Selasa, 26 April 2011

PsycoLove #6


Via menangis sesunggukan. Ini mungkin karma baginya karna dulu sempat nyindir Agni. Sekarang dia tau rasanya! Malu! Agni yang ada di samping Via hanya bisa memandang sahabatnya prihatin. Masih nggak nyangka sama Alvin. Tampang boleh oke, tapi kelakuan nggak banget!! Apa lagi sohibnya Alvin!!

“Via kenapa sih, Ag?” untuk kesekian kalinya Iyel bertanya setelah di kacangi berkali-kali oleh Agni.

“diem aja!” dan untuk kesekian kalinya juga Agni menyuruhnya diam.

Mereka bertiga sedang berada di lantai paling atas sekolah. Pelajaran terakhir mereka kosong, jadi mereka berani melarikan diri dari kelas. Beberapa orang sempat binggung dengan keadaan Via yang matanya sekarang udah segede bola pingpong.

“duh! Vi, udah dong nangisnya!” ujar Agni seraya mengelus-elus punggung Via menenangkan.

Via menatap Agni sendu. “gue malu, Ag! Sudah malu! Nggak jadi putus pula!” balas Via masih sesunggukan.

Agni menghela nafas. Kasian Via! Alvin bener-bener!

“apaan sih?” Iyel masih nggak ngerti dengan perbincangan 2 cewek di depannya.

“mending Lo anterin Via pulang deh,” suruh Agni pada Iyel. “Vi, Lo nggak bawa mobil kan? Lo pulang gih! Mata Lo udah nggak keliatan tuh!” perintah Agni. Via nurut.

Meraka bertiga langsung turun dari atap sekolah dan kembali ke kelas mengambil tas. Karena belum pulang sekolah, jadi terpaksa harus bohong sama guru piket biar di ijinin. Kalo Via asli kayak orang sakit. Orang matanya aja udah kayak gitu. Kalo Iyel alasan nganterin Via. Lah? Terus Agni apa?!

“mau kemana?”

“mau kabur?”

Kalo bisa Via-Agni menghilang, mungkin mereka bakal hilang sekarang. Lagi-lagi ketemu sama ALVIN! Dan sahabatnya yang setia! CAKKA! Via-Agni sudah tau suara siapa dibelakang mereka. Tanpa menoleh pun mereka tau!

Iyel menoleh dan menatap Alvin sinis. Hanya Iyel yang menoleh dan hanya Alvin yang dia tatap. Tatapan Iyel seolah berarti 1 hal yang pasti bagi Alvin ‘jangan harap gue ngelepasin Via!’.

Via-Agni diam. Nggak tau mau ngapain. Lari salah! Diam salah! Habis ngapain??

“Yel? Ayo balik!” Agni berbalik dan menarik tangan Iyel. Dengan memegang tangan Via di tangan kanan dan memegang tangan Iyel di tangan kiri Agni-Via-Iyel pergi meninggalkan Cakka-Alvin.

Besok! Pindah sekolah bakal jadi pilihan terbaik bagi Via dan Agni jika ingin hidup mereka aman!

***

Nggak di bolehkan pindah sekolah. Via-Agni libur sendiri beberapa minggu. Baru 2 minggu sih, rencananya mau 4 minggu. Mereka sudah mendapat ijin sekolah dan lagi-lagi hasil ngibul. Via-Agni mengaku kalo mereka ada urusan yang nggak bisa di tinggal. Penting! Lagi pula sekolah Via-Agni itu ternyata milik papanya Iyel. Jadi no problemo lah!

“sekarang kita kemana?” Agni menghentikan mobilnya di pinggir jalan dan memandang Via yang ada di sampingnya. Selama 2 minggu ini mereka hanya jalan-jalan nggak jelas untuk mengisi liburannya.

Via menoleh dan balik memandang Agni. “mau makan?” tanyanya.

“Lo yang traktir? Oke!” sahut Agni dan langsung melajukan mobilnya menuju café langganan mereka berdua.

Liburan tanpa sepengetahuan orang-orang! Mungkin hanya Iyel yang tau kalo Via-Agni bohong, tapi karena Iyel adalah sahabat yang baik. Apa pun dia lakukan demi sang sahabat. Walau pun harus membohongi semua orang.

Mama-papa Via-Agni? Mereka semua tau, tapi membiarkan aja. Dari pada anak-anak mereka ngerengek lagi minta pindah, lebih di baik di biarkan libur sendiri. Lagi pula papa-nya Iyel adalah pemilik sekolah sekaligus rekan bisnis papa Via-Agni.

“mau pesan apa?” seorang pelayan langsung mendatangi Via-Agni saat mereka berdua tiba dan menduduki kursi café.

“biasa,” Pelayan itu mengerti dengan kata ‘biasa’ yang Agni ucapkan. Iya lah! kan udah langganan. Pelayan itu mengangguk kemudian pergi.

Via diam, melamun. Memikirkan nasipnya nanti waktu masuk sekolah. Alvin? Sekarang hati Via sedang berada di antara masih cinta dan sakit hati!

Agni tenang. Dia nganggap kalo dia dan Cakka nggak lagi ada masalah. Tapi itu hanya anggapan Agni sendiri. Kalo Cakka ya nggak tau? Meluk orang seenaknya, tanpa status!! Dia pikir Agni cewek apaan. Yang di bahas hanya peluk, soalnya kalo bahas cium. Si Agni bisa ngamuk.

Menunggu pesanan mereka datang Via-Agni saling diam dan bergelut dengan pikiran masing-masing. Via sambil memperhatikan orang-orang yang berkelebatan lewat di depannya dan Agni sambil memainkan hape yang di pegangnya.

“Agni?” panggil Via. Agni menoleh tapi mendapati Via malah menatap ke arah lain. Manggil gue tapi matanya ke lain. Batin Agni.

Via sama sekali nggak percaya sama apa yang di lihatnya, tapi itu… itu nyata! Agni memperhatikan wajah Via yang serius memperhatikan sesuatu, kemudian juga mengikuti arah pandang Via. Sama seperti Via, percaya nggak percaya Agni melihat apa yang ada didepan matanya.

Itu Alvin…! Sama… Cakka? Tapi juga sama…?! Nggak mungkin!

***

Agni stand by di ruang tamu menunggu kepulangan mamanya. Tadi Agni cepat-cepat pulang hanya untuk menemui mamanya. Mau membicarakan sesuatu yang penting! Sangat penting! Gawat juga!

Ting… Tong…

Bel rumah Agni berdenting nyaring. Tergopoh-gopoh bibi permbantu rumah Agni datang ingin membukakan pintu.

“biar Agni aja, Bi!” cegah Agni. Sang bibi mengangguk kemudian berbalik.

Agni melangkah cemas menuju pintu, berharap mendapati sesuatu tapi juga berharap jangan sampai itu terjadi. Apa? Sampai sekarang masih sebuah misteri. Perlahan Agni menarik gagang pintu dan membukanya lebar-lebar.

“Mama?...”

“Ini Cakka, anaknya temen mama. Kamu bakal tunangan sama dia. Bulan depan!” mama Agni langsung-langsung memperkenalkan orang yang berada di sampingnya. Agni kenal banget orang itu, tapi tunangan? Apa maksudnya?

“maksud mama…”

“ayo Cakka, masuk! Anggap rumah sendiri,” ajak mama Agni pada Cakka dan mengacuhkan Agni, anaknya sendiri.

Mama Agni memasuki rumah, di ikuti Cakka di belakangnya. Agni diam terpaku di depan pintu tapi sempat memperhatikan wajah Cakka saat melewatinya. Senyum penuh arti ‘Meremehkan’ terpampang jelas diwajahnya. Wajah yang rasanya pengen Agni injek!!

***

“… anak teman mama, mama sudah kenal sama dia dan dia juga anaknya baik. Jadi kamu nggak boleh nolak.” Mama Via berkoar-koar di depan sang anak yang pasang tampang bego luar biasa.

“ma…”

“tadi dia yang nganterin mama pulang, dia nemenin mama belanja keperluan kamu nanti bulan depan. Dia juga bantu milih-milih gaun buat pertunangan kamu nanti.” Jelas mama Via yang Via nggak ngerti maksudnya.

“tapi…”

“sekarang dia lagi di luar, ngambilin semua belanjaan mama. Anaknya baik, ramah, sopan lagi!” promosi mama Via tentang calon tunangan Via nanti.

Via bingung bukan main. Tunangan sama siapa? Kok dia nggak tau? Mama seenaknya aja, nyuruh orang tunangan. Orang pacar aja belom punya. Alvin? Dia nggak masuk hitungan pacar, kan sudah putus? Secara sepihak sih, pihaknya Via doang.

“barang belanjaannya di taruh mana tante?” orang yang Via kenal banget berdiri di ambang pintu masuk rumah Via.

“Alvin?” Via lemes melihat Alvin di depan rumahnya. Dosa apa gue! Batin Via menangis.

“kamu kenal, Vi?” suara mama Via terdengar bahagia banget. “dia itu tunangan kamu! Anaknya baik loh!”

Wajah Via berubah jutek. Baik? dari hongkong! “dia itu…”

“Via itu pacar saya, tante!” ujar Alvin bangga. Mama Via tersenyum lebar bahagia, nggak perlu repot-repot pake acara pendekatan lagi. Langsung nikah sekarang juga bisa! dan Via sendiri mendelik garang pada Alvin. Matanya terbuka lebar menantang Alvin. ‘pacar Lo? ngimpi!’ mata Via berbicara.

“bukan-bukan, Ma! Ngarang dia!” ralat Via. “dia itu…”

“Via anaknya suka malu-malu tante!” Alvin merangkul Via erat di depan mama Via. Via putus asa! Mamanya sama sekali nggak nolongin sang anak! Malah senyum gaje melihatnya.

Via melepas rangkulan Alvin kasar. “heh! Kita itu sudah putus!” bantah Via sengit. Mumpung di rumah! Puasin bentak-bentak Alvin. Jarang-jarang bisa begini di sekolah.

Mama Via murka melihat calon mantunya di bentak-bentak oleh Via. “kamu apa-apaan?” mama Via langsung mencubit lengan Via.

“aaa… sakit, ma!” rintih Via.

Mama Via melepas cubitannya. “temenin Alvin. Mama masuk dulu.” Kata mama Via, sambil terus melangkah naik menyusuri tangga menuju lantai atas.

Via panik! Dia di tinggal bedua sama Alvin!

“kapan kita putus?” suara Alvin padahal pelaan bangeet, tapi kayak suara bom atom di telinga Via.

Via menoleh dan mendapati Alvin di belakangnya. “kemaren kan putus!” sahut Via takut-takut.

Alvin tertawa kecil kemudian pergi menuju sofa ruang tamu Via dan duduk. “jangan pernah bilang putus lagi ya?” kata Alvin. Suaranya bukan seperti pemintaan tapi lebih pada ke sebuah perintah yang harus di turuti. “kan sebentar lagi kita tunangan!”

***

“kenapa Lo bisa sama mama gue!” sembur Agni saat mamanya meninggalkan Agni berdua Cakka di ruang tamu.

Cakka diam. Santai dan cuek seperti biasa. “kan mama Lo sudah cerita semua?”

Agni mendelik. Bisa-bisanya nyantai di saat kayak gini. “cerita apaan?” sengit Agni. Kalo ngomong sama Cakka rasanya nggak afdol kalo nggak ketus. Mumpung di rumah sendiri juga sih!

“iya kalo kita tunangan.” Jawab Cakka enteng.

“heh! Siapa yang mau tunangan sama Lo!”

“banyak yang mau, tapi sayangnya bonyok gue malah pilih cewek jejadian kayak Lo,”

“kalo gitu gue yang nggak mau!” tandas Agni sebagai awal dan akhir pilihannya. Antara terima dan nggak terima acara pertunangan ini.

Cakka menyipitkan matanya memandang Agni. Cewek pemberani. Pikirnya. Tapi sayang, Agni masih belum mengenal Cakka sepenuhnya. Cakka itu susah di bantah! Apa lagi di lawan. Kalo Agni cowok, mungkin udah dari kemaren dia di opname.

Cakka tiba di depan Agni, sepertia biasa situasi begini Agni nunduk dan selalu nunduk! Cakka memegang dagu Agni dan menengadahkannya. Menatap tajam tepat pada manik mata Agni.

“coba aja, kalo Lo bisa bikin pertunangan ini batal!”

Pilihan yang Cakka kasih! Seperti ‘Terima atau Mati’ pilih mana? Kalo bisa pilih atau, pasti Agni pilih yang itu!

***

Hidup menjadi hitam putih bagi Agni, pulang pergi sekolah di antar Cakka, jalan kemana-mana di anter Cakka, mau belajar kelompok sama Cakka, mau ke rumah Via bareng Cakka, mau apa aja Cakka! Cakka bener-bener virus yang bikin dunia Agni gelap. Cowok psyco yang aneh bin ajaib!

Warna hidup Via rasanya lebih suram sekarang. Semua serba hitam! Sama seperti Agni, segala halnya pasti berhubungan dengan sang calon tunangan, Alvin! Tapi Alvin parah, deket sama cowok lebih dari 2 meter aja nggak boleh! Bahkan sama Iyel! Maunya apa sih tuh cowok?

“kenalin-kenalin! Pacar gue!” Iyel  datang dan langsung berkoar di hadapan Via-Agni.

Mereka sedang makan di salah satu café pinggir jalan sekarang, karena ajakan Iyel yang bilang mau ngenalin pacarnya. Setelah sebulan nggak sekolah, ternyata Iyel sudah berhasil mendapat pengganti Via di hatinya. Mungkin Iyel sadar, persahabatan mereka lebih berarti dari pada keegoisan cintanya pada Via.

Seorang gadis di sebelah Iyel tersenyum manis pada Via-Agni. “Ify,” gadis itu mengulurkan tangannya pada Via-Agni. Ngajak kenalan!

“Agni,”

“Via,”

Bergantian Via-Agni meyalami Ify sambil menyebutkan nama masing-masing. Ify gadis yang manis di mata Via-Agni, anaknya ramah juga sopan dan kayaknya baik. Cocok lah buat Iyel yang usil dan kurang ajar!

“kayaknya kenal?” ujar Agni sambil memandangi lekuk-lekuk wajah Ify. mirip sama seseorang, tapi siapa ya?

Ify tersenyum. “nggak ah, kita kan baru kenalan sekarang!” elak Ify halus. Orang iya kan? Baru kenal. Agni mangut menyetujui.

“udah ya! Gue sama Ify mau jalan dulu. Gue ke sini kan cuma mau ngenalin Ify sama Lo pada!” ujar Iyel sambil menggamit tangan Ify. “balik duluan ya!” pamit Iyel sambil menarik tangan Ify. Ify juga pamit, tapi dengan senyum dan lambaian tangan.

“rese! Gue ngorbanin hidup mati gue buat kesini! Nggak taunya cuma gini doang?!” omel Via.

Seperti yang sempat di beritaukan, kemana Via pergi, di sana harus Alvin yang mengantar. Dan sekarang dia lagi nggak sama Alvin karena jelas-jelas mau ketemu Iyel yang pengen ngenalin cewenya dia ke Via, sama Agni juga. Dengan modal nekat Via janjian sama Agni buat Menuhin permintaan Iyel dan di sinilah mereka sekarang!

“udah lah, tenang aja kenapa sih? Jarang-jarang kan Iyel punya cewek.” Bela Agni.

Via melengos. Jarang dari Taiwan! Playboy kelas teri begitu ceweknya mana ada jarang! Noh bejibun di sekolahnya yang dulu! Nggak tau kan?

“balik, Ag!” ajak Via.

“pulang?”

“iya! Mau kemana lagi?”

Agni diam sejenak. “emang Lo nggak bosan di rumah terus? Kalo mau jalan harus di anter dulu sama Alvin, kalo gue mah ogah!” ujar Agni emosi. “mumpung di luar, kita jalan sampe malam, baru pulang!”

“kalo kena marah orang rumah gimana?” tanya Via ragu. Via pengen tapi ragu.

“pulang sekarang dan kena marah, ato pulang nanti, jalan sekarang dan kena marahnya nanti malam?” Agni memberi 2 pilihan yang ujungnya sama-sama kena marah.

Senyum mengembang di wajah Via. “ya udah deh, ayo!”

Mereka berdua lagi jalan di salah satu mall. Tanpa tujuan memang, tapi seenggaknya nggak di rumah! Mereka sedang berada di salah satu butik. Agni menemani Via yang lagi melihat-lihat. Jam baru nunjukin pukul 04.45 PM. Berarti masih lama menuju jam 09.00, rencana Via sama Agni bakal pulang.

“brengsek!” umpat Agni tiba-tiba. Via yang ada disebelah Agni memandanginya bingung. “tuh!” Agni menunjuk sepasang muda-mudi yang bergandengan tangan dengan mesranya.

Via memincingkan mata memandang orang di tunjuk Agni. “bilangnya nggak suka?” cibir Via, saat mengetahui kalo Cakka yang Agni liat.

Agni salah tingkah. “emang nggak suka! Tapi…”

“tapi apa hayoo,?” goda Via.

Pipi Agni bersemu, apa bener dia cemburu? Tapi kenapa dia kesal liat Cakka gandengan sama cewek lain? Kan bagus! Jadi dia nggak jadi tunangan. Lagi pula ini kesempatan bagus buat ngebatalin pertunangan.

“gue bakal bikin pertunangan gue sama itu playboy di batalkan sama bonyok gue!”

Alis Via bertaut, efek godaannya membuat Agni kehilangan akal sehat. “gimana caranya?”

“begini!”

Agni langsung pergi menghampiri Cakka dan temen ceweknya itu. bener-bener saat dan moment yang tepat. Gue memang butuh alasan buat batalin pertunangan itu dan sekarang Lo kasih gue jalan! Batin Agni berseru senang.

“siapa dia?” Agni menunjuk lurus wajah cewek di samping Cakka.

Cakka sempat kaget melihat kedatangan Agni, tapi langsung sok cuek dan stay cool seperti biasa. Agni jengkel sendiri melihat Cakka yang nggak bereaksi. Agni malah jadi keki karna nggak di gubris sama sekali. Agni beralih ke cewek di sebelah Cakka dan melotot tajam pada cewek itu.

“Cakka, dia siapa sih? Ganggu aja!” kata cewek itu manja dan sok lembut! Agni merinding saat cewek itu ngomong.

Agni menyipitkan matanya memandangi Cakka dari atas sampe bawah. Di rogohnya saku celananya kemudian mengeluarkan hapenya. Cakka menatap Agni penuh selidik. Agni masih asik menekan-nekan tombol pada hapenya.

“kasih gue alasan buat batalin pertunangan kita!” desis Agni tajam. Sesaat kemudian Agni mengambil foto Cakka dan cewek itu dengan kamera hapenya. “gue pasti bisa bikin pertunangan itu batal!” Agni langsung ngibrit ninggalin Cakka.

Cakka tersenyum kecil menyaksikan tingkah Agni yang kekanak-kanakan. Seperti anak kecil kurang kerjaan. Cakka sama sekali nggak panik dengan foto yang sekarang ada di hape Agni, karena foto itu nggak berharga, nggak berguna…

“lucu!” gumamnya pelan.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar