“cepetan Boss! Ulangannya udah mau di mulai ini!”
“Lo sabar ngapa? Ini demi kita semua juga!”
Sion bedua Agni lagi ada di dalam kelas sekarang. Sion nemenin Agni dan Agni sendiri lagi nyalin semua rumus matematika yang ada di buku ke lengannya, telapak tangannya sama ke kakinya. Pake pulpen Boxy permanent biar nggak ke hapus ntar.
“sip!!”
Agni menutup semua bukunya dan sekarang mulai sibuk dengan pakaiannya. Menurun-nurunkan roknya biar rumus yang dia tulis di atas lututnya nggak keliatan terus sambung menaikan kaos kakinya tinggi-tinggi buat nutupin rumus yang Agni tulis di sana. Lanjut menurunkan lengan bajunya menyembunyikan rumus juga!!
“berangkat!!” perintah Agni dan langsung ngeloyor lari ninggalin Sion sendirian.
Langkah Agni serasa ringan banget. Ulangan kali ini dia pasti juara. Agni menuju ruang multimedia sekolahnya, karena ternyata ada kurang lebih 50 orang yang mengikuti ulangan susulan dan langsung di kumpulkan jadi satu dan ruang multimedia tempatnya.
Agni langsung masuk tanpa permisi karena memang belum ada pak Dave-nya dan memposisikan diri duduk di bangku kosong paling belakang yang memang spesial untuknya. Tinggal dua bangku yang kosong dan Agni tau banget itu bangkunya siapa-siapa. Wong, yang ulangan pasukan Niaza semua dan yang nggak ada Sion sama Lintar!
“50 orang di jaga 1 orang, sudah putus asa kali itu guru!”
“frustasi dia, gara-gara ada 50 anak yang ngikut ulangan ulang.”
Perbincangan ringan memberi komentar tentang penjagaan Pak Dave nanti. Pak Dave sendiri dan ngejaga 50 anak sekaligus. Gimana bisa coba? Gokil itu guru!
“ulangan akan kita mulai, siapkan alat tulisnya!” pak Dave memberi komando lalu mulai membagi lembar jawaban beserta soal ulangannya.
Took… Tokk…
Dari depan pintu terdengar suara ketukan dan terlihat seorang anak Noszta, cewek! Berdiri anggun disana.
“o, nona Alyssa. Silahkan masuk,” pak Dave mempersilahkan anak Noszta yang di panggilnya Alyssa masuk kedalam ruangan. “ke sini, bantu saya membagi soal.” Panggil Pak Dave.
“hai?”
“siapa namanya?”
“kenalan dong,” dan lain sebagainya goda plus rayuan gombal semua cowok pasukan Niaza terlontar untuk gadis Noszta itu.
Selesai membagikan semuanya hening dan mematung semua menghadap depan. Tradisi ulangan matematika pak Dave. Pak Dave bakal pidato sebentar, kalo ada yang ribut, ngomong sendiri bahkan nguap. Bakal di tendang keluar dan nggak bole ikut pelajaran pak Dave lagi. Sadis!
“kali ini saya merasa terbantu dengan datangnya kelima siswa-siswi Noszta. Siswa-siswi yang cerdas juga berprestasi di setiap bidangnya dan… bla-bla-bla-bla…”
Beberapa anak memperhatikan sok serius ke pak Dave, ada juga yang malah natap sisiwi Noszta yang namanya Alyssa tadi, cantik euy! ada juga yang sembunyi di balik punggung temannya buat curi-curi nguap dan ada juga yang malah maen PSP plus HP disebelahnya!!!
“ahh!! Kalah!!” teriak seorang cewek dari bangku belakang, siapa lagi kalo bukan Agni! Yang memang satu-satunya cewek dan memang duduk di bangku barisan belakang!
Bagaikan putri Indonesia ‘semua mata tertuju padamu’ sekarang semua mata memang tertuju pada Agni. Agni gelagapan. Pelan-pelan menjauhkan HP yang tadi dia mainkan ke depan dan langsung menarik kerah baju orang di depannya dan memasukan HP-nya kedalam baju orang itu.
Pak Dave mendekati Agni dan berdiri disebelahnya. “apanya yang kalah?!” suara pak Dave terdengar putus asa dan pasrah sudah kalo Agni bilang dia tadi maen game di HP-nya dan kalah.
Agni menggeleng santai sambil menatap mata pak Dave buat meyakinkan pak Dave kalo memang nggak ada apa-apa.
TOKK… TOOK…
Ketokan nggak nyantai langsung mengalihkan semua anak yang semula menatap Agni. Lintar dan Sion berdiri di ambang pintu dan mulai melenggang masuk dan entah dari mana muncul empat lagi anak Noszta dan Iyel? Iyel nggak ikut ulangan ulang??
“dari mana aja Lo?” tanya Agni pada Lintar dan Sion yang mulai duduk di bangku mereka. Lintar di sebelah Agni dan Sion di depan Lintar.
Lintar mengedikan bahu lalu menunjuk Sion. Sion mendelik nggak terima. Kalo saling tunjuk begini Agni sudah tau jawabannya. Lintar tadi tidur dibawah pohon kedodondong belakang kelas dan Sion ngeliat dan dengan asas perilaku baik antar sesama Niaza Sion ngebangunin Lintar dan bangunlah Lintar lima belas menit kemudian!
“Ag! HP Lo ambil! Getar mulu dari tadi, geli gue!”
Agni nyengir singa, lebar banget nggak bersalah. “maaf-maaf! Keluarin cepet, masa Lo mau gue yang ngambilin.” Suruh Agni pada Deva pasukan Niaza di depan Agni tadi. Yang Agni jadikan bajunya sebagai persembunyian HP-nya.
Deva mengeluarkan bajunya lalu mengambil HP Agni dari dalam lalu memberikannya pada Agni. “baek banget deh Lo, Dep! Keke pasti makin sayang!” Agni memuji sekaligus menggoda. Keke itu pacar Deva.
“heh! Kamu!” tiada angin tiada hujan, si sipit yang tadi di lapangan bareng Agni nunjuk-nunjuk Agni dari depan.
Agni melotot sama si sipit itu. kenapa maen tunjuk? Minta di patah itu tangannya? Oke!
Agni mau maju kemudian tapi baru tiba di samping mejanya sendiri tangannya udah di tarik sama Lintar. Pasti semua bakal ngira Lintar mau nyegah. Tapi… Sebenarnya nggak!!
“Lo mau kemana? Gue ikut!” rengek Lintar manja tanpa melepas pegangannya. Agni mendengus, oon-nya nggak pandang suasana.
Alvin dari depan ngeliat jelas banget tangan Agni di pegang sama cowok yang dia nggak kenal tapi yang pasti salah satu pasukan Niaza. Panas? Emosi? Jengkel? Semua jadi satu dan terjadilah! Alvin mendatangi Agni dan Lintar yang ada di belakang. Wajah putihnya merah padam seakan mau meledak!
Alvin menarik tangan Agni dan melepas pegangan Lintar pada Agni. Agni cengo. Semua anak Niaza cengo. Alvin narik Agni sampe keluar dari ruang multimedia dan ngebawa dia ke ruang OSIS, tempat sementara buat anak-anak Noszta selama mereka di Niaza.
Alvin lalu meninggalkan Agni di ruang OSIS dan kembali ke ruang multimedia. Entah berbicara dengan pak Dave, Alvin lalu mengambil tas Agni dari tempatnya. Beserta lembar jawaban juga soalnya. Agni bakal ulangan khusus bareng Alvin. Berdua di ruang OSIS!
“eh! Apa-apaan nih? Gue mau ulangan! Ngapain Lo bawa-bawa tas sama soal-soal gue ke sini?” tanpa hormat dan memang nggak peduli bicara sama siapa Agni merampas tasnya dan juga soal beserta lembar jawabannya.
Setelah tangan Alvin terbebas dari barang bawaan milik Agni. Alvin berangsur menutup pintu ruang OSIS dan menguncinya. Dan sekarang, tinggalah Alvin bedua Agni. Agni sudah ngomel-ngomel nggak jelas di sana, tapi sama Alvin Agni malah di kacangin.
Tanpa bicara, Alvin mengosongkan meja terdekat dan berdiri dihadapan meja itu. Bahasa tubuhnya seakan mempersilahkan Agni duduk dan segera memulai ulangannya di sana, tapi dengan bahasa tubuh gitu aja mana Agni ngerti!
“heh! Buka pintunya! Ngapai Lo malah bediri di situ? Gue mau ulangan!” Agni mencak-mencak di dekat pintu keluar ruang OSIS.
Satu lagi fakta bagi Alvin, bahwa leader Niaza yang satu ini beda dengan cewek yang lain. Cewek yang bakal langsung mesem-mesem ngefly kalo ngeliat seorang Alvin Jonathan tapi Agni beda, Agni nggak ke-sem-sem sama dia! Cewek yang satu ini beda!
Alvin kembali mengabaikan Agni dan beralih menatap jam tangannya. “waktu Lo tinggal 45 menit.”
“apanya?!”
“waktu Lo buat ngerjain ulangan Lo itu.”
Nggak banyak cincong lagi Agni duduk di bangku yang sudah di siapkan si sipit ini tadi. Duduk anteng sambil membolak-balik lembar soalnya serius. Nggak sampe 5 menit Agni duduk, rambutnya sudah nggak karu-karuan sekarang.
Sesekali Agni curi-curi pandang sama si sipit yang duduk di sofa seberang mejanya ini. Memantau Alvin lalu curi-curi mengangkat tangannya sok-sok-an menyisingkan lengan baju, kadang sok di gigitin nyamuk, kadang juga sok memperbaiki rok. Padahal…
“kenapa?”
Agni langsung salting plus kelabakan. Si sipit memincingkan matanya memandangi Agni curiga dan berangsur mendekati Agni. Meraih lembar jawaban Agni dan mengamatinya. Mendengus kemudian lalu mengembalikannya.
“waktu Lo tinggal 30 menit.”
Agni tambah kelabakan atas mulai kurangnya waktu. Lain sama si sipit, Alvin kembali duduk di sofa yang tepat berhadapan sama meja Agni, membuka koran yang tadi di pegangnya lalu kembali asik membaca. Meninggalkan Agni yang lagi-lagi mengacak rambutnya.
Bodo amat sama si sipit ini, Agni nggak peduli sudah dengan reputasinya sebagai leader Niaza di mata Alvin dan dengan berani menyisingkan lengan bajunya tinggi-tinggi dan memperlihatkan tulisan rumus di lengan kirinya.
“tinggal 10 menit.” Ujar si sipit tiba-tiba seakan menghakimi masa hidup Agni.
‘WHATT?? Baru juga mau ngitung?!!’
Agni emosi juga akhirnya. sudah sewenang-wenang sama gue! Menghakimi gue pula! Sungut hati Agni yang terdalam. Ini cowok harus di beri pelajaran!
“Lo diam kenapa? Dari tadi waktu gue terus yang Lo itung, itung waktu Lo sendiri sana! Siapa tau besok Lo udah nggak ada!” sembur Agni sembarangan.
Mata Alvin melebar, Alvin tau jelas maksud Agni. Agni nyumpahin dia tadi. Belum tau Alvin diiaaa…
Alvin menyipitkan matanya menatap mata Agni. Sebenarnya mau coba-coba aja natap cewek di depannya ini dengan mata begini dan tunggu reaksinya.
“kenapa mata Lo? minta di lebarin?”
Got’cha!!
Agni langsung berdiri dan menggebrak mejanya. Menatap Alvin tajam lalu mendekatinya. Alvin ingin ketawa sebenarnya, cuma sebisa mungkin di tahan biar Agni-nya ini yang mendekat duluan dan…
Agni langsung melayangkan kepalan tangannya pada wajah Alvin dan dengan sigap Alvin mengelak dan menyerang balik dengan menangkap pergelangan tangan Agni, menahan kedua tangannya lalu mendorong Agni ke belakang hingga Agni sekarang terhimpit antara meja dan si sipit ini.
“Lo cantik,” Alvin bergumam sambil memandang wajah Agni lekat-lekat.
“dan Lo jelek!” balas Agni sengit. Segala jenis usaha lagi Agni usahain buat ngejauhin si sipit ini dari dia!!
Alvin tersenyum manis pada Agni, entah apa maksudnya tapi si sipit ini mulai berani ngedekatin wajahnya ke wajahnya Agni.
Leader pasukan Niaza dalam keadaan terdesak! Agni adalah leader dan bukan leader namanya kalo nggak bisa ngejaga diri sendiri. Jurus tivi ala film-film barat pun Agni lancarkan. Agni membenturkan kuat-kuat kepalanya pada Alvin, tujuannya kepala sama kepala tapi yang kena malah dagunya Alvin.
Alvin agak terdorong kebelakang dan mengelus-ngelus dagunya yang di perkiraan merah sehabis di hantam kepalanya leader NIaza ini. Sedangkan Agni-nya sendiri mengelus-ngelus jidatnya yang tadi di adukan dengan dagu Alvin.
Masih dengan mengelus dagunya, Alvin kemudian beralih memperhatikan jam yang ada di belakang Agni. Jam mengerjakan ulangan sudah habis. Alvin kemudian mendatangi pintu keluar OSIS dan membuka kuncinya kemudian beralih menyimpunkan lembar jawaban juga soal milik Agni.
“eh! Gue belum kelar ngerjainnya!”
“tapi waktunya udah habis,”
Agni bener-bener jengkel sekarang!! Penguasa Noszta ini apa nggak kenal dia?? Agni sang leader Niaza!
“awas aja Lo,” bibr Agni komat kamit nggak jelas sambil menyimpun alat tulis juga landasan ulangannya. Memasukannya dalam tas dan langsung melenggang pergi ninggalin si sipit di ruang OSIS sendirian.
Alvin yang melihat detik-detik kepergian Agni dari ruang OSIS tentu nggak rela. Sekilas Alvin melihat dari jendela ruang OSIS ada beberapa anak Niaza yang lewat dan… ini kesempatan bagus. Senyum manis penuh misteri mengembang lebar di wajah Alvin.
Sebelum Agni mencapai pintu ruang OSIS Alvin terlebih dahulu menarik tangan Agni dan membuat Agni berbalik menghadapnya. Sengaja menjatuhkan diri di atas sofa terdekat dan membuat Agni ikut terjatuh menindihnya dan…
“waaahh, Ag? Kita ganggu ya?” suara seseorang yang nggak asing di telinga Agni berbunyi merdu seperti bom atom!! Lintar?
Lintar beserta beberapa anak pasukan Niaza rencananya mau ngejemput Agni ini, tapi malah ngedapat tontonan sang leader yang lagi tindih-tindihan sama anak Noszta??
“bos pacaran sama dia?” Sion nggak bisa menyembunyikan tampang shock-nya. Ini penghinaan bagi Niaza HS. Sang leader berhianat!!
“eh! Ini bukan kayak yang Lo pada kira, gue sama si sipit ini…”
“jadi panggilan sayangnya si sipit?” potong Lintar cepat.
“heh! Dengerin gue dulu…”
“gimana kita mau denger? Posisi Lo ngeganggu volume suara Lo!” Iyel muncul dan menyadarkan Agni pada posisinya.
Posisi Agni masih diatas Alvin dan kalo di lihat-lihat dari posisinya kesan pertama yang di ambil pasti… Agni nafsuan!!!
Agni cepat-cepat bangkit dari posisi tindih-tindihan sama Alvin menyeruak keluar sambil menarik Lintar juga Iyel dari ruang OSIS menuju lapangan, di ikuti beberapa pasukan Niaza yang ada. Sementara itu Alvin yang hanya menonton semua mulai mengeluarkan senyum penuh kemenangan di wajahnya.
Agni nggak habis pikir sama hari ini. Hari ini hari apa? Kenapa dia bisa sial berturut-turut? Menarik Iyel dengan tangan kanan dan Lintar di tangan kiri juga di buntuti beberapa anak pasukan Niaza di belakang.
“gue nggak ada apa-apa sama itu anak Noszta! Semua yang tadi Lo pada liat semua salah sangka!! Gue…”
“semua udah jelas, kita semua ngeliat kalo Lo…”
“gue nggak ngapa-ngapain!! Itu anak Noszta yang narik gue sampe gue jatoh nindih dia! Lo semua harus percaya!!”
“nyantai, Ag. Jujur aja, kita terima kok kalo Lo mulai jatuh cinta sama anak Noszta.” Iyel bersuara setelah beberapa saat diam.
Agni membelalakan matanya. Iyel yang selalu membelanya kini ikut menyalahkannya?? “Yel? Gue berani sumpah!”
“mending semua pulang hari ini, pikirkan baik-baik bener nggak apa yang kita liat tadi!” Iyel membubarkan pasukan Niaza dengan sedikit perkataan tajam menyindir Agni.
“Yel?” Agni menahan tangan Iyel yang akan pergi meninggalkannya.
“penghianatan, Lo tau kan hukum pasukan Niaza?”
“iya, gue tau! Dan gue tegaskan gue nggak berhianat!!”
Iyel menggeleng. “kejadian tadi nunjukin hal yang sebaliknya! Bilang kapan Lo siap dan gue bakal cari leader pasukan yang baru!”
“maksud Lo?”
“bilang aja kapan Lo siap hengkang dari pasukan Niaza,” tegas Iyel sambil mengurai pegangan Agni.
Secara lembut Iyel meyebutkan bahwa Agni di pecat sebagai leader Niaza dan jauh di sana kelima siswa Noszta HS bagaikan putra-putri raja menonton semuanya dengan senyum penuh kepuasan. Terlebih pemuda bernama Alvin.
“ini baru awal!”
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar