Rabu, 27 April 2011

PsycoLove #13


Menyesal! Mungkin satu kata itu yang selalu menyertai kemana pun Alvin pergi. Dia menyesal menduakan Via dan sangat menyesal karna sudah melepas Via. Bodoh! Satu lagi kata yang selalu dia umpatkan pada dirinya sendiri. Bodoh, karena melepas kan Via demi Shilla. Shilla yang dulu pernah menyakitinya!


Alvin sendiri sebenarnya masih bingung dengan apa yang dia rasa. Via dan Shilla masih sering bergantian mengisi hatinya. Siapa yang sebenarnya di pilih Alvin?!!

“gue denger Via ngebatalin pertunangannya sama Alvin ya?”

“ya begitulah, Cakka-Agni juga batalkan pertunangannya?”

Perbincangan dua orang cewek yang dikenal Alvin menarik perhatiannya. Shilla dan Angel? Gimana bisa mereka tau kalo pertunangan Alvin-Via dan Cakka-Agni batal? Emangnya sudah nyebar? Emang ada yang tau kalo dulunya Alvin-Via sama Cakka-Agni tunangan? (Mumet!)

“gue ngumpulin semua foto Cakka sama mantan-mantan nya yang dulu, terus gue kirim ke Bokap nya Agni. Nggak kebayang deh gimana reaksi bonyok nya Agni pas ngeliat itu foto. Yang pasti gue hepi sekarang. Cakka-Agni putus!!”

“gue nggak repot, tinggal nempel sama Alvin dan seterusnya Alvin yang nempel sama gue. Dan dengan sendirinya Alvin sama Via putus!”

Alvin mendengar dengan jelas semuanya. Penjelasan apa dan kenapa dengan dirinya. Shilla! Semua sudah di rencana kan Shilla sebelumnya. Via dan Shilla? Alvin sudah tau siapa yang sebenarnya memenuhi hatinya.

“jadi ini kerjaan Lo!” kata Alvin dingin sambil keluar dari tempat persembunyiannya tadi. “Lo sudah ngerencanain ini semua. Biar gue putus sama Via?”

Shilla dan Angel menoleh, kaget saat melihat Alvin sudah berdiri tegak di belakang mereka. “maksudnya apa?” tanya Shilla bodoh.

Alvin tersenyum miring. Masih mencoba mengelak rupanya. “Lo sudah ngerencanain semuanya biar gue sama Via putus, tapi kenapa? Lo masih sayang sama gue?” Alvin maju mendekati Shilla yang masih berdiri mematung disebelah Angel.

“kamu ngomong apa? Rencana apa? Masih sayang? Aku memang masih sayang sama kamu, Vin!”

Alvin mengacuhkan Shilla begitu aja dan beralih menatap tajam Angel. “Lo mending pergi, Lo tinggal tunggu kapan Cakka mau nyelesaiin masalahnya sama Lo!” desis Alvin yang langsung di tanggapi dengan kepergian Angel.

Shilla sendirian sekarang. Bukan sendirian, tapi sama Alvin. Berdua!

“dulu gue cinta mati sama Lo! Lo tau?” Alvin mendekati Shilla yang mulai bergetar di hadapannya.

Shilla mengangguk takut-takut. “aku juga cinta mati sama kamu, Vin!” jawab Shilla cepat.

Alvin menggeleng. “gue belum selesai,” katanya datar. “Lo tau kalo tadi gue bilang dulu? Itu dulu, Shill! sekarang nggak! Sekarang gue tau kalo Lo nggak pernah bener-bener cinta sama gue! Cinta gue dulu percuma!” Alvin menengadahkan wajah Shilla yang tertunduk.

”yang kamu bilang nggak…”

“gue nggak butuh penjelasn Lo!” Alvin mulai mendekatkan wajahnya pada wajah Shilla. “gue butuh pertangung jawaban! Pertanggung jawaban atas semua kelakuan Lo!”

***

Via duduk menopang dagu di meja kantin. Mengamati Riko yang asik mengesap minumannya dengan hikmat atau tepatnya dengan lebay kemudian beralih memandang Agni yang memakan mie ayamnya nggak kalah hikmat dari Riko.

Via sadar benar, teman aja nggak bisa menutupi perasaan Via yang sebenarnya butuh lebih dari itu. Via butuh lebih dari temannya. Via butuh cintanya, butuh seorang pendamping yang siap selalu mendampinginya dan selalu mengisi hatinya. Orang yang di harapkannya. Orang seperti Alvin-nya.

Via menghela nafas berat. “gue balik duluan ya?”

Via pamit, kamudian berdiri dari duduknya. Berjalan lemas melewati Agni. “nanti aja, gue nggak mau ambil resiko Lo di kejar-kejar Alvin lagi!” cegah Agni yang langsung ngebuat Via mendelik jengkel padanya.

“bener itu, Vi! Kalo Lo kenapa-kenapa, gimana? Kalo Lo di jahatin dia lagi, gimana? Kalo Lo…”

“gue nggak bakal kenapa-napa, oke!” potong Via. “lagian kalo mau maen jaga-jagaan kayaknya yang harus di jaga Lo deh, Ag! Lo kan nggak dikejar tapi kalo tau-tau Cakka ada di rumah Lo ntar gimana?” Agni berhenti mengunyah makanannya dan memandang Via mengiba.

“iya-ya? gimana dong?” dengan mulut penuh makanan Agni bergumam.

***

Alvin duduk nggak jauh dari Via. Memandang senyum Via yang dulu pernah jadi miliknya dan akan menjadi miliknya lagi. Alvin bertekad akan mengembalikan Via ke dirinya sendiri. Alvin sudah pasti memilih Via. Shilla? Biar dia tanggung sendiri akibatnya.

Via mulai melangkah pergi meninggalkan kantin di ikuti Agni dan Riko di belakangnya. Entah memang atau perasaannya aja tapi Alvin ngerasa Agni-Riko nggak pernah ninggalin Via sendiri. Selalu nempel kemana dia pergi tanpa terkecuali.

“Via,” Alvin menarik tangan Via yang hendak pergi saat berpapasan dengannya saat ini. Via sendirian. Via berontak dan berusaha melepas cekalan tangan Alvin dari tangannya. “Vi, aku mau ngejelasin!”

“kita sudah nggak ada apa-apa! Nggak ada yang harus di jelasin ke gue. Bonyok gue juga setuju kita batal tunangan!”

Alvin terpukul dengan kata-kata yang Via ucapkan, tapi tau kah Alvin kalo sebenarnya Via sendiri lebih terpukul dari pada dirinya? Via lebih sakit saat harus bertatapan dengan Alvin dan setiap kali harus mengingat permasalahannya dengan Alvin terdahulu.

“aku cinta sama kamu, Vi! Aku sayang,” lirih Alvin dihadapan Via. Memohon agar Via percaya bahwa yang di ucapkannya benar adanya. Benar kalo Alvin bener-bener cinta dan sayang sama Via!

Via diam, entah harus berkata apa. Ini kesekian kalinya dia harus menghadapi situasi seperti ini. Alvin yang memohon padanya dan dirinya yang bimbang entah ingin kembali membohongi hatinya sendiri atau kah mengikuti semua kata hatinya dan membiarkan dirinya tersakiti lagi.

“lepasin napa? Biar gue yang nyelesaiin masalahnya Via biar cepet kelar!” bersungut-sungut Agni berusaha melepas rangkulan Riko dari lehernya. “Ko…”

“biarin Via nyeleseiin masalahnya sendiri napa? Dia kan juga punya privasi!” potong Riko di sertai sedikit kothbah untuk Agni.

Agni mencibir. “Lo kesambet apaan ngomongnya mulia gitu?”

Riko melengos. Agni bener-bener nggak punya hati kayaknya. Sudah cape-cape berpetuah malah di tanya kesambet apaan. “kesambet jin tomat gue!” ujarnya galak.

“yeee dia marah! Mas jangan marah, ntar tambah jelek kan tambah nggak laku.” Goda Agni yang malah nambah kadar jelek pada wajah Riko.

Agni-Riko asik sendiri berdua. Sampe-sampe mereka bedua lupa kalo tadi lagi ngepantau Alvin sama Via. Alvin-Via sendiri sudah nggak ada di tempatnya tadi dan Agni-Riko masih belum menyadari sepertinya.

“Via kemana, Ko?”

“iya ya? Via kemana, Ag?”

(GUBRAK!!)

***

Cakka panas ngeliat semuanya. Agni sama Riko rangkul-rangkulan nggak jelas di semak-semak! Ngapain coba? Jangan berburuk sangka dulu. Cakka menceramahi dirinya sendiri. Tapi nggak guna! Sampe dia di rumah sekarang pun rasanya masih nggak rela Agni sama Riko!

Untung saat menyetir tadi anak SD dan nenek-nenek jompo yang hampir di tabrak Cakka nggak kenapa-napa. Kan hampir! Pikirannya nggak konsen saat nyetir dan masih acak adul saat tiba di rumah. Kenapa semua berbalik keadaannya. Semua rencananya berantakan! Foto? Zahra? Itu pokok masalahnya!

Cakka membanting badannya diatas sofa ruang tamunya. Minggu-minggu ini bakal dia lalui dengan kesepian. Orang rumah semua nggak ada dan Agni yang biasanya menemani hari-harinya juga kini nggak ada.

TOKK… TOKK... TOOK…

Pintu rumah Cakka serasa di ketok seseorang dan sebenarnya memang di ketok seseorang. Malas-malasan Cakka bangkit dan melangkah gontai menuju pintu. Dalam hati terus mengumpat siapa di balik pintu itu. nggak tau yang namanya bad mood apa?

“hai, Kka?”

Alis Cakka bertaut saat mendapati Shilla berada di depan rumahnya. Tangannya terkepal tiba-tiba serasa ada yang salah pada cewek di depannya ini dan ingin rasanya segera menghajar cewek itu.

Ini baru formulaan awal bagi Shilla. Sebelumnya Shilla sudah menduga kalo reaksi Cakka pasti dingin padanya. Tapi nggak nyangka sama wajah Cakka yang merah nahan marah dan tangan Cakka yang terkepal kuat dihadapannya.

“gue mau ngejelasin sesuatu,” Shilla memandang langit-langit saat Cakka menatapnya tajam. “ini tentang Lo sama Agni!”

BRRAAKK!!!

Cakka memukul kuat daun pintu yang tepat di sebelahnya. Apa lagi ini! Sudah ngegerecoki hubungan Alvin-Via sekarang mau manas-manasin Cakka lagi?!

“ngejelasin apa?” suara Cakka keliatan jelas penuh amarah. Shilla ketakutan. “cepet!!” bentak Cakka.

“yang ngirim foto itu Angel! Yang ngirim foto-foto Lo sama cewek lain itu Angel! Foto yang di liat sama papa-mamanya Agni itu Angel yang ngirim!” dengan lancar Shilla melontarkan penjelasan singkat berulang-ulang.

Cakka mematung tanpa reaksi. Sudah menduga sebelumnya kalo ini semua kerjaan Angel. Cuma Angel yang tau tentang Zahra dan fotonya dengan Zahra hanya yang mengenal Zahra sebelumnya yang punya. Agni dan Zahra. Kembali di suruh memilih.

“gue pamit!” Shilla berbalik cepat dan akan melangkah pergi saat ada yang menahan tangannya. Siapa lagi kalo bukan Cakka. “aaa..!!” Cakka mencengkram kuat tangannya.

“atur biar gue bisa ketemu Angel. Dimana aja terserah, jangan sampe Angel tau!”

***

“kenapa Lo bawa gue ke sini?” tanya Via bingung tapi di acuhkan Alvin begitu aja. Alvin berdiri lantang dan merentangkan kedua tangannya menerima terpaan angin pada dirinya.

Alvin-Via berada di pantai sekarang. Pantai awal kebahagiaan bagi Via juga pantai akhir kebahagiaannya. Via memandangi Alvin yang sedari tadi asik sendiri sedangkan yang di pandang memejamkan matanya masih menikmati hembusan angin.

“kita ngapain di sini?” ulang Via lebih keras.

Perlahan Alvin mulai membuka kedua matanya. Menoleh kearah Via yang berada nggak jauh disebelahnya. Sebenarnya Alvin sendiri nggak tau apa alasannya membawa Via kesini. Tapi jujur dia ingin berduaan dengan Via saat ini.

“Vin?” panggil Via pada Alvin yang hanya memandanginya. “Lo kenapa?” terdengar jelas nada khawatir pada suaranya.

Alvin tertawa kecil lalu menggeleng. “apa perasaan kamu sama aku sekarang, Vi? Benci? Jengkel? Kesal? Atau masih cinta?” Alvin membalik badannya menghadap Via dan menatap Via lembut hingga Via salting di buatnya.

“apaan sih, Vin?” pipi Via bersemu. Tatapan Alvin yang seperti itu selalu membuat pipi Via bersemu malu.

“kamu cantik, Vi!”

“gombal!”

“serius!”

“berisik!”

“beneran, kamu cantik!”

“Alviinnn!!!”

“aku serius, Vi! Beneran kamu cantik.” Alvin maju dan membelai lembut pipi Via. “cimut?”

Via menengadahkan wajahnya menatap Alvin. Tadi Alvin manggil dia apa? Cimut? Itu sudah lama! Via menepis tangan Alvin selembut mungkin dan mundur menjauh beberapa langkah. “kita kesini buat apa?”

Alvin mendengus. Kecewa! “aku bakal nurutin satu permintaan kamu, apa pun. Aku turutin.” Alvin terdengar pasrah dan rela sudah dengan semua yang Via ucapkan nanti. Kecewa dengan Via yang menolaknya dan kecewa dengan diri sendiri yang terlanjur melukai Via.

“aku…”

***

Angel duduk gelisah menunggu Shilla. Tadi Shilla mengajaknya janjian untuk bertemu dan tempatnya strategis memang kalo mau ngomongin hal-hal jahat soalnya tertutup dari umum. Taman kota pas malem jum’at.

Angel mengedarkan pandangannya berharap mendapatkan sosok Shilla. Sendirian dan malam pula. Kenapa tadi nggak ngajak bareng aja? Angel bersungut-sungut dalam hatinya.

“sudah puas Lo ngancurin hubungan gue sama Agni?” Cakka muncul dari belakang Angel.

Angel berbalik dan melotot nggak percaya. Ada Cakka! “Cakka? Ngapain di sini?” tanya Angel senang. Mungkin Angel nggak ngedenger perkataan awal Cakka.

Cakka menatap Angel tajam. Matanya menusuk pada mata Angel. Perlahan Cakka maju mendatangi Angel dan Angel juga mulai mundur beberapa langkah untuk menjauhi Cakka hingga akhirnya Angel terpojok di antara sebuah pohon dan Cakka.

“Kka? kenapa?” tanya Angel mulai ketakutan. Jangan-jangan di hadapannya ini bukan Cakka?

“sudah puas Lo ngehancurin hubungan gue sama Agni?” Cakka mengulangi pertanyaannya.

Angel yakin sekarang. Ini Cakka beneran di hadapannya. Angel kemudian memutar bola matanya, kesal! “gue belum puas kalo Lo belum balik sama gue!” jawab Angel lantang.

Emosi Cakka memuncak. Kenapa dia dulu mau macari Angel. Cuma buat main-main memang, tapi nggak nyangka sampe seterusnya dia bakal di buntuti Angel ini. Cakka mulai mengangkat tangannya. Entah untuk apa yang pasti Angel sudah memejamkan matanya kuat-kuat sekarang.

“jangan ganggu gue lagi, gue cinta sama cewek gue yang sekarang. Jadi tolong, Ngel! Gue nggak pernah suka apalagi cinta sama Lo!”

Angel membuka matanya. “Cakka?” mata Angel berkaca-kaca memandangi Cakka nggak percaya. Cakka bilang dia nggak pernah suka apa lagi cinta sama Angel, jadi apa maksud Cakka macari dia dulu? Meski pun dulu, apa Cakka tau Angel berharap banyak dari semua itu.

“maaf, Ngel.” Ucap Cakka penuh penyesalan.

PLAAKKK!!!

Tamparan telak Cakka terima pada pipi kirinya. Tangis Angel pecah setelah itu. “kamu jahat, Kka!” Angel terisak dihadapan Cakka.

“maaf, tapi gue cinta mati sama cewek gue yang sekarang!” ujar Cakka menjelaskan.

Angel masih menangis dan sekarang mulai merosot terduduk di bawah pohon. Menagis sekencang-kencangnya menumpah kekecewaannya saat itu juga. Menangis lama sampai akhirnya berhenti dengan sendirinya dan berganti dengan sesunggukan kecil.

Angel bangkit dan mengusap airmatanya. Memandangi Cakka yang masih berdiri di depannya dengan sendu. “gue nggak bakal ganggu Lo lagi, tapi gue mau Lo jawab pertanyaan gue!” tanya Angel dengan suara bindengnya sehabis menangis tadi.

Kening Cakka berkerut, tapi hanya bisa mengangguk menyanggupi permintaan Angel.

“Lo cinta sama cewek Lo yang sekarang?” tanya Angel membingungkan tapi dibalas anggukan lagi oleh Cakka.

“iya!” jawab Cakka tegas.

Angel tersenyum aneh atau tepanya menyeringai pada Cakka. “cewek Lo yang sekarang?” tanya Angel meyakinkan. “Agni apa Zahra?”

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar