Rabu, 27 April 2011

PsycoLove #12


“… Cakka! Ada hubungan apa kamu dengan Via? Dan mana Agni?!” Cerca papa Agni langsung tanpa jeda. Matanya melotot isyarat kemarahan melihat calon tunangan anaknya malah memeluk sahabat anaknya sendiri.

Cakka-Via sekarang di sidang oleh mama-papa Agni akibat kepergok peluk-peluk dan saling tatap. Papa Agni sepertinya marah besar karena mendapati Cakka meluk-meluk Via, sedangkan mama Agni keliatan shock dan masih nggak percaya sama calon mantu tersayangnya.

“ini nggak kayak Om-Tante pikirkan!” elak Cakka tegas.

“tante? percaya deh sama Via, Via nggak ada apa-apa sama Cakka.” terang Via pada mama Agni. “Via cuma lagi cerita sama Cakka sama lagi nungguin Agni.”

Mama-papa Agni saling pandang sebentar kemudian kembali memandangi Cakka-Via bergantian. “kalo begitu, sekarang Agni dimana?” tanya papa Agni, suaranya mulai merendah pada Cakka.

Via menunduk dalam-dalam takut menghadapi reaksi papa Agni, sementara Cakka mempersiapkan mentalnya terlebih dahulu lalu lanjut menggeleng pelan-pelan. “tadi Agni kabur dari sekolah, Om.” Ujar Cakka lemah.

Papa Agni terbelalak. “jadi belum pulang?!” tanyanya dengan nada suara kembali mengeras.

Cakka menggeleng lagi lalu ikut merunduk.

“ini sudah jam…” papa Agni beralih menatap jam tangannya. “8 malam dan Agni belum pulang??!!”

“kamu tau Cakka? Tante sudah kasih kamu kepercayaan penuh buat ngejaga Agni! Tante sampe suruh kamu tinggal di sini! Tapi apa sekarang? Kamu nggak tau Agni di mana?!” pekik mama Agni histeris. Khawatir anaknya perempuan satu-satunya pula, belum pulang.

***

“kalian kok…”

“ini salah sangka! Gue sama dia nggak ada apa-apa.” Sangkal Agni langsung.

Jauh di ambang pintu depan sana Angel membatu sambil memandangi Alvin-Agni curiga. Pelukan sambil saling tatap kayak tadi nggak ada apa-apa? Mana tadi kepalanya saling dekatan juga.

“Lo tega, Ag? Via itu sohib Lo!” ujar Angel sengit.

Angel menganggap kata-kata Agni tadi semua bohong! Nggak mungkin nggak ada apa-apa.

Agni melotot garang pada Angel. Seenaknya nuduh! “heh! Gue bilang gue nggak ada apa-apa sama dia!” seru Agni sambil menunjuk Alvin yang ada di sebelahnya. “Vin! Lo jelasin itu ke dia! Kita kan nggak ngapa-ngapain!”

“kita nggak ada apa-apa!” kata Alvin malas-malasan.

Agni melengos. “Lo itu bodoh tau nggak!” bentak Agni pada Alvin.

Alvin menatap Agni tajam. “Lo itu kenapa sih? Sensi banget sama gue?” balas Alvin sengit.

“kalo Lo nggak ngejelasin ntar dia salah paham…”

“terus kalo dia salah paham, kenapa?” potong Alvin cepat dan dengan santainya Alvin malah kembali duduk di sofa.

Agni mendengus. “Via bisa-bisa marah sama gue lagi!”

Alvin memandang remeh Agni. “oh ya?”

Sialan ini orang!! Bibir Agni mulai komat-kamit nggak karuan mengumpat orang yang duduk di seberangnya. Sementara itu Angel yang masih ada di depan pintu. Memperhatikan 2 orang yang tadi saling pelukan sekarang malah ribut nggak jelas.

“gue pulang!” Agni melenggang pergi meninggalkan rumah Via. “gue sama itu orang bodoh nggak ada apa-apa, jadi Lo jangan bikin gosip yang nggak-nggak!” desis Agni saat berlalu melewati Angel.

Sepeninggal Agni, Angel menatap Alvin curiga. “Lo bener-bener nggak ada apa-apa sama Agni?” tanyanya penasaran.

Alvin mengedikan bahunya cuek. “bukan urusan Lo!”

***

Agni berjalan lunglai menuju rumahnya, duitnya habis dan terpaksa jalan kaki dari rumah Via ke rumah sendiri. Agni sudah berjalan sempoyongan saat jam di tangan kirinya menunjuk ke pukul 9 sekarang. Tinggal 3 rumah lagi Agni sampai di rumahnya sendiri.

“Via kemana sih? Sudah pulang belum ya?” gumamnya pada diri sendiri. Tanpa terasa Agni sudah sampai di depan gerbang rumahnya sendiri. Akibat memikirkan Via, dia jadi lupa sudah jalan sampe mana.

“gimana ini, Kka? mama sama papanya Agni nggak percaya.”

Sayup-sayup Agni mendengar suara Via dari balik gerbang rumahnya. Agni mendekati gerbang dan mengurungkan niatnya yang tadinya mau membuka gerbang. Dari celah-celah gerbang Agni melihat Via yang sedang berbicara dengan Cakka. Mereka, ada hubungan apa?

“Lo tenang aja, gue bakal ngejelasin sama mama-papanya Agni!” tukas Cakka yakin.

Ngejelasin apa? Mama-papa? Mama-papa sudah balik? Agni masih bertahan di depan gerbang rumahnya dan mengamati setiap kegiatan yang Cakka-Via lakukan. Semua!!

“kenapa jadi gini?” Via menunduk, suaranya bergetar menahan tangis. “semuanya kacau, berantakan!” perlahan tapi pasti Via mulai menangis kembali.

Cakka tersenyum kecil memperhatikan Via. Kadang sangat kuat dan kadang sangat lemah. Kadang sangat tegar dan kadang sangat rapuh! Cakka mendekatkan dirinya pada Via dan merenguh Via dalam pelukannya, mencoba menenangkan gadis itu.

Agni memandang sendu setiap kejadian di depannya, Cakka merenguh Via dalam pelukannya seperti Cakka memeluknya dulu. Cakka juga mengecup kening Via lama, sama persis dengan yang Cakka lakukan pada dirinya dulu!

Cakka? Siapa yang dia pilih? Agni? Via? Jawabannya sudah jelas di depan mata, Via!

Cakka melepas pelukannya pada Via saat mendengar decitan pintu gerbang terbuka dan menampilkan sosok yang di carinya. Agni datang, masih mengenakan pakaian sekolah tapi sudah awut-awutan kusut nggak karuan.

“Lo dari mana?” tanya Cakka. Khawatir, jengkel, marah dan senang semuanya turut menyertai tiap kata yang Cakka ucapkan untuk Agni.

Agni bungkam, penglihatannya masih baik dan dia tadi jelas-jelas melihat Cakka memperlakukan Via sama dengan dirinya. So? Harus kah dia menjawab pertanyaan Cakka? Siapa Cakka? Cakka siapanya Agni?

“Agni, gue nyariin Lo tau!” Via mendatangi Agni dan langsung-langsung memeluknya.

Persahabatan nomor satu!!

Agni membalas pelukan Via dan tersenyum kaku di baliknya. “gue juga nyariin Lo, gue juga kerumah Lo tapi Lo nggak ada!” jelas Agni.

Via mengurai pelukannya lalu tersenyum pada Agni. “gue minta maaf!” ujar Via langsung. Agni mengernyit. Kenapa?

“harusnya gue yang minta maaf,” sahut Agni cepat. Via menggeleng kuat-kuat.

“kita berdua yang salah!” kata Via-Agni bersamaan. Sedetik kemudian mereka tertawa bersamaan. “dan kita berdua minta maaf!” lanjut keduanya juga bersamaan.

Cakka diam memandangi Agni dan Via. Jujur, dia sedikit lega Agni-Via berbaikan tapi dia juga sedikit gelisah dengan gelagat-gelagat Agni yang menurutnya aneh sedari pertama datang tadi. Apa mungkin Agni melihat saat dia memeluk dan mengecup kening Via.

***

“dari mana?” Alvin berdiri di pintu depan rumah Via sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Via mengacuhkan pertanyaan Alvin dan berusaha mencari celah antara badan Alvin dan pintu. Berusaha masuk ke dalam rumah.

Via berhenti mencari celah dan menatap Alvin berani. “gue minta sekarang Lo pergi! Kita sudah nggak ada apa-apa lagi! Jadi gue mohon jauhin gue dan jangan ganggu gue lagi!” Via hanya bergumam nggak jelas dihadapan Alvin . Alvin diam, memperhatikan baik-baik tiap kata yang Via ucapkan. Alvin mengerti jelas maksud Via, Via memintanya menjauh?!

Alvin menyesal! Ada apa dengannya? Kenapa Via sampai berucap seperti itu padanya? Via ingin dirinya pergi dan nggak mengganggu Via lagi? Tapi… nggak bisa!

“aku minta maaf,”

Via terhenyak kemudian. Diam dan masih menelaah maksud Alvin yang sekarang. Ini sudah kesekian kalinya Alvin meminta maaf akibat semua kesalahan terbesarnya pada Via. Hanya kata maaf dan kemudian Alvin kembali mengulang kesalahannya.

Via selesai menelaah perkataan Alvin dan dia putuskan kata ‘maaf’ yang Alvin ucapkan hanya sekedar kata hiasan untuk membuat keadaan berbalik seperti semula kemudian kembali berantakan lagi seperti sekarang dan begitulah seterusnya.

Diam diantara keduanya, Via tampak masih memikirkan apa yang harus dia ucapkannya pada Alvin sekarang. Alvin memandangi Via harap-harap cemas. Dia tau benar kalo dirinya telah menyakiti Via melewati batas kesabaran manusia biasa. Hanya Via yang mampu bersabar padanya sampai saat ini.

“gue sudah maafin Lo!” ujar Via lemah. “tapi gue nggak bisa nerima Lo kembali.”

 Alvin tercekat. Ini balasan akibat kebodohannya. Via sekarang bukan lagi miliknya.

“nanti biar gue yang ngomong sama Mama buat ngebatalin pertunangan kita.” Via mencoba menerobos masuk kedalam rumahnya sendiri dan berhasil. Alvin menyingkir seolah memberi jalan pada Via.

“aku benar-benar minta maaf, Vi!” ujar Alvin lirih. Alvin menahan pergelangan tangan Via, menahannya, menahan Via  agar nggak pergi darinya.

Via diam, enggan menengok bahkan malas menoleh. Via coba menarik tangannya perlahan dari Alvin, tapi nggak bisa dan terpaksa Via menarik tangannya kasar dari Alvin. Via lalu melenggang masuk kedalam rumah dan menitih tangga menuju kamarnya.

Semua sudah benar-benar selesai!

Mengumpat kebodohan sendiri di saat semuanya sudah terjadi. Menyesal di kemudian hari saat dimasa lalu ngak memkirkan apa dampaknya dimasa datang. Dia menduakan Via secara nggak langsung, mengacuhkan Via yang saat itu pacarnya dan tanpa sengaja memutuskannya lewat perkataan gadis yang dulu di cintanya sebelum Via.

“arrghhh!!!” Alvin meluapkan kekesalannya. Meluapkan rasa bersalahnya yang terlambat sekarang!

Via mendengar jelas erangan Alvin dari kamarnya. Via duduk menyender dibalik pintu dan menangis sesunggukan disana. Alvin sudah benar-benar bukan miliknya, bahkan tadi Via sendirikan yang bilang akan membatalkan pertunangannya.

Taukah Alvin seberapa besar cinta Via padanya? Taukah Alvin berapa kali Via merasa sakit karenanya? Taukah Alvin sudah berapa lama Via bersabar menunggu Alvin memalingkan hatinya dari Shilla? Dan jawabannya, Alvin sama sekali nggak tau apa pun pengorbanan hati Via!

Butiran bening nggak henti-hentinya membasahi kehidupan Via, persahabatannya membaik lalu percintaannya hancur berantakan! Via menangis. Setegar batu karang dihadapan semua orang, tapi serapuh kapas dalam hatinya.

“aku sayang kamu,” Via bergumam lirih dalam isakannya. “dan selamanya selalu begitu!”

Ingatkah dengan tiap kalimat yang Via ucapkan? ‘aku sayang kamu, dan selamanya selalu begitu!’ itu janji pertama Alvin pada Via. Janji yang nggak pernah terwujud karena Alvin nggak lagi menyayanginya dan dirinya yang akan mencoba nggak lagi menyayangi Alvin.

Alvia?

***

Menatap langit-langit kamarnya sambim lagi-lagi menerawang jauh bersama pikirannya. Agni mencari jawaban atas nasip percintaannya. Dia nggak lagi mementingkan gengsi, Agni cinta sama Cakka! Tapi Cakka cintanya sama Via?

“Agnii!!” dari luar kamarnya suara Mama Agni terdengar berseru memanggil-manggil nama Agni.

Agni tersadar, kemudian bangkit dari atas kasurnya. “iya, Ma!” Agni membuka kunci kamarnya lalu membuka pintunya.

“sekarang kamu turun, mama-papa mau nanya sama kamu!” Mama Agni lalu menarik tangan Agni dan turun kelantai bawah.

Dilantai bawah, Agni melihat Cakka duduk dihadapan papanya. Entah membicarakan apa, terlihat papa Agni yang ngotot dan Cakka yang mengelak mati-matian.

“… saya berani sumpah,Om! Saya nggak pernah ada niat main-main sama Agni!”

Sedikit senang dengan pernyataan Cakka yang Cakka ucapkan pada papanya, Agni tersenyum. Tapi…

“ini apa? enam foto dengan enam gadis yang berbeda! Dan salah satunya Via!” papa Agni membanting foto-foto yang tadi dia lihat.

Agni tiba didekat papanya dan Cakka, lalu langsung memungut satu foto yang terjatuh dekat kakinya. ‘Bulan Bintang’ ini foto saat beberapa hari lalu sekolah mereka mengadakan pentas seni dan menampilkan theater-theater dari berbagai sekolah.

Cewek ini… Zahra?! Cewek yang dulunya mantan pacar Cakka. Setau Agni, Cakka sama sekali nggak pernah menjalin hubungan baik dengan mantannya, tapi dalam foto ini jelas sekali mereka bukan mantan. Dalam foto ini Cakka mengecup pipi Zahra dengan mesranya.

Sakit! Lagi-lagi sakit! Perlahan Agni letakan foto itu diatas meja dan menatap Cakka sendu. Tega!!

“Agni, gue cuma…”

“jangan jelasin ke gue! Gue nggak peduli!” potong Agni cepat. “jelasin sama mama-papa gue!” suara Agni jelas akan kekecewaan. Cakka memang masih menjalin hubungan dengan Zahra.

Enam foto! Cakka-Zahra, saat pentas Bulan Bintang. Cakka-Angel, saat mereka masih berpacaran kayaknya. Cakka-Aren, saat Aren masih tinggal di Indonesia. Cakka-Keke, setelah Cakka putus dari Oik. Cakka-Acha, foto saat mereka saling peluk di mall dan Cakka-Via? Cakka yang memeluk Via?!

Jadi sebelum yang Agni liat tadi, Cakka emang sering meluk Via?

Papa Agni menghela nafas, berat. “pertunangan kalian, dibatalkan!”

Cagni?

***

Perkumpulan jomblo-jomblo sakit hati. Via, Agni juga Riko menyebutkan diri mereka begitu. Para jomblowan dan jomblowati yang sakit hati setelah putus dari sang kekasih. Memiliki kisah cinta yang berbeda tapi sama ujungnya.

“jomblo-jomblo sakit hati!” Agni bergumam pelan sambil menyenderkan kepalanya pada bahu Riko.

Rasanya sakit juga kalo mengingat semua yang telah dia lewati dengan seorang Cakka. Terkadang Agni sendiri bingung dengan apa yang di inginkannya. Dia benci tindakan Cakka yang seenaknya, tapi secara manusiawi Agni menyukai semua perbuatan Cakka padanya.

“lucu yah?” sambung Via. Via juga ikut menyenderkan kepalanya pada bahu Riko.

Sudah diketahui apa yang saat ini memenuhi kepala Via. Ya, Alvin Jonathan. Via sulit melupakan Alvin. Meskipun banyak sudah rasa sakit yang Alvin beri pada Via, tetap saja sulit bagi Via melupakan Alvin dan dengan berat hati Via mengakui kalo dia masih sayang 100% sama Alvin.

Riko yang sekarang ini dia sedang di apit dua jomblowati patah hati jadi bingung dibuatnya. “terus sekarang, kalian mau gimana?” tanya Riko membuka suara.

Via-Agni serempak bangun dan beralih memandangi Riko bingung. “sekarang gimana apanya?” tanya Via.

Riko berdecak, sebenarnya dia sendiri nggak ngerti sama yang dia bicarakan. “ya, selanjutnya? Nggak ada yang mau punya cowok baik kayak gue?” katanya asal, sambil menampangkan ekspresi narsisnya.

 “ogah gue,” sahut Agni langsung.

“eh, jangan salah! Gini-gini banyak yang mau!”

“terserah apa kata Lo dah!” kini Via yang menyahut. “ayo, Ag! Biarin ini orang nggak laku promosi sendiri!” ejek Via.

“eh, jangan…” perkataan Riko terhenti karena mulutnya dibekap oleh Agni.

Riko bergumam nggak jelas dengan mulutnya yang masih dibekap Agni sedangkan Via lagi cekikikan geli melihat Riko yang berusaha melepas tangan Agni.

“eh? Aaaaa…..!! ngapain Lo jilat-jilat tangan gue?” teriak Agni histeris karena Riko tadi menjilat tangannya hingga Agni langsung-langsung melepas dekapannya.

“iihh jorok!!” pekik Via tertahan.

“iihhh, gila Lo!” sungut Agni sambil mengelap-ngelapkan tangannya pada baju Via.

“eh? Ihh, Agni! Kok di lap di baju gue?!!”

“lupa!” jawab Agni sambil terus mengelapkan tangannya.

Via segera menyingkir menjauh. “L U P A!” sungutnya.

Agni cengengesan. “sorry deh!” ujarnya pada Via. “heh! Lo orang jorok nggak laku!” panggil Agni pada Riko. “ayo kita cari makan dan akibat tindakan tidak senonoh Lo sama gue, Lo harus membayar semua makanan yang gue pesan!”

“kecil!” balas Riko enteng.

“gue juga!” seru Via langsung.

Dan begitulah seterusnya. Cinta yang hilang di sertai datangnya sahabat pengobat perih. Riko berjalan berdampingan dengan Via-Agni di samping kiri dan kanannya. Lupakan cinta mu! Ingat sahabat mu! Teruskan yang sudah ada! Dan lupakan yang terlewatkan!

“aku masih sayang sama kamu, Vi! Dan selamanya selalu begitu!”

“easy! Kita lakukan saat waktunya tiba!”

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar