Sakit! Sudah sering Agni merasakan sakit. Siapa yang nggak sakit setiap kali ngeliat cowok yang jelas-jelas miliknya malah memilih jalan dan berduaan dengan cewek lain.
Nggak munafik, Agni cemburu ngeliat semuanya!
Sayang! Agni masih sayang sama Alvin. Cowok yang sudah hampir setengah tahun bersamanya. Cowok yang awalnya mengaku kalo dia cinta dan sayang sama Agni. Tapi ujungnya Agni nggak di anggap dan terlupakan.
Nggak munafik, Alvin bosan sama Agni!
“Vin, bisa nemenin aku ke…”
“sorry, Ag! Nggak bisa!”
Alvin berlalu begitu saja. Tanpa penjelasan apa dan mengapa, Alvin pergi meninggalkan Agni. Lagi-lagi dan lagi! Agni benci di acuhkan terlebih yang menacuhkannya Alvin. Nggak munafik, Agni sakit hati! Tapi… Agni cinta mati sama Alvin!
“kita putus aja, Vin!”
1 kalimat yang sangat berat hati harus Agni ucapkan. Agni berdiri tepat di hadapan Alvin, di sebelahnya duduk seorang gadis sipit putih yang Agni akui cantik. Alvin diam, memandangi Agni heran. Nggak munafik, dia bosan. Tapi… Alvin masih cinta sama Agni.
“jangan ke kanak-kanakan, aku sama Via nggak ada apa-apa!”
“aku mau kita putus aja, Vin!” ujar Agni lemah. “aku cape kamu acuhkan! Mending sekalian nggak punya cewek dari pada cewek mu nanti kamu acuhkan!”
Agni membalik badannya meninggalkan Alvin dengan gadis sipit itu. Nggak munafik, rasanya sakit banget! Tapi seenggaknya Agni merasa dia benar sebenar-benarnya.
Alvin memandangi kepergian Agni sendu. Ada apa dengannya? Dia cinta gadis itu. sangat cinta! Tapi…
Nggak munafik!
***
Dia Agni yang sekarang. Agni yang selalu terlihat ceria setelah lepas dari Alvin. Senyum selalu mengembang diwajahnya. Selalu! Hidup Agni bebas setelah lepas dari Alvin. Tapi… Nggak munafik, Agni kehilangan.
“ikut aku!”
Alvin menarik tangan Agni kuat menuju gudang samping sekolah. Menariknya dan mendudukannya di atas salah satu meja dalam gudang. Alvin diam. Agni bungkam. Nggak munafik, Alvin rindu gadis di depannya ini.
“kita balikan ya?” Alvin mengelus lembut pipi Agni. Sedikit menyingkirkan rambut-rambut Agni yang menutupi parasnya.
Agni membeku. Nggak munafik, Agni senang! Tapi…
“sorry, Vin! Gue nggak bisa!” Agni menepis tangan Alvin selembut mungkin. Agni kemudian berlalu meninggalkan Alvin sendirian dalam gudang.
Sefatal itu kah perbuatannya? Hingga Agni benar-benar melepaskan diri darinya? Dada Alvin bergemuruh penuh amarah! Nggak terima! Kenapa? Alvin membanting bangku yang ada di dekatnya. Menghambur semua yang ada di hadapannya.
Nggak munafik, dia marah di tolak!
***
Agni berjalan bebas tanpa halangan, nggak ada lagi yang bakal ngelarang dia buat ngelakuin apa aja yang dia mau. Alvin sudah bukan lagi miliknya dan sebaliknya, Alvin sudah nggak lagi memilikinya. Kehilangan pasti ada, tapi percaya pasti akan ada yang datang dan mengisi celah yang tadinya kosong.
“hai, Ag?”
“hai, Ray?”
Ray datang di saat Agni sendirian. Di saat Agni butuh seseorang untuk menemani kesendiriannya. Agni dan Ray 2 hari setelah putus dari Alvin, dan itu juga yang membuat Agni memilih menolak permintaan Alvin. Nggak munafik, kalo bisa Agni pengen miliki mereka berdua. Alvin-Ray!
Sementara Agni menikmati kebersamaannya dengan Ray, jauh di sana Alvin memandang benci keduanya. Agni hanya miliknya! Dan akan selalu menjadi miliknya! Alvin benci melihat Agni dengan Ray. Tapi apa bisa dia menarik Agni kembali sedangkan Agni sendiri ingin lepas darinya.
Alvin mendekati Ray yang di tinggal pergi Agni. Mendekat dan berdiri tegak dihadapan Ray.
“kenapa?”
Sebuah kata yang dijawab Alvin dengan sebuah pukulan telak Alvin pada ulu hati Ray. Ray mengerang dan jatuh ke tanah. Alvin diam, memandang Ray sinis dan tersenyum miring. Lemah!
“jauhin Agni, dia milik gue!”
Alvin berangsur pergi meninggalkan Ray yang meringis kesakitan.
Agni? Milik Alvin? Satu-satunya hal yang memenuhi otak Ray.
***
Agni mendengar Alvin memukul Ray saat itu dan meminta penjelasan jelas pada Ray. Ray berkali-kali mengelak namun akhirnya mengaku juga hanya dengan ancaman ‘putus’ yang Agni ucapkan. Ray sayang benar dengan gadis ini. Gadis yang beberapa hari lalu sudah bisa di bilang miliknya.
Nggak munafik, Ray akan ngelakuin apa aja agar Agni tetap bersamanya.
Agni benci sikap Alvin yang seenaknya. Saat menjadi pacarnya dulu, Alvin sering memukul anak-anak cowok yang mendekati Agni dengan alasan Agni ceweknya dan kalo dulu alasan itu mungkin masih bisa di terima. Tapi sekarang? Apa hak Alvin mukul Ray?!
Agni pergi mendatangi Alvin yang duduk di atas dahan pohon taman belakang sekolah. Terlihat asik menggoreskan sesuatu pada kulit pohon hingga nggak menyadari Agni ada tepat di bawahnya.
“apa maksud Lo mukul Ray?!”
Alvin menoleh santai ke bawah. Dia sebenarnya tau Agni di sana sedari tadi tapi diam menikmati kesunyiannya saat ini. Alvin tersenyum manis pada Agni yang memasang tampang marahnya secara terang-terangan. Alvin suka semua ekspresi Agni. Sangat suka dengan gadis miliknya ini.
Alvin melompat turun dan mendarat sempurna di hadapan Agni. Mendekati gadisnya dan mengelus pipi gadisnya yang merah menahan marah.
“apa-apaan!” sentak Agni mendorong Alvin kuat-kuat. “denger ya! Lo nggak berhak mukul Ray! Gue nggak perlu alasan Lo! yang gue tegaskan Lo nggak berhak!!”
Alvin tersenyum kecil. Masih seperti gadisnya yang dulu. Yang tegas dan keras.
“tapi, gue masih berhak atas Lo kan?”
“nggak lucu! Lo denger ya! Lo nggak berhak dan nggak pantas atas apa pun, bahkan hidup Lo sendiri!” seru Agni nyaring.
Entah apa yang membuatnya berkata seperti itu tapi dapat dipastikan gimana reaksi Alvin. Alvin geram, marah dan sedih. Gadisnya sendiri yang mengucapkannya. Lewat bibir manisnya. Alvin mengepalkan tangannya kuat-kuat. Dia masih ingat siapa yang di depannya saat ini.
Alvin menarik tangan Agni dan mendorongnya pada pohon yang ada di dekat mereka. Agni berontak, Alvin ganti menekan pundak Agni dengan kedua tangannya. Menahan Agni agar nggak kemana-mana.
“Lo nggak berhak menentukan atas apa yang jadi hak gue!” geram Alvin.
Agni meringis menahan sakit pada pungungnya, belum lagi pundaknya yang ditekan Alvin menempel pohon. “Lo juga nggak berhak ngelakuin ini ke gue!” lirih Agni.
Alvin melepas pegangannya pada pundak Agni dan menjauh beberapa langkah. “gue nggak bakal ngelepasin Lo!”
Cinta sejati? Cinta yang akan melakukan apa saja agar kekasihnya bahagia, biarpun bukan bersamanya.
***
Selepas semua kejadian yang Agni anggap buruk. Semuanya mulai kembali seperti semula. Alvin menghilang dari kehidupan Agni. Dia pergi nggak tau kemana. Agni senang? Sedikit. Agni sedih? Sangat. Kenapa sebenarnya ini?
Nggak munafik, dia rindu semua tentang Alvin.
Alvin yang selalu melindunginya, Alvin yang selalu menjaganya, Alvin yang selalu menyayanginya dan semua tentang Alvin yang hanya Alvin sendiri yang punya. Semuanya dengan cara Alvin sendiri.
“Ray, jalan yuk? Kemana aja.” Ajak Agni. Sedikit memiringkan kepalanya menghadap Ray yang di sebelahnya.
“mau kemana?”
“ya… kemana aja deh!”
Begitu lah kisah Agni yang sekarang, tanpa Alvin. Hanya dirinya dan Ray. Semua berjalan penuh kemunafikan. Dirinya mungkin berdiri tegak di hadapan Ray, tapi siapa yang tau kalo sebenarnya hati Agni masih milik Alvin sepenuhnya? Siapa yang tau?
Ray menggandeng tangan Agni lembut, membawanya berjalan-jalan mengitari jalan komplek. Berjalan bergandengan, diam dan terus berjalan tanpa tujuan.
“hai, Ag?” seseorang menyapa Agni. Seseorang yang Agni kenal siapa. “hai, Ray?” orang itu lanjut menyapa Ray yang ada di sebelahnya.
Agni membalik badannya dan benar dugaannya. Itu Alvin dengan gadis sipit yang kemarin-kemarin bersamanya. Agni hanya sekedar tersenyum membalas sapaan Alvin.
Nggak munafik, dia nggak suka ngeliat Alvin sama cewek lain.
“kita pergi dulu!” Ray menarik Agni menjauh dari Alvin dan Via, gadis sipit itu.
Ray takut dengan ketakutan terbesarnya. Nggak munafik, dia takut Agni kembali pada Alvin.
Cinta sejati? Apa artinya yang sebenarnya?
***
Nggak suka ngeliat Alvin dekat-dekat Via! Gue benci ngeliat Alvin mencurahkan kasih sayangnya sama Via, gue benci! Gue benci! Gue nggak terima! Tapi apa bisa?
Nggak munafik, Agni ingin Alvin kembali padanya.
Cinta sejati? Cinta yang melakukan apa saja agar kekasihnya bahagia, biar pun bukan bersamanya.
Munafik! Cinta sejati yang seperti itu munafik!
Apa pantas di bilang cinta sejati, jika harus melukai diri sendiri. Bohong! Semua bohong! Munafik! Hanya orang-orang bodoh dan munafik yang percaya cinta seperti itu.
Berhenti munafik!
Nggak kuat dengan keadaan yang telah berbalik menyalahkannya. Agni membulatkan tekatnya mendatangi Alvin dan mengeluarkan semua aspirasinya atas hatinya. Tentang semua kebenaran yang dia tutupi dengan kemunafikannya.
“gue nggak suka ngeliat Lo dekat-dekat sama dia!”
Alvin terperangah. Agni sungguh-sungguh mengutarakan maksud hatinya. Di depan Alvin dan Via.
Senyum tipis terlukis diwajah Alvin. Agni telah berhenti menjadi orang munafik. Alvin berdiri dan berbisik pada Via. Entah apa, Via hanya mengangguk dan tersenyum pada Agni kemudian pergi.
Ini yang di tunggu Alvin sebenarnya. Agni kembali padanya atas dasar penghapusan kemunafikannya sendiri. Berhenti menjadi orang munafik yang menjunjung tinggi cinta sejati dalam arti bodoh!
Berhenti munafik!
“Agni?” panggil Ray lirih.
Agni lupa dia punya Ray! Ray menatap Agni lesu. Nggak munafik, semua menyakitkan baginya. Agni mulai menjauh perlahan.
Agni bungkam. Kemunafikan memang bodoh!
“dia cinta sama gue, dan nggak pernah cinta sama Lo!” Alvin berbicara tajam pada Ray. Rasanya seperti mematenkan bahwa Agni hanya miliknya seorang.
Ray menatap Alvin sinis dan beralih pada Agni yang menundukan kepalanya. Butuh penjelasan yang sejelas-jelasnya. Kenapa?
Alvin mendekati Agni dan memeluknya dari belakang. Menyenderkan kepalanya dibahu Agni. “berhenti munafik!” bisik Alvin lembut.
Agni menengadah. Di urainya pelukan Alvin dan di tatapnya Alvin tepat di manik matanya. “berhenti munafik?” tanya Agni meyakinkan.
Alvin mengangguk mengiyakan. Entah apa arti munafik bagi Alvin-Agni sebenarnya. Ray merasa kecil di antara keduanya. Dia akan segera tersingkir dari sini.
“gue masih sayang sama Lo, Ray!” kata Agni kemudian.
Alvin tersentak. Apa-apaan ini?! “Ag?...”
“gue berhenti munafik, Vin! Gue cinta Lo, tapi juga sayang sama Ray!”
“bukan ini yang gue maksud!”
“semua berjalan sesuai alur ceritanya, bukan sesuai maksud!” Agni entah menjelaskan apa dan sekarang menggandeng tangan Alvin mendekati Ray. “sekarang Lo berdua yang berhenti munafik! Berhenti bilang Lo bahagia kalo cewek yang Lo sayang bahagia sama orang lain! Itu pernyataan paling bodoh yang pernah ada!”
Agni melepas gandengannya pada Alvin dan meninggalkan Alvin dengan Ray. “berhenti munafik!” Agni berteriak kemudian.
Munafik! Agni sudah berhenti munafik!
“gue cinta sama Agni!” kata Ray tegas sepeninggal Agni. Matanya menusuk kearah Alvin.
Alvin terkekeh. “tapi Agni milik gue!” balas Alvin.
“BERHENTI MUNAFIK!!!”
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar