Jumat, 29 April 2011

Musical Heart : Cagni #2

Cakka merana di tinggal Agni. Meskipun Oik telah kembali ke pelukan Cakka tetap aja berbeda rasanya saat Cakka bersama Agni dulu. Agni kini tengah bersikap biasa saja pada Cakka. Seperti nggak ada apa-apa dulu. Dulu saat Cakka-Agni saling memiliki.


Sikap Agni yang mengganggap semuanya nggak pernah terjadi malah membuat Cakka merasa tersiksa. Cakka selalu berusaha mencari tau lewat mata Agni. Berkali-kali Cakka ingin sekali menatap mata Agni, tepat di manik matanya untuk mencari tau masih adakah tempat untuk Cakka di hati Agni, namun sulit nyatanya. Agni selalu menghindar dari Cakka.

“Kka? Kenapa sih, ngelamun terus?” tanya Oik.

Saat ini mereka berada di sebuah Café untuk menghabiskan malam minggu mereka. Oik sengaja mengajak Cakka jalan-jalan sengaja untuk membuat Cakka melupakan Agni sejenak dan bersenang-senang dengannya.

“Kka?!” panggil Oik lagi.

“eh, apa?” sahut Cakka gelagapan.

“kamu kenapa?” tanya Oik khawatir. Bukan khawatir karna Cakka sakit atau apa, tapi khawatir Cakka sedang memikirkan Agni.

Cakka kembali nggak mendengar kata-kata Oik. Kupingnya seakan tertutup dari semua suara disekitarnya. Mata Cakka menajamkan penglihatannya, meyakinkan apa benar yang dilihatnya. Itu… itu Agni dan Irsyad? Ada hubungan apa mereka?

Agni berjalan beriringan di samping Irsyad. Mereka tertawa sambil sesekali bercanda dan sengol-sengolan. Agni-Irsyad memasuki Café dan duduk disalah satu meja yang hanya berjarak 3 meja dari meja Cakka.

“Kka?!” panggil Oik lebih keras dan membuat Cakka tersentak. Wajah Oik merah padam air mata Oik turun perlahan membasahi pipinya. Oik tau apa yang sedang Cakka perhatikan. Cakka memperhatikan Agni yang baru aja masuk ke dalam café bersama seorang cowok yang nggak Oik kenal. sakit rasanya, melihat Cakka memperhatikan orang lain.

“Ik, maaf.” Gumam Cakka lirih. “aku nggak maksud,” Cakka meraih tangan Oik yang ada di atas meja dan menggenggamnya.

“nggak pa-pa, aku ngerti.” ujar Oik pelan. Oik melepaskan genggaman Cakka dan menghapus air matanya. “mau cari tempat lain?” tawar Oik.

Cakka menggeleng. “nggak usah, nggak pa-pa kok.”

Sebenarnya Oik kecewa dengan Cakka yang masih mau bertahan di dalam café itu. Oik tau benar kalo Cakka pengen mengawasi Agni, tapi coba ia tepis pikiran jeleknya. Siapa tau Cakka mencoba melupakan Agni? Dan begini caranya yakin Oik dalam hati.

Cakka-Oik melanjutkan makan mereka dengan sesekali mata Cakka memperhatikan Agni dan Irsyad yang juga lagi makan. Tiba-tiba Agni bangkit berdiri dan pamit dengan Irsyad. Mungkin ke toilet pikir Cakka. Cakka langsung berinisiatif mengejar Agni, seenggaknya Cakka akan berpura-pura ketemu dengan Agni dan menanyakan ada apa dengan Agni dan Irsyad.

“Ik, aku ke toilet dulu.” Cakka langsung pergi meninggalkan Oik.

Cakka berjalan menuju toilet sambil sesekali menoleh kebelakang, takut-takut Oik nggak percaya dan mengikutinya. Karena nggak melihat ke depan Cakka menabrak seseorang hingga handphone yang di pegang orang itu terjatuh.

“eh, sorry-sorry!” seru Cakka cepat dan langsung memungut handphone orang itu.

“Cakka?!” Cakka menatap orang yang ada didepannya. Agni berdiri tepat di hadapannya dan terlihat kaget dengan kehadiran Cakka. “mmm, hape gue!” pinta Agni dengan berusaha bersikap biasa, padahal canggung banget.

Cakka tersenyum dengan tingkah Agni. Cakka paling tau semua gerak-gerik Agni. Agni yang lagi malu, kikuk, canggung, gugup semuanya Cakka tau.

“Kka?!” ulang Agni. Kali ini Agni mengulurkan tangannya untuk menerima kalo-kalo Cakka mengembalikan hapenya.

Cakka masih nggak bergeming. Dia malah menatap Agni lekat. Agni yang tau Cakka lagi menatapnya jadi risih sendiri. Diam di antara mereka, Agni sudah nggak tenang dari tadi berada di dekat Cakka. Ingin cepat-cepat pergi tapi hapenya masih di pegang Cakka.

Pegal sudah tangan Agni terulur menunggu hapenya yang tak kunjung dikembalikan. Agni akan menarik tangannya saat dengan cepat tau-tau Agni sudah berada di pelukan Cakka sekarang.

“Kka! Lo apaan sih?!” geram Agni marah. Tubuh Agni memberontak kuat dalam pelukan Cakka, tapi Cakka malah semakin mempererat pelukannya terhadap Agni. “Cakka!!” dengan kuat Agni mendorong tubuh Cakka, merampas hapenya dan berlari meninggalkan Cakka.

Agni sama sekali Cakka akan bertindak seperti tadi. Itu bukan Cakka yang di kenalnya. Agni mengubah larinya menjadi jalan saat tiba dimeja Irsyad. Cakka juga kembali ke mejanya sambil sesekali melirik Agni yang tampak berbicara dengan Irsyad. Agni-Irsyad membayar makanan mereka dan pergi meninggalkan café.

“Cakka, aku mau pulang!” pinta Oik setibanya Cakka dimeja mereka.

“yuk!” Cakka membayar makanannya dan menggandeng tangan Oik keluar dari café itu.

***

“Kka, lebih baik kita putus aja!” Oik menunduk dalam-dalam saat mengucapkan kata putus. Cakka yang lagi nyetir mobil langsung menepikan mobilnya dan manatap Oik.

“aku nggak mau miliki kamu setengah-setengah, aku tau kamu masih sayang sama Agni kan?” Oik memberanikan menatap Cakka. Oik tau perkataanya tadi itu benar. Buktinya sekarang balik Cakka yang menunduk.

“aku nggak…”

“kamu nggak usah ngelak, Kka! Aku liat semuanya! Kamu nggak mungkin peluk Agni atas rasa benci kan?” potong Oik.

Cakka benar-benar kaget sekarang. Cakka menatap Oik dan mendapati gadis itu menangis tanpa suara.

“aku nggak mau setengah-setengah, Kka!” ulang Oik. “kembali ke Agni, gue dukung lo! gue akan dukung lo sepenuhnya! Anggap gue sahabat lo!” aku-kamu Oik berubah menjadi lo-gue.

Cakka makin bener-bener kaget. Cakka melotot nggak percaya dengan kata-kata Oik. Cakka menatap Oik binggung seakan bertanya ‘apa maksud kamu?’. Oik mengerti arti tatapan Cakka, tapi ia hanya tersenyum menanggapinya.

Dengan air mata yang masih mengalir deras Oik tersenyum tulus. “Agni cocok buat lo, sebagai pacar! Dan Oik cocok buat lo sebagai sahabat!” ujar Oik dengan tegas.

***

Cakka sudah benar-benar putus dengan Oik, tapi mereka masih berteman seperti yang diminta Oik. Cakka bersukur memiliki Oik yang pengertian dan mengerti mau Cakka, meskipun harus dia akui dia tau bagaimana rasanya Oik. Cakka tau rasanya melepaskan orang yang disayangi yang kini di rasakan Oik.

Cakka memarkir mobilnya di parkiran sekolah. Seperti biasa jika ‘The Most Wanted Boy’ di sekolah Idola lagi jomblo pasti cepet nyebarnya. Buktinya baru aja putus kemaren malam sama Oik. Cewek-cewek SMA Idola langsung ngajuin diri jadi pacar Cakka.

“Kka, aku cinta kamu!”

“aku sayang kamu!”

“Cakka!!”

“jadiin aku pacar kamu!!”

Begitulah sedikitnya yang di teriakan oleh cewek-cewek itu. Cakka menanggapinya hanya dengan senyum yang langsung membuat semua cewek histeris tadi bungkam mesem-mesem dan menyingkir seakan memberi Cakka jalan.

“Agni!”

Agni melintas tak jauh di depan Cakka. Agni menoleh sekilas, tapi setelah tau kalo Cakka yang manggil dia, Agni langsung buang muka pura-pura nggak liat.

“Agni! Tunggu!” Cakka mengejar Agni yang jauh didepan.
Agni sempat menoleh. Saat dia melihat Cakka berlari menghampirinya, Agni langsung menambah kecepatan jalannya. Bahkan Agni mulai berlari-lari kecil meninggalkan Cakka. Jujur, Agni masih kesel tentang pelukan di café kemaren.

“Ag,” Cakka berhasil mengejar Agni dan menahan tangannya. “ aku mau ngomong!”

Agni nggak jawab. Sibuk berusaha ngelepas tangan Cakka.

“Ag?!”

“lepas!” kata Agni keras. Tapi nggak di hiraukan Cakka.

“aku mau ngomong!” Cakka mencoba menjelaskan.

“gue bilang lepas!”

Cakka nggak peduli dan langsung narik tangan Agni atau lebih tepatnya nyeret, karena Agni sama sekali nggak tinggal diam di tarik Cakka. Cakka menarik Agni menuju gudang sekolah, baru Cakka lepaskan pegangannya.

“apa maksud lo!” tanya Agni marah.

Cakka nggak menjawab. Dia malah melangkah maju mendekati Agni. Agni kontan mundur beberapa langkah pada setiap satu langkah maju Cakka.

“lo mau ngomongkan? Ya ngomong!!” perintah Agni. Namun masih nggak ada reaksi dari Cakka. Keadaan Agni makin terdesak, kini dia terpojok di sudut gudang.


Cakka sudah berada didepan Agni, tinggal selangkah menuju terbuangnya jarak diantara mereka. Cakka menaikan tangannya dan mengalungkannya dileher Agni. Agni ingin menjauh tapi nggak mungkin karna sudah terhimpit.

“aku mau kita balikan, Ag!” pinta Cakka.

Agni terhenyak mendengar permintaan Cakka. Agni masih sayang sama Cakka, hanya saja Agni sudah terlanjur terima kalo Cakka memilih Oik. Sekarang Cakka meminta Agni kembali padanya. Kalau saja Cakka bisa dipercaya, pasti Agni nggak segan-segan jawab ‘ya’.

“gue nggak mau! Lo mau kemanain Oik?!”

“aku sudah putus, Ag!” gumam Cakka.

Agni menyangka ada maksud lain dalam pengakuan Cakka. Di mata Agni, Cakka memang benar-benar cowok playboy yang brengsek. Agni sudah mengorbankan perasaannya demi kebahagiaan Cakka dengan Oik, tapi apa balasan Cakka? Dia memutuskan Oik dan minta Agni kembali padanya. Apa mau Cakka sebenarnya?!

Agni meneteskan air matanya. Rasa sakit atas pengorbanannya dulu seakan kembali koyak dengan semua permainan Cakka. Cakka benar-benar menganggap perasaan adalah permainan. Permainan yang bisa dia mainkan sesuka hatinya.

“Ag, lo…”

Agni menepis tangan Cakka yang ingin menghapus air matanya. “lo jangan pernah ganggu gue lagi! Gue benci sama lo! Benci!!” teriak Agni.


Agni mendorong Cakka kuat hingga Cakka mundur beberapa langkah, dengan begitu cepat-cepat Agni pergi meninggalkan Cakka sendiri. Cakka hanya diam menatap sayu punggung Agni yang mulai pergi menjauh dan menghilang dibalik dinding-dinding ruang kelas.

“lo buat gue ngerti rasanya sakit hati, Ag! Sekarang gue bener-bener tau rasanya sakit!”

***

Cakka memandangi Agni tanpa kedip. Gadis yang dulu miliknya itu sedang berlari memantulkan bola basket dilapangan depannya. Agni mungkin nggak menyadari kehadiran Cakka. Kalo Agni tau, mungkin sudah dari tadi dia berhenti main.

Cakka sudah benar-benar nggak tahan sekarang. Sikap Agni benar-benar membuatnya muak. Mana mungkin Agni melupakannya begitu cepat! Dengan rasa pede dan siap dipermalukan yang besar Cakka menghampiri Agni yang siap ngeshoot bola ditangannya.

“balikin bolanya!” bentak Agni. Cakka ternyata merampas bola basket yang tadi dipegang Agni. Agni sudah menunjukan tampang nggak sukanya pada Cakka. Cakka tau banget arti perlakuan Agni. Agni menolak kehadirannya terang-terangan.

“lawan gue! Gue kalah, gue bakal ngejauh dari lo! lo kalah, lo balik sama gue!”

“nggak!”

“kenapa? Lo takut!” Cakka mendekati Agni yang diam ditempatnya. Cakka tau Agni takut. Agni takut jika kalah. tapi kenapa? Toh jika dia kalah, dia bakal balik sama Cakka. Bukannya menguntungkan?

Agni masih diam ditempatnya dan Cakka sudah berada dekat didepannya. Cakka menengadahkan wajah Agni, menatap tepat ke manik mata gadis itu. Mencari tau!

“apa-apaan lo!” Agni menepis kasar tangan Cakka dan langsung mendorongnya. “lo denger ya! Lo mungkin bisa ngajak mantan cewek-cewek lo yang dulu balik seenak jidat lo! tapi nggak gue! Gue tau siapa lo! lo cuma playboy brengsek…”

Agni berhenti sejenak menarik nafas. Cakka masih diam cukup tak menyangka reaksi Agni yang begitu meledak-ledak.

“lo nggak pernah tau kan rasanya sakit?! Yang lo tau cuma rasa bosan! Lo bosan sama cewek yang lo tembak dan lo pacari. Saat lo bosan lo tinggal bilang ‘say, kita putus!’ dan selesai bagi lo! lo nggak tau rasa sakit mantan lo! dan lo nggak bakal pernah tau sebelum lo ngerasain sendiri!”

Cakka mengepalkan kedua tangannya. Perkataan Agni tadi nggak sesuai dengan kenyataannya. Yang benar, Cakka lah yang tau siapa Agni dan Agni nggak tau apa-apa tentang Cakka.

Cakka kembali mendekati Agni. Agni harus tau perasaan Cakka yang sebenarnya. “gue tau! Gue tau rasanya sakit! Lo yang kasih tau gue! Lo! Cuma lo!” Cakka memberi tau dengan membentak berharap Agni tau dirinya serius.

Agni tersenyum miring. Playboy memang pintar menangani situasi. Agni sempat percaya, tapi itu hanya 5 detik setelah kata-kata itu keluar dari mulut Cakka.

“bilang itu ke mantan-mantan lo! semua kata-kata lo nggak ampuh ke gue!” Agni tersenyum miring kemudian berbalik meninggalkan Cakka. Belum sampe 5 langkah, Agni kembali berbalik menghadap Cakka. “kata-kata tadi buat Oik kan?” senyum miring masih menyertai pertanyaan Agni yang terakhir sampe akhirnya dia kembali melangkah pergi meninggalkan Cakka.

“lo nggak tau gue, Ag! Lo nggak ngerti!” teriak Cakka gila-gilaan. Agni kembali menoleh sekilas dan tersenyum meremehkan. Lambaian tangan Agni tampa sedikit pun berhenti melangkah seperti pertanda dia nggak akan lagi percaya kata-kata Cakka.

Cakka putus asa. Ini karma buatnya. “Cuma Lo, Ag! Cuma Lo!”

Kembali lah wahai sayangku
Hanya itu yang membuat aku tenang
Kembali lah kembali padaku
Aku takkan pernah bisa hidup
Dengannya… dengan dia
( D’Masiv - Tak Bisa Hidup Tanpa Mu )

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar