas para pasukan Niaza.

“semuanya sudah dengarkan, tentang Agni?” Iyel membuka topik, tema rapat di hari ini. “yang setuju Agni out tunjuk tangan!” tegas Iyel tanpa basa-basi. Masalah ini harus cepat selesai menurutnya.

Tak ada yang mengangkat tangan saat Iyel kembali bersuara. “Agni sudah berhubungan sama anak Noszta HS dan seperti yang kalian tau anak Noszta itu musuh kita.” Iyel berhenti sejenak dan memandang para pasukan Niaza. “dia…”

“Lo mau Agni out, Yel?” Pertanyaan itu tiba-tiba saja terlontar dari Lintar. Pertanyaan yang memicu munculnya tanda tanya besar dan sebenarnya pertanyaan yang menusuk Iyel.

 Pertanyaan yang reflek membuat bisik-bisik tetangga terjadi diantara para pasukan Niaza. Apa iya Iyel yang selama ini akrap sama Agni mau Agni hengkang dari pasukan Niaza? sedangkan Iyel yang di tanyai pun tanpa ada yang tau sebenarnya tercekat. Apa iya dia mau Agni keluar dari Niaza?

“gue… gue rasa ini keputusan bersama,” Iyel berdiri penuh kebijaksanaan yang sebenarnya hanya tameng buat dirinya. “jadi ngapain Lo nanya gue mau Agni out apa nggak? Pasukan Niaza kan nggak gue doang?!”

“dia sendirian, Yel!” Dayat berbicara, . “Lo tau, dan kita semua tau. Pasukan Niaza itu temannya, kita ini keluarganya. Lo pikir aja, Agni nggak mungkin berhianat sama kita. Ini semua pasti terencana, anak Noszta yang ngerencanain semua. Mereka mau kita pecah!”

“Lo liat sendiri kan sekarang, tanpa Agni kita kacau! Kita hampir bubar!” lanjut Deva berbicara.

Semua merenungkan setiap kata yang disuarakan, namun sayang selalu ada yang terkecuali.  Terkecuali Lintar. “bubar?” tanyanya bingung. “Buka bareng?”

Para pasukan Niaza mencelos semua, Cuma Agni yang kuat ngadepin Lintar. Biar kata Agni Cuma ngomel-ngomel doang tanpa bisa ngenyegah Lintar tambah lola, seenggaknya ada yang bisa ngeladenin anak yang satu itu lah.

“semuanya!!” Sion ikut berdiri dan menatap para pasukan Niaza semuanya.  “siapa di antara kalian yang nggak mau Boss kita ganti?!!”

Semuanya saling pandang menelaah pertanyaan Sion. Nggak mau ganti? Berselang beberapa saat kemudian semuanya mengangkat tangan disertai riuh sorakan berseru. Mereka nggak mau Agni keluar!! Mereka semua nggak mau!

Sorakan mereda saat perlahan-lahan berubah menjadi keheningan mencekam, semua mata tertuju pada Iyel. Tatapan mata penuh tanya, mempertanyakan persetujuan Iyel untuk menerima Agni kembali. Tepatnya mengurungkan niat Iyel untuk mendepak Agni keluar dari pasukan Niaza.

“kita satu keluarga! benar salahnya keluarga kita, kita tetap keluarga!” Iyel mengambil serentengan rantai besi yang ada di sakunya lalu melilitkannya ditangan kanan. “dan sekarang, kita cari anak Noszta, buat ngebalas perlakuan mereka ke Agni!”

Komando Iyel seakan menjadi tiupan peluit permulaan lomba. Berbondong-bondong pasukan Niaza mengangkat peralatan tempur mereka dan keluar. Tujuan mereka yang pertama adalah Noszta HS, nggak peduli ada ato nggak anak-anak Noszta. Nggak ada tuan, rumahnya pun jadi!

***

“cewek Lo? kapan-kapan gue jadi cewek Lo?” Agni menatap Alvin tajam sambil mengambil langkah mundur perlahan-lahan. “kalo nggak ikhlas bantu ya nggak usah! Sembarangan ngaku-ngaku gue cewek Lo segala. hidih! Kapan-kapan?” lanjut Agni sinis tanpa perasaan.

Alvin menunduk. Hatinya agak sakit mendengarkan perkataan Agni, tapi hanya agak bukan sakit banget. Butuh sekedar lebih dari itu kalo mau ngebuat Alvin sakit hati sama gadis yang bener-bener dia cintai ini. Baru Agni ini yang menolaknya, biasanya juga cewek-cewek yang ngibrit pengen jadi pacarnya.

“Lo pacar gue, tadi kita jadian di sekolah Lo. Lo nggak ingat?” tanya Alvin mengingatkan. Agni memincingkan matanya pada Alvin. Ini orang apa nggak ngerti perbedaan serius sama main-main?

Alvin mendekati Agni perlahan, sangat dekat sampai akhirnya Alvin bisa meraih tangan Agni dan membawanya memeluk lehernya dan tangan Alvin sendiri melingkar pada pinggang Agni. Keduanya saling pandang sama seperti yang dilapangan tadi pagi!

Berlangsung beberapa detik sampai akhirnya Agni tersadar sendiri. “heh! Denger ya!” Agni menahan geram seakan akan meledak. “ seperti yang gue bilang, gue mana mau sama cowok kayak Lo! orang kaya sombong kayak Lo! lagian Lo kan punya banyak uang, jadi silahkan beli sendiri cewek Lo!” seru Agni sadis, orang didepannya ini mungkin udah gila gara-gara kebanyakan duit! “dan satu lagi, gue sudah selesai di sini dan sekarang gue minta Lo jauh-jauh dari gue! ” tanpa perasaan Agni mendorong tubuh Alvin kencang dan berbalik kemudian.

Alvin tentu nggak ngebiarin itu terjadi. Dengan cepat Alvin menarik Agni kembali berbalik menghadapnya. “kita sudah buat kesepakatan, ingat?”

Agni mengerutkan keningnya bingung. Sudah bingung tambah bingung lagi. “maaf yaa… gue nggak merasa tuuh punya kesepakatan apa pun sama Lo.” manja Agni mengucapkannya. Sebenarnya mengejek dan sebenarnya juga Alvin tau.

“apa perlu gue bikin Lo ingat?”

Agni tersenyum miring. Ini cowok belum tau berhadapan sama siapa. “nggak perlu!” Agni kembali mendorong Alvin kuat, namun kali ini Alvin mendapat bonus bogem mentar dari Agni di ulu hatinya.

 Alvin memperhatikan Agni yang ngibrit lari tanpa ekpresi. Dia mencintai gadis yang aneh ternyata. Alvin bingung harus seperti apa reaksinya terhadap Agni. Sifat dan sikap Agni kadang membuatnya sakit hati, kadang membuatnya bahagia bahkan terkadang membuatnya kesal.

Tapi satu yang Alvin tau, Cuma Agni yang bisa mencampur adukan perasaannya!

“seperti yang gue bilang, Lo milik gue sekarang. Apa pun caranya gue bakal bikin Lo jadi milik gue! selamanya!”

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar