Selasa, 26 April 2011

PsycoLove #1


Via berjalan berdampingan dengan Agni saat ini. Mereka baru saja selesai mengerjakan hukuman dari Pak Duta karena tertidur saat pelajaran matematika. Bingung juga, kenapa dua sahabat ini bisa saling kompakan tadi tidurnya? Tapi lupakan!

“Ag, liat deh,” Via menghentikan langkah Agni dan menunjuk kearah taman sekolah. Agni mengikuti arah pandangan Via dan melihat Shilla teman sekelas mereka yang sedang berbicara dengan Alvin, anak kelas sebelah. “mereka ribut lagi.” kata Via.

Alvin-Shilla pacaran semenjak 2 minggu yang lalu, tapi juga rajin ribut mulai seminggu yang lalu. Mereka terlihat sedang ribut besar, soalnya teriakan Shilla kedengaran sampai ke tempat Via dan Agni berada.

“udah ah, Vi! Lo doyan amat nonton yang begituan, orang lagi berantem juga!” Agni bersiap meninggalkan Via.

“liat!” Via menarik Agni dan memaksa Agni memandang kearah Alvin-Shilla tadi.

PLAK!!

“kamu kenapa ngomong kayak gitu, Shill?! Apa kurangnya aku dimata kamu?! Kenapa?!” Alvin berteriak gila-gilaan di depan Shilla yang sedang memegang pipinya yang merah, perih sehabis ditampar Alvin.

“kenapa?! Kamu tanya kenapa?!” balas Shilla yang juga teriak gila-gilaan. Air mata mulai mengalir dipipinya yang memerah. “kamu posesif, Vin! Kamu suka mukul aku! Kamu suka ngekang aku! Kamu jahat!!”

Alvin kaget mendengar pernyataan Shilla. Perlahan Alvin mengulurkan tangannya dan meraih Shilla dalam pelukannya. “aku nggak mau kita putus, Shill. Aku sayang kamu!” bisik Alvin lemah.

“udahan yuk, Vi! Lo seneng amat sih nonton film kekerasan dalam berpacaran?” Agni menarik-narik tangan Via, namun yang ditarik tidak bergeming sama sekali.

“ngapain Lo pada?” suara seseorang mengagetkan Agni dan Via. Mereka menoleh. Cakka, sahabat Alvin sudah berdiri tegak dibelakang mereka.

Agni terlihat sedang berpikir keras mencari alasan dan Via terlihat menelan ludah berulang kali, takut dia sama Cakka. Cakka terkenal pendiam dan dingin, tapi dia juga terkenal atas tindakan kriminal. Nggak terlalu kriminal memang, paling cuma mukuli 5 orang sekaligus sampai semuanya harus di opname di rumah sakit.

“Shilla!!” teriakan Alvin mengalihkan perhatian mereka semua. Terlihat Shilla berlari meninggalkan Alvin. Agni nggak menyia-nyiakan kesempatan ini dan langsung narik Via buat ngibrit kabur. Dari pada harus berhadapan sama Cakka?!

***

“lain kali Lo kalo mau nonton yang begituan sendiri aja ya? Jangan bawa gue, jera gue!” Agni menghela nafas lega saat sudah sampai di dalam mobil.

“gue juga nggak bakal ngintip kalo nggak seru. Itu tadi seru tau, Ag!”

“seru kepala Lo botak! Kalo tadi kita di hajar sama bodyguardnya Alvin, Lo masih anggap itu seru?!” ujar Agni kesal. Cakka bodyguard Alvin?

“nggak mungkin lah, Ag. Dia mukul cewek!” Via masih aja ngeyel.

Agni melotot menatap Via yang sedang menyetir. Ngeyel banget di bilangin! “oke! Jadi Lo mau bilang waktu kita nonton Cakka yang nampar terus nyium Oik paksa itu cuma efek mata kita masing-masing? Cuma imajinasi ala spongebob gitu? Iya?”

Via terkejut. Dia keliatannya baru ingat tentang kejadian itu. Kejadian dimana Cakka ngeliat Oik yang waktu itu adalah ceweknya ngobrol akrab  banget sama Obiet anak kelas 2 di ruang perpustakaan. Cakka panas dan langsung nyeret Oik ke gudang belakang yang kebetulan lagi ada Via dan Agni yang di hukum gara-gara nggak mengerjakan PR, tapi Cakka-Oik nggak liat (Agni-Via ngintip).

Cakka mencengkram lengan Oik hingga Oik menjerit kesakitan. Tapi Cakka sama sekali nggak peduli dan malah terus mencengkram lengan Oik, malah tambah kuat! Cakka melepas cengkramannya, dia menatap Oik yang tengah menangis di depannya. Dengan jari telunjuk, Cakka memegang dagu Oik dan menengadahkannya, tanpa disangka-sangka Cakka menampar Oik dengan kuat! Sudut bibir Oik sampe berdarah!

Cakka masih belum puas dengan tamparan yang dia berikan pada Oik. Jari-jarinya kembali menyentuh dan menengadahkan wajah Oik. Oik memejamkan matanya erat dengan air mata yang terus mengalir. Seusatu yang tak terduga kembali terjadi. Cakka mencium Oik tepat dibibirnya, nggak peduli sama darah yang ada di bibir Oik, Cakka tetap menempelkan bibirnya. Oik mencoba berontak dan mendorong tubuh Cakka, tapi percuma! Cakka malah melingkarkan sebelah tangannya kepinggang Oik. Lama, sampai akhirnya Cakka melepas ciumannya.

“kita putus!” kata terakhir Cakka pada Oik yang masih menangis.

***

Setelah kejadian itu, Oik nggak kelihatan lagi disekolah. Kata teman sekelasnya Oik pindah. Semenjak kejadian itu juga, Obiet ikut nggak kelihatan, ada yang bilang dia hancur di tonjok Cakka, tapi ada juga yang bilang Obiet pindah ngikut Oik.

Via duduk menopang dagu diatas meja kantin, disebelahnya ada Agni yang membaringkan kepalanya diatas meja. Via lagi mikir dan Agni lagi berusaha tidur.

“sudah gue putuskan!” Via menggebrak mejanya tiba-tiba dan tentu aja ngebuat anak-anak di kantin menoleh ke arahnya. Lebih-lebih Agni, matanya langsung melek karena kaget. Via cengengesan.

“apaan sih, Vi? Gue kaget tau!!”

“sorry-sorry, gue terlalu bersemangat!” Via ngeles. Agni mendengus kesal. Gagal sudah rencananya untuk tidur.

***

“APA!!” pekik Agni. Saat ini Agni dan Via sudah ada di dalam kelas. Via mengungkapkan niatnya untuk menjadi penjaga Cakka. Penjaga Cakka? Agni sendiri binggung. “maksudnya apa?” lanjut Agni.

Lah! Gue kira dia ngerti? teriakannya nggak nyantai amat sekalinya nggak ngerti. batin Via.

“gue mau jadi penjaga Cakka, dalam  arti gue mau jadi pelindung cewek-cewek yang bakal jadi ceweknya dia. Cakka kan dikerubungin banyak cewek tuh! Otomatis dia kalo mau pacaran enak aja, tinggal comot satu terus di jadiin pacar deh. Terus sekarang Cakka kan lagi pacaran sama Angel, anak kelas sebelah juga. Jadi gue pengen pastiin aja nasib Angel nggak kayak Oik yang diperlakukan seenaknya! Dan misi gue ini bakal gue lakuin mulai hari ini sampai tingkah Cakka yang seenaknya sendiri berhenti!” terang Via panjang lebar dengan berapi-api.

Agni menguap. “ya-ya-ya, sukses deh! Biar gue cegah juga Lo nggak peduli kan?” Agni menatap Via dengan sebelah matanya. Via balas dengan mengacungkan dua jempolnya.

Agni beranjak dan memakai tasnya. “gue pulang dulu, ngantuk! Lo nggak pulang kan? Gue duluan ya!” tanpa menunggu jawaban Agni langsung ngacir meninggalkan kelas. Nggak peduli anak-anak cowok yang teriak-teriak mau ikut.

Agni sudah biasa main cabut seenaknya. Seenggaknya Agni juga cabut saat pelajaran akhir yang kosong jadi nggak masalah, kecuali ada yang lapor. Via biasanya juga ikut tapi karena misi perlindungan cewek Cakka. Dia nggak ikut deh!

Agni melangkah menuju belakang sekolah. Agni mengendap-ngendap takut ketahuan satpam sekolah. Bisa berabe ntar! Agni menaiki meja yang menempel ke tembok. Meja itu sudah di rancang anak-anak tukang cabut biar gampang manjat temboknya.

“mau kemana Lo?” tanya seseorang di belakang Agni. Mati gue! Jerit Agni dalam hati. Agni seperti mengenal suara cowok itu. Masih dengan berdiri di atas meja, perlahan Agni membalik badannya.

“eh! Kenapa, Kka?” tanya Agni gelagapan. Cakka sedang menatapnya tajam. Agni menciut takut di laporkan.

“Lo mau kabur?” tanyanya. Aelah! Pake nanya lagi. Menurut Lo?! “Eh! Lo cewek yang ngintip Alvin-Shilla kemaren kan?”

Benar-benar mati, deh gue!! Dia inget! Hati Agni menjerit nggak karuan.

Cakka menangkap tampang panik di wajah Agni. Berarti benar ini cewek kemaren! Pikir Cakka.

“minggir Lo!”

Agni menatap Cakka binggung. Agni kira Cakka bakal nampar dia gara-gara tragedi nonton kekerasan dalam berpacaran punya Alvin-Shilla tanpa izin. tapi Agni baru sadar, Cakka sebenarnya juga lagi bawa tas. Mau kabur juga ternyata!

Agni melompat kembali kebawah. Cakka naik dan langsung manjat. Sekarang dia sudah berdiri tegak diatas tembok. “cepet!” serunya.

“hah?!” Agni cengo.

“cepet!! Pak Duta lagi jalan kesini!” kata Cakka.

Agni langsung naik ke atas meja dan mencoba manjat tembok. Sial!! Baru inget, Gue pake rok yang pendek!! Makinya dalam hati.

“pegang tangan gue! Gue tarik Lo ke atas!!” kata Cakka dari atas dan atas dasar panik, Agni menyambut tangan Cakka dan Cakka pun menarik Agni hingga sampe atas. Cakka segera melompat turun dan tinggal Agni yang masih di atas. “cepet Loncat!!” seru Cakka.

Seenaknya aja nyuruh loncat!! Gue pake rok woy!! Robek iya, rok gue ntar!! Agni memaki Cakka dalam hati. Mana berani terang-terangan. Nyari mati namanya! Agni mengubah posisinya dari berdiri menjadi duduk. Loncat? Nggak? Loncat? Nggak? Loncat? Nggak?

“lama!” Cakka menarik kaki Agni dan pastinya Agni jatuh dong!

Nggak sakit? Eh! Jantung gue jadi dua? Batin Agni. Perlahan Agni membuka matanya yang ia tutup saat mau melompat tadi. Agni kaget! dia sedang berada dipelukan Cakka sekarang!! Oh God?!

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar