Rabu, 27 April 2011

PsycoLove #11


“gue sama Via nggak ada apa-apa!” jelas Cakka.

“emang siapa yang bilang Lo ada apa-apa sama Via?” Cakka bungkam. Salah ngomong dia.

“ terus kenapa marah?” suara Cakka melembut.

“suka-suka gue!” jawab Agni ketus.

Ini cowok bego apa bodoh sih? Masih pake nanya kenapa gue kenapa? Nggak nyadar apa, dia meluk Via di depan gue! Gue, ceweknya. Tapi emang iya gue ceweknya Cakka?

“kita selesaikan di rumah,” Cakka kembali bersuara dan membuat Agni bingung apa maksudnya. “kita pulang!” terang Cakka.

“pulang? Ini masih jam 10! Masih lama nuju jam 3, Lo aja sana yang pulang. Gue nggak!” sahut Agni ketus. “lagi pula Lo kata ini sekolah punya kakek Lo apa? Seenak pala Lo maen pulang!” sungut Agni. Alasan! Gue mana mau pulang sama Lo!!!

Agni berjalan perlahan meninggalkan Cakka, tujuan utamanya mencari Via dan menyelesaikan permasalahan mereka dulu. Masalah yang lain belakangan. Persahabatan? Nomor 1!! Cinta? Mungkin paling terakhir?

“gue bilang pulang!!”

Agni tersentak terdorong membentur dinding gudang secara pelan. Cakka yang tadi menahan Agni dan mendorongnya sekarang tepat di depan Agni dan menatap Agni tajam.

“gue nggak mau!!” tolak Agni yakin. Melotot melawan mata Cakka yang menatap tajam dirinya. Siapa Lo merintah-merintah gue?!

“pulang!!”

“nggak!!”

“pulang!!

“nggak!!” seru Agni.

Cakka menunduk lesu. “please, Ag! Kita pulang, kita selesai kan ini baik-baik di rumah,” pinta Cakka.

Semua masalah waktu. Cakka benci Agni-nya yang seperti ini. Menjauh dan menghindarinya. Biar pun keseharian keduanya hanya di penuhi saling ngotot, seenggaknya Cakka lebih suka suasana di mana dia bisa bersama dengan Agni dan berada di dekatnya.

“gue nggak mau pulang!”

Penolakan terus Agni ucapkan pada Cakka. Taukah Agni bahwa Cakka adalah orang yang sulit di tentang dan anti di tolak?

Cakka mendengus kemudian. “dengerin gue!!!” bentak Cakka. Diiringi pukulan keras telak pada dinding yang Agni senderi. “dengerin gue sebentar!!” nafas Cakka nggak beraturan akibat menahan mati-matian emosinya.

Agni menciut dan sekarang menunduk dalam-dalam. Kenapa jadi dia yang marah? Kan harusnya gue? Agni merasa lemah di hadapan Cakka. Dia paling takut kalo Cakka tanda-tanda kumat kayak gini. Kasar! Tragedi Obiet-Oik kembali teringat.

“sekarang kita pulang!” Cakka menarik Agni dan berjalan beriringan.

“gue bisa sendiri!!” Agni mulai ngotot. Di sini rame! Dan Cakka jalannya pake gandeng-gandeng, malu! Agni menepis tangan Cakka dan berjalan duluan di depan Cakka. “gue ambil tas dulu,” Agni menoleh pada Cakka, meminta ijin.

Cakka diam. Dia tau benar siapa Agni. Agni pasti mau bohong lagi! Ngakunya ngambil tas, tapi tau-tau udah nggak ada dan kabur duluan lewat belakang. Agni-nya ini licik!

“gue nggak bakal kabur!” tukas Agni yakin. Semoga!

Cakka menghela nafas kemudian mengangguk. Susah ngomong sama cewek kepala batu.

***

Via berlari-lari kecil mengelilingi sekolah. Mencari seseorang dan meminta penjelasan sejelas-jelasnya. Nggak peduli apa ujungnya nanti. Via sudah siap dengan semuanya. Dengan bentakan Alvin, kemarahan Alvin bahkan siap jika Alvin mengucapkan kata ‘putus!’ atau mungkin dia yang mengucapkan kata ‘putus’.

“Vin?” panggil Via pelan tepat di depan Alvin dan juga ada Shilla di sebelahnya. “aku mau minta penjelasan!” cerca Via langsung. Benar-benar nggak sanggup.

Alvin menatap Via sinis. Entah siapa yang di depan Via sekarang. Ini seperti bukan Alvin-nya yang dulu, yang sayang, yang lembut dan yang perhatian padanya. Semuanya sekarang sudah teralihkan untuk Shilla seorang. Via vs Shilla? Siapa yang bisa memenangkan hati Alvin?

Alvin masih diam, Via mulai gerah dengan keadaan yang semakin panas buatnya. Tepat di hadapannya di depan matanya Shilla menggandeng lengan Alvin erat. Via benar-benar nggak sanggup sekarang. Via sudah nggak peduli apa anggapan Alvin tentang dirinya. Via meneteskan airmatanya di hadapan Alvin.

“kasih gue penjelasan!” lirih Via. Tanpa isakan, hanya saja airmata terus-terusan mengaliri pipinya. Kenapa Alvin begitu cepat berubah? Terlalu cepat bahkan!

“nggak ada yang perlu di jelasin!” dari sebelah Alvin, Shilla yang menjawab permintaan Via. “Alvin kan sudah putus dari Lo!”

Via terhenyak, tersenyum kemudian lalu terkekeh di sela tangisnya. Bukan darinya atau pun Alvin kata putus itu terucap. Dari Shilla lah kata ‘putus’ itu terucap. Lantang dan keras. Sekarang jelas sudah apa ujung cerita Alvin-Via. Ujungnya adalah kata putus yang di ucapkan Shilla.

“thanks sudah kasih gue penjelasan!” Via kemudian berbalik dan pergi. Ini ujung ceritanya. Cerita yang lucu di mata dunia. Penjelasan yang singkat dan begitu padat!

Alvin masih diam. Ada apa dengannya? Kenapa dia sebenarnya? Apa iya, dia nggak lagi menyayangi Via? Apa iya, dia lebih memilih Shilla ketimbang Via?

Via berjalan pelan sambil sesekali terus mengusap airmatanya yang terus mengalir. Berjalan merunduk menyembunyikan wajahnya yang berlinangan air mata, hingga nggak menyadari ada seseorang di depannya dan langsung-langsung menabraknya.

“heh! Jalan liat-liat dong!” bentak orang itu nggak terima. “Via?” panggil orang itu kemudian.

Via sedikit mengangkat kepalanya sedikit untuk melihat siapa yang dia tabrak barusan. “maaf, Ngel! Gue nggak sengaja!” kata Via pelan.

Angel, orang yang di tabrak Via tadi mengerutkan keningnya bingung. “ Lo kenapa? Sakit?” tanya Angel perhatian. Via menggeleng kuat sebagai jawaban.

Angel menatap Via bingung. Ditanya baik-baik juga. Eh? Angel sedikit kaget dengan tetesan berwarna merah yang mulai mengalir dari hidung Via. Via sendiri tampaknya nggak menyadari dan masih terus mengusap airmatanya yang terus mengalir.

“ikut gue,” Angel langsung menarik tangan Via dan membawanya menuju UKS.

Via bingung tapi menurut sampai akhirnya menyadari ada cairan merah yang merembes dari hidungnya. Darah?

“kenapa bisa bedarah begini?”

Via semakin bingung di buatnya. Angel? Kok berubah? “eh! Nggak pa-pa kok, Ngel! Paling cuma gara-gara kejemur di panas matahari.” Jawab Via kikuk.

“Lo baringan deh! Orang mimisan itu bagusnya tidur!”

Ah? Yang bener? Via ragu-ragu. Jangan-jangan dia mau bikin gue celaka? Sempat banget dah, Vi! Takut-takut Via berbaring di kasur UKS dan dengan sigap Angel menahan kepala Via dan mengusap darah di sekitar hidung Via dengan handuk basah.

“Lo nggak punya penyakit parah kan?” tanya Angel tiba-tiba.

Via tersentak. Nyumpahin Lo?! “nggak! Ngaco Lo!” bantah Via sengit. “gue cuma kepanasan!”

Diam kemudian di antara keduanya. Via masih berbaring di kasur UKS dan Angel menungguinya duduk di salah satu bangku yang ada. Via memandangi pelapon UKS di depan matanya. Sudah selesai! Ceritanya sudah berakhir dan Shilla lah yang memenangkan hati Alvin. Via kalah!

“Cakka sama Agni gimana?” suara Angel memecah suasana. Mungkin susah melupakan Cakka bagi Angel. Buktinya, kenapa Angel tiba-tiba nanyain itu?

Angel menatap langit-langit UKS saat Via beralih menatapnya. “emang kenapa?” tanya Via penasaran dengan pertanyaan Angel.

Angel menggeleng kemudian. “Lo pasti tau,” balas Angel dengan senyum paksa.

Via tersenyum perih. Ya! gue tau kok! Tau banget! Kasusnya ini kayak gue-Alvin-Shilla! Via yang jadi Angel yang di tinggal pergi Alvin yang jadi Cakka buat pergi sama Shilla yang jadi Agni. Ribet! Tapi kurang lebih begitu lah!

“Lo nggak balik ke kelas?” tanya Via yang di jawab gelengan kepala Angel.

“malas!” jawab Angel kemudian. “gue pergi dulu!” Angel berniat pamit.

“eh! Kenapa?” cegah Via cepat.

“emang kenapa?”

“Lo di sini aja, gue lagi butuh teman.” Via menunduk dalam-dalam saat memohon Angel agar tetap tinggal.

Kali ini balik Angel yang bingung. “oke!” kata Angel akhirnya. “mau cerita?”

Mungkin sekarang nggak ada Iyel dan juga nggak ada Agni. Tapi nggak salahkan mencari teman lagi untuk saling berbagi?

***

Agni memasuki halaman rumah Via. Dia melangkah sambil tersenyum bangga berhasil kabur dari Cakka dan sekarang akan menyelesaikan setuntas-tuntasnya masalah dirinya dengan Via.

“Via?” Agni langsung nyelonong masuk ke dalam rumah Via. “Viiiaaa!!” ulang Agni, kali ini lebih nyaring.

“mana Via?” suara dari belakang Agni langsung membuat Agni berbalik dan mengelus dada kaget!

“mana gue tau! Lo nggak liat gue baru datang ini?!” nyolot Agni seketika pada orang itu. Alvin! Lah emang nggak tau. Kan baru datang. Kok malah nanya ke gue?

Alvin mendengus kesal. Lalu beranjak duduk di sofa terdekat. Pikirannya mumet sekarang. Mana Via? Ini sudah hampir jam 5 sore dan belum ada tanda-tanda kedatangan Via. Apa iya mereka sudah putus? Kapan? Alvin kembali merenungkan kejadian tadi di sekolah.

Via pasti sakit hati. Ini sudah kesekian kalinya Alvin menyakiti Via. Alvin menyesal atas semuanya, tapi… tapi kenapa saat Shilla yang menegaskan dia dan Via putus. Alvin hanya diam seperti menyetujui? Kenapa?

Agni duduk lesu nggak jauh dari Alvin. Gelisah menunggu kehadiran Via. Via kemana sih? Pikiran Agni sibuk mencari keberadaan Via sekarang. Khawatir!

“aarrgghhh!!” Alvin mengerang tiba-tiba dan membuat Agni kaget.

“sudah gila Lo?” sinis Agni.

Agni mengetuk-ngetukan tangannya pada kayu sofa yang dia duduki. Hampir jam 7 dan Via belum juga pulang?! Ini tadi pasti ada apa-apa!

Agni berdiri dan langsung menatap Alvin tajam. “Lo habis ngapain Via sampai dia takut pulang?!” tuduh Agni langsung.

“apa urusan Lo?” balas Alvin nggak kalah tajam.

Agni merangsek maju mendekati Alvin. “Lo itu brengsek tau nggak!” Agni mendorong pundak Alvin keras.

“apa maksud Lo?” geram Alvin, marah. Dorongan Agni memang nggak seberapa tapi kata brengsek. Apa maksudnya?

Agni tersenyum miring memperhatikan reaksi Alvin. Bener-bener brengsek. “lepasin Via, kalo memang Lo masih sayang sama Shilla!”

“apa hak Lo…”

“gue memang nggak punya hak, tapi gue punya kemampuan buat bikin Via lepas dari Lo!” tegas Agni yakin.

Alvin mengepalkan tangannya kuat-kuat. Cewek di depannya ini sudah menguras habis kesabarannya. “jadi Lo mau apa?” Alvin beranjak dan sekarang berdiri berhadapan dengan Agni.

Kali ini Agni terkekeh. Sudah brengsek, bodoh pula! “lepasin Via!”

Alvin tertawa kecil. “kalo gue ngelepasin Via. Apa yang gue dapat?” Alvin memegang dagu Agni dan mengarahkan wajah Agni menghadapnya.

“Lo dapat Shilla!” jawab Agni langsung. Nada suaranya jelas-jelas mengejek Alvin sekarang.

Alvin mati-matian menekan emosinya. Bener-bener menguras kesabaran. “kalo gue maunya Lo?” suara Alvin melembut pada Agni. Agni bergidik dan bersiap mundur beberapa langkah namun telat, Alvin sudah melingkarkan tangannya pada pinggang Agni. “Lo dengar gue baik-baik! Gue nggak akan ngelepasin Via! Dan dengan cara apa pun Lo usaha buat ngelepasin Via dari gue, gue bisa jamin Lo bakal nyesal nganggu hubungan gue!” desis Alvin tajam.

“gue nggak takut!” tantang Agni.

Lawan yang seimbang. Alvin-Agni. Untung bukan Cakka. Sebenarnya parah Alvin apa Cakka? Agni menimang-nimang. Bagi Via mungkin Alvin sedangkan bagi Agni ya Cakka!

“Alvin!!”

“ Agni?!!”

Alvin tersentak dan seketika melepas pelukannya pada Agni. Agni pun nggak kalah kaget dan cepat-cepat pergi menjauh dari Alvin.

“ini… ini salah sangka…”

***

“kenapa sih Lo pake nyuruh Angel yang ngomong sama gue?” sungut Cakka pada Via yang ada di sebelahnya. Mereka sekarang berada dalam mobil dan bertujuan mencari Agni.

Via tadi menelpon Cakka untuk mencari keberadaan Agni, tapi ternyata Agni udah kabur duluan. Waktu nelpon Cakka juga jelas-jelas ada Angel di sebelah Via dan ngebet banget pengen ngomong sama Cakka. Dan akhirnya Via biarkan Angel yang ngomong sama Cakka lewat ponselnya.

“sekali-kali, Kka! dia masih sayang sama Lo tau!” bela Via.

“sok tau Lo!”

“gue emang tau kok!” balas Via sengit.  “Gue tau gimana rasanya patah hati, rasanya sakit hati sama rasanya cinta mati.” lanjut Via menerawang. “rasanya sakit!” miris bagi Via mengingat semua ciri yang dia sebutkan adalah keadaannya saat ini.

Cakka menoleh sekilas pada Via. Dia tau maksud Via dan Cakka tau itu semua perasaan Via. Hening kemudian di antara keduanya. Via yang sibuk memikirkan Alvin, bagaimana selanjutnya? dan Cakka yang sibuk memikirkan Agni, liat aja cewek satu itu kalo ketemu!

Mobil Cakka tiba di depan rumah. Cakka pun turun duluan dari mobilnya, sedangkan Via masih bertahan di dalam mobil. Cakka tau, Cakka ngerti. Via masih belum terima keadaan yang ada. Cakka membuka pintu mobil di sebelah Via dan tersenyum lembut padanya.

“jangan di pikirkan, Lo tau Alvin kan? Kalo dia sayang sama satu cewek, itu cewek bakal dia sayang seterusnya.” Kata Cakka, berniat menghibur.

Via menghela nafas, Cakka memang bener. Tapii… “cewek itu buka gue, Kka!” desahnya putus asa. “cewek itu Shilla!” Via tiba-tiba histeris menyebutkan nama Shilla. Via kembali menangis dan kali ini dihadapan Cakka.

Cakka memandang Via kasihan kemudian menarik Via turun dari dalam mobil dan menahan bahu Via lembut. Cakka menatap Via yang masih terisak di depannya, tepat di manik matanya dan tertawa kecil.

“jangan nangis ah, Vi! Lo lucu tau kalo nangis gitu!” Cakka mencoba menenangkan Via. Perlahan kedua tangan Cakka mulai merayapi wajah Via dan menghapus airmata Via dari mata dan pipinya.

Via mulai menyunggingkan senyumnya untuk Cakka. “makasih ya, Kka! Lo baik banget!” puji Via. “beda sama yang di bilang Agni tentang Lo!”

Cakka hanya tersenyum simpul dengan penjelasan Via. Kalo buat Agni lain perkaranya. Cakka-Agni sama Cakka-Via lain cerita. Sekarang, Via kemudian maju mendekat dan memeluk Cakka tiba-tiba. “Vi?” panggil Cakka bingung.

“makasih, makasih banget!” kata Via sungguh-sungguh. Cakka masih tersenyum kemudian mengangguk menanggapinya dan sesaat kemudian mulai membalas pelukan Via.

“jangan kasih tau Agni ya, Vi! Ntar dia cemburu lagi.”

Via tertawa kecil. “lucu Lo!” Via melepas pelukannya dan menatap mata Cakka. “Agni beruntung milikin Lo!”

Via serius sama yang dia katakan. Agni bener-bener beruntung punya Cakka yang sayang sama dia, meski pun sikap dan sifat Cakka suka seenaknya pada Agni. Tapi seenggaknya, Agni beruntung!

“Alvin juga beruntung milikin Lo!” balas Cakka. Cewek sabar dan kuat kayak Via. Bener-bener beruntung yang mendapatkannya. Tapi sayang, Alvin malah menyia-nyiakan Via.

Cakka-Via saling berhadapan dan tersenyum penuh arti dengan masing-masing pujian yang mereka lontarkan. Bener-bener beruntung yang memiliki dan di miliki mereka! Tapi sayang, orang-orang yang di maksud nggak menyadarinya.

“apa-apaan ini!!” seseorang keluar dari dalam rumah Agni dan melihat dengan jelas setiap adegan Cakka dan Via tadi.

Cakka dan Via kaget. Ituu… “ini semua nggak kayak yang Om-Tante pikirkan…”

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar