Kamis, 01 September 2011

Adventure of We #2


Pagi yang cerah. VISA, Via Ify Shilla Agni memutuskan untuk pergi berkeliling sekitar villa. Jalan-jalan, olahraga sekaligus ngeliat pemandangan sekitar.

“ayo cepat!” teriak Via yang sudah ada didepan gerbang. Via berlari kecil ditempat sambil sesekali pemanasan merenggangkan otot-ototnya.
“Ag, liat deh!” Shilla menarik Agni dan menunjuk Via yang sedang berlari-lari kecil didepan pagar rumah.

“kenapa?” tanya Agni cuek. Tangannya sedang sibuk memutar bola basket yang dibawanya dari rumah. Shilla aneh, masa Via pemanasan gitu diliatin. Emang salah?

“ittuuu!”

Shilla menunjuk lurus-lurus ke villa seberang. Tepat di atas balkon terlihat seorang cowok yang lagi memperhatikan Via. Cowok itu begitu fokus memperhatikan Via sampe-sampe nggak menyadari Shilla dan Agni yang lagi ngomongi cowok itu bahkan sambil nunjuk.

“eh, apaan lo bedua?” tanya Ify yang baru keluar dari rumah.

Shilla menarik Ify juga dan mengarahkan wajahnya ke cowok seberang yang lagi merhatiin Via. Cowok itu masih kelihatan asik ngeliatin Via sampe akhirnya Via berbalik masuk keperkarangan rumah. Cowok itu ikut memandangi kepergian Via dan mendapati 3 orang cewek memperhatikannya. Cowok itu cepat-cepat membuang muka dan pergi. Aneh!

“namanya Gabriel, biasa dipanggil Iyel!” kata Acha tiba-tiba yang sudah nonggol dibelakang mereka.

“kok kenal?”

“dia yang beli villa itu.”

Via datang. Mukanya cemberut dan bibirnya manyun. “jadi lari nggak?” sungutnya.

“jadi kok!” sahut Acha.

Mereka berdua lari duluan disusul Shilla, Ify dan Agni paling belakang. Via dan Acha lari sambil sesekali cekikikan bedua, mungkin lagi bernostalgia? Ify berlari pelan sambil memikirkan sesuatu yang mengganjal otaknya. Sebuah pertanyaan besar tentang villa itu beserta penghuninya.

Masih terus berlari Agni berlari sambil memantul-mantulkan bola basketnya menyusul Shilla yang berjalan didepannya.

“cape lo? makanya jangan belanja mulu kerja lo!” ejek Agni. Lalu lanjut meninggalkan Shilla. Shilla terlalu cape buat ngebalas kata-kata Agni. Nafasnya aja udah putus-putus.

“Shilla! sini deh!”

Jauh didepan Shilla terlihat Agni yang melambai-lambai meminta Shilla cepat menyusulnya. Dengan jalan setengah berlari yang nggak ada efek cepat sama sekali Shilla nyusul Agni.

“apaan?” tanya Shilla jutek. Si Agni kayak nggak tau Shilla cape aja.
Agni nggak ngenjawab dan langsung narik tangan Shilla buat ngikutin dia. Dengan sedikit menerobos semak-semak mereka sampe kesebuah lapangan basket.

“waah!” decak kagum Shilla nggak tertahankan. Tempat ini bersih banget. Terjaga! Dipinggir-pinggir lapangan ada beberapa bangku taman yang masih bagus, juga sekeliling lapangan ini dikelilingi pohon-pohon besar pelingdung dari terik matahari.

“maen yuk!” Agni langsung memantulkan bola basketnya dan berlari ketengah lapangan. Shilla berjalan berlainan arah, dia malah jalan kearah bangku taman yang ada dan duduk mengatur nafas.

“nggak lagi-lagi gue lari kayak gini.” keluh Shilla sambil mengurut kakinya.

30 menit sudah Agni main basket sendiri, Shilla diajakin main nggak mau. Cape bilangnya, padahal dari tadi duduk mulu. Cape? Ify, Via dan Acha tadi sempet datangi mereka buat ngajak pulang, tapi Agni nolak mentah-mentah karena belom puas mainnya. Shilla sebenarnya mau ikut, tapi nggak kuat jalan. Jadi mending nemenin Agni aja deh!

“heh! Siapa lo?”

4 cowok sama 3 cewek datang ke lapangan basket dan menghentikan kegiatan yang dilakukan Shilla Agni. Shilla menatap tanpa kedip 4 cowok yang cakep luar binasa? Sedangkan Agni menatap sengak 3 cewek yang sok cantik setengah tewas.

“heh! Ngapain lo ngeliatin kita-kita kayak gitu?” ulang cewek yang tadi nanya pertama.

Shilla beranjak mendekati Agni, kemudian giliran cewek-cewek itu yang mendekati mereka. Yang cowok? Tuh, maen basket sendiri nggak meduliin cewek-cewek mereka yang bakal ngelabrak Shilla sama Agni.

“kita Cuma mampir kok, sekarang mau pulang!” kata Shilla. Bukannya takut sama ini cewek belagu, tapi takut sama cowoknya euy! 4 sekaligus yang dibawa, sekali jambak ceweknya, 4 gamparan dari sang cowok. Jangan sampe!

“ayo, Ag!” Shilla pergi duluan disusul Agni. Agni masang tampang sinis terang-terangan waktu ngelewat didepan itu cewek-cewek sok kecakepan.

“eh, lo yang bawa bola basket!” panggil salah seorang cewek itu pada Agni yang lagi bawa bola basket. Agni nggak peduli, atau tepatnya nggak mau langsung emosi ntar kalo-kalo tue cewek manggil Cuma buat nyari gara-gara.

“belagu banget lo! lo pikir lo hebat, hah?!” sambung cewek yang satunya. Agni menghentikan langkahnya. Paling benci ketemu cewek sok berani kayak gini. Paling Cuma pinter ngomong dan nggak ada tindakan lain.

“nggak usah diladenin!” desis Shilla menenangkan padahal Shilla sendiri sudah panas pengen ngejambak tapi keinget 4 cowok yang masih ada 1 lapangan sama mereka.

“tinggal bola lo, dan kita anggap masalah ini selesai!” suara cewek ketiga. Agni bener-bener nggak nahan sekarang. Dia balik badannya dan menatap garang cewek-cewek itu satu per satu. Yang ditatap santai aja, malah pose siap fighting.

“maksud lo?” tanya Agni nyolot. Sengaja nyulut api biar kebakaran.

“udah, Ag!” Shilla mencoba jadi Air buat madamin api Agni.

“gue…minta…bola…basket…lo..!” kata salah satu cewek itu dengan nada yang ngejek abis.

Agni menatap bolanya ragu, seakan dia akan ngasih itu bola ke cewek-cewek belagu itu. Shilla sendiri diam perihatin menyangka Agni bakal ngasih bola itu ke cewek-cewek sok cakep itu.

Agni maju beberapa langkah. Mengulurkan bolanya untuk diterima 3 cewek belagu itu. Yang cowok? Masih nggak peduli!! Agni mengulurkan bolanya lama, dari pihak cewek belagu sama sekali nggak ada yang mau ngambil itu bola.

“gue kasian liat tampang lo! ambil aja deh bolanya buat lo, gue ikhlas!”

Agni nyulut api, Shilla madamin pake air tapi malah disiram pake minyak gas. Nyala nggak masih apinya?

“sialan lo!” umpat Agni sambil melempar kuat-kuat bola ditangannya kearah cewek yang disebelah kiri. Cewek yang sebelah kiri tumbang sambil merintih memegangi bahu kanannya yang terkena bola. 2 cewek yang masih berdiri tegak mengepalkan tangan dan maju mendatangi Agni.

“heh! Apa-apaan lo!” Agni nggak mengubris, malah meraih bola basketnya yang memantul kembali ke sang pemilik.

“ayo, Shill!” Agni melenggang pergi dengan senyum kemenangan penuh. Cewek sengak harus dibasmi! Shilla mengikuti sambil sesekali tertawa kecil. Itu ganjarannya jadi cewek belagu! But… kayaknya ada yang lupa deh, apa?

“mau kemana lo?” 4 cowok berderet menghadang Agni dan Shilla.

Got’cha!! Lupa sama cowoknya!!

“mau pulang,” jawab Agni tenang.

Agni pergi melewati cowok-cowok itu. Sudah sampe jalanan depan lapangan basket tapi kok? Shilla?!

“Agni!!” jeritan Shilla melengking dari arah lapangan. Agni melemparkan bolanya entah kemana dan berlari kembali menuju lapangan.

Shilla diapit 2 cowok duduk dibangku taman, sedangkan yang 2 cowok lagi ngebantu cewek yang tadi tumbang kena bola basket.

“gue Cakka,” kata cowok yang disebelah kanan Shilla.

“gue Ray.” Sambung cowok yang disebelah kiri.

Agni binggung mau ngapain. Shilla nggak pa-pa, dia cuma diajak duduk bareng sambil kenalan. Walaupun muka Shilla lagi menampakan tampang ketakutan tapi cowok-cowok itu senyum ramah ke Shilla. Agni mengalihkan pandangannya kearah yang lain. 2 cowok membantu cewek yang tadi tumbang kena bola.

“Alviiin, saakiitt!” jerit cewek itu genit.

Agni mati-matian buat nahan ketawa yang akhirnya menjadi meringis lebar-lebar. Kalo gua jadi cowoknya tuh orang, udah gue mutilasi gara-gara ngomong gitu ke gue. Batin Agni. Cowok yang dipanggil Alvin tadi ngegendong cewek itu dan berjalan melewati Agni. Pada saat lewat tepat didepan Agni, Alvin menatap Agni tajam.

Alvin pergi meninggalkan lapangan diikuti 2 cewek dibelakangnya meninggalkan 3 cowok yang masih bertahan dilapangan.

“haha! Lo bakal mati tau nggak! Lo sudah bikin cewek Alvin sakit!” yang bernama Cakka ketawa keras saat Alvin dan cewek-cewek itu lenyap dari pandangan. Ray tersenyum kecil seperti menyetujui dan cowok yang 1 lagi, diam tanpa ekspresi.

“jaga baik-baik diri lo, Alvin bukan orang baik kalo sama lo!” Cakka menepuk pundak Agni dan pergi meninggalkannya. Ray mengikuti dan tersenyum miring pada Agni.

“ayo, Yo!” ajak Ray pada temannya yang tanpa ekspresi tadi.

***

Ify melamun dibalkon kamarnya. Pikirannya menerawang tentang siapa dan ada apa pada rumah didepannya saat ini. Penjelasan Agni-Shilla tentang mereka yang bertemu dengan 3 cewek dan 4 cowok membuat Ify ingin tau siapa mereka. Apalagi setelah penjelasan mereka yang menyatakan kalo cewek-cewek itu adalah pacar dari cowok-cowok itu. Ify gundah, penasaran. Ingin tau dan mau cari tau!

“gue… gue mau kelapangan basket tadi pagi!” ujar Ify pada sahabat-sahabatnya dan langsung pergi kelantai bawah.

Via, Shilla dan Agni saat itu memang sedang berada didalam kamar Via-Ify. menceritakan kisah saat dilapangan basket tadi. Shilla nggak henti-hentinya muji 4 cowok-cowok cakep itu, sedangkan Agni mati-matian mengingatkan tentang 3 cewek sengak yang belagu itu.

Agni berjalan menuju balkon. Menyerah sudah, kalo Shilla sudah ngomong tentang cowok sama Via pasti nggak bisa diganggu. Agni melihat Ify yang melangkah keluar dari rumah. Tadi bilang mau kelapangan basket, tiba-tiba Agni teringat bolanya.

“Ify!!” teriak  Agni dari atas.

“apaan?”

“sekalian cari bola gue ya! Tadi gue lempar nggak tau kemana. Yang pasti masih di sekitar lapangan tadi!”

Ify menggangguk kecil dan kembali melangkah menuju lapangan basket. Lapangan basket sore ini sepi. Nggak ada cowok cakep dan cewek senggak seperti cerita Shilla-Agni. Ify melangkahkan kakinya menuju kursi taman dipinggir lapangan dan duduk. Kembali semua pertanyaan-pertanyaan menghampiri Ify.

“ampun gue! Gue kesini mau liburan, kok malah mikirin hal yang nggak penting kayak gini?”

Ify berdiri dan berniat pulang, tapi urung mengingat pesan Agni untuk mencarikan bolanya. Ify mulai mencari bola basket Agni. Mengobrak-abrik semak diseluruh pinggir lapangan namun tak kunjung ketemu.

“cari apa?”

Ify terkejut dan langsung berbalik. Seorang cowok hitam manis memandangi Ify sambil sesekali memutar-mutarkan bola basket ditangannya. Bola Agni!

“gue nyari itu!” kata Ify dengan menunjuk lurus-lurus bola basket yang dipegang cowok itu. Cowok itu nggak merespon Ify dang pergi ketengah lapangan memainkan bola Agni.

“nama lo siapa?” tanya cowok itu. tiba-tiba saja cowok itu sudah berada didepan Ify. ify yang tersadar dari semua lamunannya refleks mundur untuk membuat jarak.

“Ify,” jawab Ify singkat. “bola?” tanya Ify kemudian. Berharap cowok itu mengerti maksudnya.

“gue Rio,” Rio, nama cowok itu kembali memajukan tubuhnya kearah Ify. kali ini Ify diam nggak bergeming. Cowok itu memegang bola basket dengan tangan kiri dan tangan kanannya yang bebas mengelus pipi Ify. “mirip.” gumam Rio.

Ify mengerutkan keningnya. Pertanyaan demi pertanyaan kembali bermunculan dikepalanya. Dengan sesopan mungkin Ify menepis tangan Rio dan kembali mengambil jarak. Rio tersenyum kecil menyaksikan tindakan Ify atas perlakuannya.

“nih!” Rio melemparkan bola basket milik Agni pada Ify. ify yang nggak punya reflek nangkap bola sama sekali gelagapan. “bye!” katanya dan langsung pergi meninggalkan Ify.

Pertanyaan sepertinya nggak pernah berhenti mengisi kepala Ify. mungkin kalo Ify buatkan daftar pertanyaan dari dalam kepalanya, pertanyaan itu bisa ngalah-ngalahin soal UAN ato UAS disekolahnya.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar