Selasa, 26 April 2011

PsycoLove #5


Via memandang Alvin binggung. Tiba-tiba saja Alvin terdiam tanpa sebab. Mata Alvin fokus pada satu sasaran. Shilla! Via tau apa di liat Alvin, Shilla masuk ke kantin dengan di gandeng Riko mesra. Alvin memperhatikan keduanya tanpa kedip sampai-sampai Via yang ada didepannya terlupakan.

Harusnya gue tau Lo cuma sayang sama Shilla. Batin Via sedih. Miris sekali rasanya mengetahui cowok yang sudah benar-benar dia sayangi sebenarnya masih menyayangi mantannya.

“gue ke kelas dulu!” ucap Via pelan dan langsung beranjak pergi.

Via berjalan pelan keluar kantin, sedikit berharap Alvin bakal ngejar dia. Tapi Via salah. Alvin nggak peduli, Alvin sibuk sama sang mantan. Tanpa Via sadari tetesan bening mengalir di pipinya. Nggak peduli semua orang memperhatikan Via yang berjalan sambil meneteskan airmata.

“Via!”

Via berharap banget yang manggil dia adalah Alvin tapi sayang ternyata bukan. Itu bukan suara Alvin itu suara Iyel. Via mengusap air matanya dan berbalik memandang Iyel yang tengah berlari menghampirinya.

“kenapa, Yel?” suara Via terdengar parau.

Iyel menatap Via. “Lo kenapa?” tanya Iyel khawatir. Via menggeleng pelan kemudian berbalik dan melanjutkan jalannya. Iyel tau siapa Via dan tau semua sifat dan sikap Via. Saat ini Via sedang menyembunyikan sesuatu darinya.

“anterin gue pulang ya, Yel? Gue sakit.” Pinta Via dengan tampang melas. Via nggak bohong tentang sakitnya. Die memang sakit. Sakit hati!! Iyel sempat binggung tapi segera meyanggupi permintaan Via.

***

Agni kali ini pulang tanpa Via dan Iyel. Kata teman-teman sekelas, Via dan Iyel pulang gara-gara sakit. Cerita lanjutnya langsung tanya Via, Iyel aja. Toh! Intinya Via, Iyel pulang duluan dan dia di tinggal pulang sendiri.

“…gue nggak terima! Kenapa, Kka? Kenapa?”

Histeria seorang cewek menghentikan langkah Agni yang sudah didepan gerbang untuk kembali kedalam area sekolah. Sekolah memang sedang sepi saat Agni mendengar teriakan tidak terima seorang cewek. Agni kemudian berbalik dan mencari sumber suara.

“gue nggak mau kita putus!! Pokoknya gue nggak mau!” seorang cewek berteriak histeris pada cowok di hadapannya.

Agni mengendap-endap diantara pepohonan taman belakang dan sedikit mengintip kearah 2 orang yang lagi berdiri berhadapan didepannya. Sifat Via yang suka ngintip dan nguping urusan orang lain, kayaknya nular ke Agni.

Agni memperhatikan baik-baik kedua orang didepannya. Cakka…? sama… Angel? Wah! Tontonan seru! Agni tertarik menonton film baru. Cakka-Angel’s Story. Rasa benci yang teramat sangat pada keduanya membuat Agni begitu menikmati acara saling teriak Cakka-Angel.

“gue bosan sama Lo!” bentak Cakka.

“tapi kenapa?”

“sudah lah, Ngel! Lo pacaran sama gue juga cuma buat pamer kan? Lagian gue nggak suka sama Lo, jadi nggak pa-pa lah kalo kita putus.” kata Cakka enteng. Angel didepannya mulai menangis terisak.

“gue sayang banget sama Lo, Kka! Bener-bener sayang!” ujar Angel parau. Cakka tersenyum tipis kemudian mendekap Angel dalam pelukannya. Diam diantara mereka mereka, sampe akhirnya isakan Angel berhenti dan Cakka melepas pelukannya.

“gue pergi dulu ya?” tanpa menunggu jawaban Angel, Cakka langsung pergi meninggalkannya.

Agni masih terpana dengan apa yang dilihatnya. Seorang Cakka? Bisa sebegitu lembutkah dia? Kenapa Angel nggak digampar? Padahal itu yang ditunggu-tunggu Agni. Apa mungkin Cakka punya kepribadian ganda? Mungkin aja. Agni asik bergelut dengan pikirannya.

“sudah selesai nontonnya?”

Tau-tau saat Agni menoleh ke sumber suara Cakka sudah berdiri tegak disamping Agni. Agni kaget setengah mampus, tapi sok cuek dan berusaha biasa aja. Pasang tampang watados!

“sudah kok!” jawab Agni sekenanya. Perlahan tapi pasti, Agni mundur selangkah demi selangkah dan bersiap lari.

“heh!” Cakka menarik pergelangan tangan Agni dan menariknya mendekat. Cakka tau Agni mau kabur! Agni pasrah. Gagal sudah rencananya untuk melarikan diri. “mau kemana Lo?”

Cakka melotot tajam pada Agni sampe akhirnya tatapan Cakka berubah. Dia ganti menatap intens mata Agni dan begitu juga Agni. Kali ini Agni menikmati pemandangan di depannya. Pemandangan wajah Cakka yang harus dia akui cakep. Buat saat ini!

Keduanya diam tanpa suara dan saling tatap pun tak terhindarkan diantara keduannya. Situasi yang sepi dan semilir angin yang berhembus lembut seakan mendukung keadaan saat itu.

Perlahan Cakka melingkarkan satu tangannya yang bebas kepinggang Agni, memeluknya dan mulai mendekatkan wajahnya ke Agni. Dekat… dekat… dan dekat… Cakka memiringkan kepalanya dan mencium bibir Agni.

Agni diam tapi seketika berontak dalam pelukan Cakka. Cakka menguatkan pelukannya pada Agni. Lama, sampai akhirnya Cakka melepaskan ciuman bibirnya dari bibir Agni, tapi masih tetap memeluk cewek tomboy yang memberontak itu.

“ini hukuman karna Lo nggak nurutin perintah gue!” bisik Cakka tajam.

***

Via menangis sesunggukan dalam pelukan Iyel. Via mengeluarkan semua unek-uneknya pada Iyel. Iyel yang dipeluk sebenarnya senang, tapi sedikit nggak tega kalo Via harus memeluknya dalam keadaan kacau kayak gini.

“gue sayang dia, Yel!” isak Via.

“dia juga pasti sayang sama Lo, Vi!” sakit sebenarnya saat Iyel mengatakan itu.

“tapi tadi dia nggak peduli sama gue, dia cuma peduli sama Shilla!”

Iyel bener-bener nggak tau harus berbuat apa. Tangisan Via lama-kelamaan malah tambah kencang. Baju seragam Iyel pun sudah basah akibat air mata Via. Iyel mengeratkan pelukannya, berharap itu bisa menenangkan Via.

Iyel benar-benar ingin memberi kenyamanan pada Via. Dia ingin bisa menenangkan Via sebagai orang yang berarti dihati Via, bukan hanya menjadi sahabat yang ada dimana Via membutuhkannya.

Iyel nggak mendengar lagi isakan Via. Semuanya tangis dan isaknya mulai terganti dengan nafas beraturan serta mata Via yang terpejam. Tertidur!

Iyel mengurai pelukan Via pelan. Digendongnnya Via menuju kamar Via yang berada dilantai atas. Iyel membaringkan Via ditempat tidurnya. Menatap setiap detail wajah manis Via yang tertidur pulas.

“lebih dari sahabat…” gumam Iyel.

Iyel mendaratkan ciumannya dikening Via sebelum dirinya turun kelantai bawah dan pamit pulang.

“apa maksud Lo?” Iyel berbalik dan mendapati Alvin sudah berdiri diambang pintu dan menatap tajam dirinya.

Iyel dengan tenang mendorong pelan bahu Alvin untuk mundur dan menutup pintu kamar Via. Iyel berjalan menuruni tangga, Alvin mengikutinya dari belakang.

“Lo…”

BUKKK!!

Alvin memukul keras ulu hati Iyel sebelum Iyel sempat menjelaskan semuanya. Iyel jatuh terduduk dilantai. Meringis kesakitan sambil terus memeganggi perutnya yang sakit.

“Lo apain Via?” geram Alvin. Melihat gadisnya dicium membuat amarahnya memuncak. Nggak peduli orang itu hanya mencium kening gadisnya atau pun orang itu hanya sahabat gadisnya. Tetap saja dimata Alvin orang itu telah merebut gadisnya. Via!

Iyel meringis dan tersenyum miring. “lain gue! Tapi Lo!” ujar Iyel dan membuat Alvin sedikit binggung. “Lo apain Via?” lanjut Iyel terbata.

“apa maksud Lo!” Alvin menarik kerah baju Iyel hingga Iyel yang tadinya terduduk jadi berdiri.

“Via nangis gara-gara Lo!”

BUUKK!!

Sekali lagi pukulan keras dari Alvin mengenai Iyel, tapi kali ini bukan diperut melainkan di wajahnya. Sudut bibir Iyel mengeluarkan darah. Rasanya seperti bau logam saat Iyel merasakan sedikit darahnya masuk kemulut.

Alvin menyentakan pegangannya pada Iyel hingga Iyel terhuyung mundur dan kembali jatuh. “jangan pernah deketin Via lagi!” desis Alvin tajam.

Iyel terkekeh. “lucu!” komentarnya. Iyel berdiri kemudian mengambil tasnya yang berada disofa. “jangan harap!” katanya sambil terus melangkah pergi meninggalkan ruang tamu rumah Via. Alvin diam, sudah cukup rasanya.

“jangan harap gue ngelepasin Via!”

***

Hampir 1 jam Iyel duduk diruang tamu Agni, tapi sang empunya rumah belum turun sedari tadi ditungguin. Iyel berniat cerita pada Agni tentang semua yang terjadi hari ini pada Via, dirinya dan juga Alvin, tapi sudah 1 jam menunggu Agni nggak kunjung turun dari kamarnya.

“Agni!!” Iyel berteriak dari lantai bawah. Berharap Agni mendengar teriakannya dan segera turun.

Rumah Agni nggak beda jauh dari rumah Via. Sepi!!

PRRAANGG!!!

Suara dari lantai atas membuat Iyel cepat-cepat berlari menuju kamar Agni. Siapa lagi yang membuat suara itu kalo bukan Agni? Iyel memasuki kamar Agni yang nggak tertutup. Kamar Agni sudah mirip kapal pecah saat Iyel tiba disana. Bantal, pakaian, selimut berhamburan dilantai. Buku-buku serta figura juga ikut tergeletak dilantai kamarnya.

Iyel mengedarkan pandangannya dan menemukan Agni berdiri tegak didepan cermin kamar mandinya. Masih dengan mengenakan pakaian sekolah Agni terlihat berantakan dan… tangannya berdarah?

“Agni! Lo apa-apaan?” bentak Iyel. Iyel menarik Agni keluar dari kamar mandi dan mendudukan Agni ditepi tempat tidurnya. Sebelum keluar dari kamar mandi tadi, Iyel sempat melihat cermin kamar mandi Agni sudah pecah dan terselipi darah. Darah Agni?!

Agni diam, menunduk. Iyel datang disaat yang nggak tepat! “mending Lo pulang!” kata Agni dingin. Suaranya bergetar menahan tangis.

“kenapa?” Iyel duduk disebelah Agni dan menarik dagu Agni untuk memandangnya. “Ag? Kenapa?” ulang Iyel, kali ini lembut.

Agni membalik badannya dan memeluk Iyel tiba-tiba. Iyel binggung, tapi hanya bisa mengelus punggung Agni untuk menenangkannya. Lama tanpa bicara, hanya diam. Iyel yang tadinya sempat melihat mata Agni memerah menunggu Agni mengeluarkan air matanya.

“kok nggak nangis?” tanya Iyel. Agni mengurai pelukannya dan menatap Iyel tajam. “kenapa?” tanyanya sok polos.

“nggak!” Agni beranjak pergi dari tempat tidurnya, keluar. “Lo mending pulang, gue mau sendiri dulu!” suruh Agni.

“tapi…”

“gue mau sendiri dulu. Besok deh kita ngomong kalo niat Lo ke rumah gue memang penting!”

“tapi ini…”

“besok!” tegas Agni.

Iyel diam. Dengan bersungut-sungut dia angkat kaki dari rumah Agni. Dirinya yang masih binggung dengan kelakuan Via, sekarang Iyel ditambah dengan kelakuan Agni yang nggak kalah aneh.

“bersihin luka Lo, sebelum infeksi!”

***

Agni melangkahkan kakinya menyusuri koridor kelas-kelas, di sampingnya Via dengan mata sembab berjalan mendampingi. Agni sudah memperingati Via biar nggak sekolah, tapi Via nggak mau denger dan nekat buat masuk dan sekarang jadi tontonan anak-anak seantero sekolah.

“gue bakal putusin Alvin!” kata Via tiba-tiba.

Aih! Apa lagi ini? Si Via apa mau nasipnya kayak Shilla dulu yak? Di gampar?

Agni menatap Via takjub. “emang berani?” cibirnya. “dia melototin Shilla aja Lo mewek, apa lagi Lo putus dari dia.”

Via mendelik garang. “dari pada gue mewek gara-gara di cium paksa sama orang yang nggak gue suka!” sindir Via. gantian Agni yang mendelik.

“jangan di bahas!”

“oke! Tapi sekarang Lo temenin gue buat bilang putus sama Alvin!”

“Lo serius?” Agni masih nggak percaya. Baru seminggu jadian euy!

Via mengangguk mantap. Agni melengos.

 “Vin, gue mau bicara sama Lo!” Via to the point saat bertemu Alvin di depan kelasnya. Alvin tampak acuh dengan kedatangan Via dan malah asik ngobrol dengan teman-temannya.

“Vin!” panggil Via. Alvin masih nggak peduli. Alvin sebenarnya masih sedikit emosi dengan kejadian kemarin saat mendapati Iyel mencium kening Via.

Via muak! Antara masih cinta dan jengkel, dia binggung mau ngapain. Agni juga ikutan binggung mau ngapain, dia di sana cuma sebagai pajangan. Via diam menunggu reaksi Alvin yang jelas-jelas melihat pacarnya berdiri didepannya buat minta ngomong sama dia.

Oke! Kalo itu memang mau Lo! suara hati Via berteriak berseru.

“kita putus!” ujar Via pelan namun tegas. Seketika setiap kegiatan yang di lakukan orang-orang di sekitar mereka terhenti detik itu juga. Alvin pun kini berhenti bicara dengan temannya dan beralih menatap Via tak percaya.

Via tersenyum puas dengan reaksi Alvin. Rasanya malah senang setelah memutuskan Alvin, mungkin Via sudah nggak lagi sayang sama Alvin. Semoga! Pikirnya.

Agni nggak kalah kaget. Via bener-bener berani! Dengan senyum puas, walaupun mata Via sembab. Via pergi meninggalkan Alvin dan teman-temannya. Via menarik tangan Agni dan kembali berjalan beriringan.

“nggak nyangka, Vi! Hebat!” puji Agni.

“iya dong! Cowok begitu harus di hajar!” balas Via bangga. Agni mencibir. Sombong!

“Vi!”  seseorang menarik tangan Via sampai Via berbalik memandang orang yang menariknya.

“apaan sih!” Via menepis tangan orang itu kasar. Raut wajahnya di buat sedemikian rupa biar orang di hadapannya ini tau kalo dia ini sedang nggak mau di ganggu!

“ayo kita bicara!” ajak orang itu. siapa lagi kalo bukan Alvin. Alvin kembali menggapai tangan Via.

“nggak!” bantah Via sambil menarik kembali tangannya. “nggak ada yang perlu di bicarakan!”

Alvin masih nggak percaya dengan apa yang di dengarnya. Sebegitu cepatkah Via merubah kepribadiannya menjadi cewek keras kepala. Via menatap Alvin dingin. Rasa sayangnya benar-benar sirna terhadap Alvin. Sifat Alvin yang asli mulai berontak kuat untuk keluar. Dia benci di tentang. Terlebih di permalukan seperti tadi!

Alvin kembali meraih tangan Via dan kali ini memegangnya dengan kuat. Atau lebih tepatnya mencengkramnya dengan kuat.

“aaa…!” rintih Via kesakitan.

“heh! Apa-apaan Lo!” Agni akan maju untuk melepas cengkraman Alvin dari Via tapi urung karena tiba-tiba ada yang memeluk pinggangnya dari belakang dan menyenderkan kepala di bahunya.

“jangan ikut campur!” bisik orang itu.

Agni kaget stengah mampus dan langsung menggunakan tangannya yang bebas untuk menjauhkan kepala orang itu dari bahunya. “ pergi!” bentaknya seakan orang itu adalah setan yang terkutuk.

 Cakka, orang itu sama sekali nggak bergeming dari posisinya dan malah sekarang kedua tangan Agni sudah di pegangnya. Agni panik! Via juga panik! Agni harapannya agar terhindar dari kekerasan dalam pemutusan sudah nggak bisa lagi di harapkan!

“ayo!” Alvin menarik Via paksa menjauh dari Cakka-Agni yang mungkin bisa di bilang sedang asik sendiri.

“aaa!! Lepas!” bentak Agni keras, sekelilingnya terlihat rame bisik-bisik tetangga. Cakka sama sekali nggak peduli dengan sekitarnya dan masih terus memeluk Agni.

“kalo Lo nggak diam! Jangan salahkan gue kalo terpaksa gue yang bikin Lo diam!” Agni langsung bungkam. Takut dengan posisi begini Cakka dengan mudahnya… itu deh!

Dalam diam Agni masih meronta dalam pelukan Cakka. Injak kakinya!! Usul sang otak yang langsung di laksanankan sang kaki. Agni mengambil ancang-ancang dan menginjak kuat-kuat kaki Cakka.

“arrgh!” Cakka mengerang. Pelukannya pada Agni terlepas dan tidak di sia-siakan Agni buat kabur.

Lari secepat yang dia bisa. Bukan buat lari dari Cakka tapi buat nyari dan nyelamatin Via. sahabat yang baik! Cakka sendiri masih berdiri di tempatnya sambil bersender pada dinding memandangi kaki kanannya. Rasain!

“… kenapa minta putus?” Alvin mendorong Via pelan dan mengurungnya dengan 2 rentangan tangan kedepan menekan pohon. (?)

Via membuang muka. Antara takut sama jual mahal. Alvin yang tadinya sedikit tenang mulai panas dengan tingkah Via. seenaknya aja minta putus. Alvin mendekatkan wajahnya kearah Via dekaaat… banget! Via sendiri menyenderkan diri kuat-kuat buat menjaga jarak wajahnya dengan Alvin.

“kenapa minta putus?” Alvin mengulangi pertanyaannya menjelang 5 senti didepan Via. Via membuang muka lagi, tapi nggak di biarkan Alvin. Alvin menghadapkan wajah Via kembali memandang wajahnya dan menahannya agar Via nggak lagi-lagi membuang muka.

“bosan!” jawab Via refleks. Via cepat-cepat menutup mulutnya saat mata Alvin melotot padanya. Salah ngomong! Itu tadi refleks! “eh, bukan-bukan…”

Alvin bersiul panjang. “kamu bosan? Bosan kenapa?” tanya Alvin. Suaranya tiba-tiba melembut.

Via mengerutkan keningnya. Binggung! Kenapa?

Alvin tersenyum aneh. “kamu bosan hubungan kita yang begini-begini aja?” tanyanya pelan. Via diam. Apa maksudnya? “kamu mau hubungan kita kayak Cakka-Agni? Iya?”

Via benar-benar binggung sekarang. Alvin ngomong apa? Maksudnya apa? Terus apa hubungannya sama Agni? Hubungan Cakka-Agni? Emang Agni pacaran sama Cakka?

“apa maksud Lo?” suara Via terdengar bergetar ketakutan.

“maksud aku, hubungan kita penuh warna!”

 Alvin kembali mendekatkan wajahnya ke Via. Via sudah nggak bisa ngehindar lagi dan cuma bisa memejamkan matanya kuat-kuat. Via seakan tau apa yang akan menimpanya nanti. Perlahan Via merasakan sesuatu…

“VIA!!!” Agni muncul dari balik pohon dan mendorong Alvin hingga Alvin terhuyung mundur beberapa langkah. “heh! Maniak! Mau Lo apain Via?!” seru Agni sambil menunjuk lurus-lurus muka Alvin.

Via sendiri masih diam terpaku. Itu tadi apa? First kiss gue? Pikiran Via masih awut-awutan. Alvin nyium gue? Bibir gue? Meski pun hanya beberapa detik, Via merasakan sensasi menggelitik di hatinya. Rasa jengkel dan marah nggak bisa menutupi kalo Via sempat menikmati detik-detik itu.

“Vi? Lo kenapa?” Agni panik melihat Via yang diam nggak bereaksi. “Vi?!” panggilnya lagi.

“gimana, Vi? Suka?” tanya Alvin menggoda.

Pertanyaan Alvin seakan menginjak-injak harga diri Via. Perasaan yang tadi sempat menggelitik kini menjadi api yang membara di hatinya. Mata Via mulai berkaca-kaca.

Tangan terkepal kuat kemudian merangsek maju ke hadapan Alvin. Via dengan sekuat tenaga melayangkan sebuah tamparan ke wajah Alvin. Tapi kini keadaan berbalik, Agni yang melihat semuanya pun nganga parah melihat adegan di depannya.

Alvin menahan tangan Via kemudian menarik Via kedalam pelukannya. Tubuh Via berontak tapi nggak berarti bagi Alvin. Alvin mengeratkan pelukannya, kepalanya mulai turun sejajar dengan wajah Via. dengan sedikit memiringkan kepalanya. Alvin kembali mencium bibir Via.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar