Senin, 29 Agustus 2011

My RIVAL #2

“ibu cape tau tidak mengurus kalian berlima! Sebagai wali kelas kalian Ibu merasa nggak pantas sebagai guru! Kalian itu susah di atur, banyak tingkah, dan selaluu bikin masalah!!”

Seorang guru memarahi kelima muridnya yang duduk terpaku dihadapannya. Sudah tidak kuat dengan kelakuan lima anak didiknya yang selalu bertingkah di dalam maupun luar sekolah! Hampir tiga periode menjadi wali kelas, belum pernah ketemu murid yang selalu bermasalah seperti kelimanya ini.


“kalo gitu berhenti aja jadi guru,” desis Agni sambil sok-sok an merapikan rambutnya.

“apa kamu bilang, Agni?”

“eh! saya nggak bilang apa-apa kok, Bu!”

Bu Ira, mungkin sudah puluhan obat pil sakit kepala yang harus di telannya karena memikirkan kelima anak didiknya ini. Memang kelimanya memiliki kelebihan di bidangnya masing-masing. Hanya saja mereka juga memiliki kekurangan yang lebih menonjol dari pada kelebihan mereka.

Rio misalnya, murid yang satu ini dapat dikatakan sebagai idola. Memiliki kecerdasan yang setara dengan Iyel juga memiliki prestasi di bidang olah raga yang menyamai Agni. Hanya saja anak didiknya yang satu ini susah bersosialisasi. Entah apa penyebabnya, yang pasti Rio terlalu cuek dengan sekitarnya.

Lanjut ke  Iyel. Murid juara umum di sekolah ini, sangat  berbeda atau tepatnya hanya sedikit berbeda. Nggak ada masalah sebenarnya dengan Iyel. Hanya saja kadang ada perkataannya juga sikap yang tidak bisa di terima temannya dan itu memunculkan konflik untuk dirinya sendiri!

Via, Bu Ira menarik nafas panjang jika mendengar keluhan para guru lain tentang Via. Selau tiduur tanpa terkecuali. Sangat susah jika ingin membuat Via nggak tidur beberapa menit saja saat pelajaran. Lepas pandangan sedikit saja dari Via, saat kembali menghadapnya pasti anak satu itu sudah terlelap kealam mimpinya.

Lain lagi dengan  Agni, seperti yang sudah di bilang. Agni memiliki kelebihannya di bidang non akademik. Segala jenis bidang olahraga dan bela diri dia kuasai. Tetapi, gadis yang satu ini menggunakan keahliannya untuk hal yang tidak baik. Selalu membuat onar, berkelahi  dan semacamnya! Tapi seenggaknya, itu lah yang membuat sekolahnya ini terkenal dikalangan sekolah lain.

Lalu Lintar! Yang satu ini yang paling susah di atur. Keterlambatannya bisa dikatakan seperti penyakit. Penyakit yang tidak dapat di sembuhkan seperti halnya Via dan tidurnya. Akibat Lintar yang selalu terlambat, dia selalu ketinggalan sedikit pelajaran. Hanya sedikit tapi, hhh! Lintar ini paling lambat mengerti!

“Bu! Saya kok di panggil juga? Saya kan nggak ngapa-ngapain!” protes Iyel tegas. Ngotot menyatakan dirinya tidak bersalah! Dengan baju yang basah Iyel tegas menyatakan kalo dirinya korban disini.

“nggak salah apanya? Jelas-jelas sebab kita semua di sini itu gara-gara Lo!” sahut Agni jengkel. Masih belum puas sehabis ngenyiram Iyel. Kalo muka Iyel lebam-lebam, baru Agni puas.

“sudah~~” lerai Rio tenang.

“heh! Gimana bisa salah gue? Lo kan yang mulai? Lo mau ngehajar Lintar tadi! Lo nggak inget?”

“gue nggak mau ngehajar dia! Gue Cuma ngasi dia peringatan!” balas Agni nggak terima.

“sudaaaahhh…...,” lerai Rio lagi, yang spesifik keberadaannya ada di tengah-tengah Agni-Iyel.

“halah, buru ada Ibunya aja Lo nggak mau ngaku! Pengecut Lo!” remeh Iyel tanpa perasaan juga tanpa kepeduliannya terhadap seorang guru yang ada ditengah-tengah mereka.

Agni membuncah, darahnya naik sudah keujung kepala! Tanpa peduli Bu Ira di hadapannya, Agni berdiri menggebrak meja dan menatap tajam Iyel disebelah sana. “kalo Lo yakin diri Lo laki-laki, gue tunggu Lo di gerbang belakang sepulang sekolah!” tantang Agni.

Iyel tersenyum remeh kemudian menggeleng mengejek. “gue nggak level ngelawan orang kayak Lo! gue lebih suka pake otak dari pada otot!”

Kepalan tangan Agni hampir saja mengenai wajah Iyel, kalo nggak cepat-cepat di tahan Rio yang ada di sebelah Agni. Bu Ira hanya bisa memandang pasrah tanpa mencegah. Udah cape! Dari pada ntar tambah cape plus pening. Mending bungkam dan biarkan mereka menyelesaikannya sendiri.

“gue peringatkan Lo tuan Gabriel!” geram Agni. Siap meledak!

“Ag-Ag, tulungin gue!” Lintar yang sedari tadi diam buka suara sambil menarik-narik baju seragam Agni yang keluar. Agni nggak mempedulikannya. Kasar Agni malah menepis tangan Lintar kemudian beralih lagi pada Iyel.

“bilang aja Lo nggak berani ngelawan gue. Lo yang pengecut! Cowok pengecut!” Agni tersenyum miring memandang Iyel. Bagi Agni, Iyel memang pengecut! Bukan cowok namanya kalo Cuma mau berkutat dengan buku! Terlebih buku pelajaran!!

“yang Lo tau Cuma buku-buku Lo itu! sama otak Lo juga. Itu sebabnya Lo pengecut! Lo Cuma berani sama buku! Hhh! Begitu aja kok susah ngomongnya!” cibir Agni sambil kembali duduk di bangkunya. Setiap perkataannya berniat  memancing emosi Iyel. Entahlah terpancing apa nggak.

“Ag… tolong dong!” Lintar lagi-lagi menarik baju Agni.

“gue bukan pengecut!” Iyel menekankan disetiap katanya. Mulai terpancing.

“oh ya?” Agni menepis lagi tangan Lintar. “kalo gitu tunjukin, nih pipi gue Lo tonjok tepat disini kalo Lo berani!” Agni kembali berdiri dan menujuk pipinya pada Iyel, mempersilahkannya.

Iyel ikut berdiri. Dengan tangan terkepal kuat-kuat Iyel berusaha meredam emosinya. Biar kata luarnya cowok! Tapi dalamnya cewek, Yel! Iyel menyuarakannya dalam hati.

“kenapa? Lo takut?” tanya Agni mengejek.

“Agni! Tolong gue! Rio! Tolong gue! Iyel! Tolong gue!” Lintar kembali bersuara dan meminta tolong ketiga orang yang disebutkan. “siapa pun tolongin gue!!” seru Lintar, nggak menganggap Bu Ira.

“Lo pikir gue takut sama Lo? haha, otak Lo kecil kalo Lo pikir gue takut sama Lo!” balas Iyel sambil terus-terusan menahan emosinya. Lagi-lagi Lintar terabaikan!

“Lo…” Agni menunjuk Iyel penuh dendam. Mentang-mentang pintar, dari tadi omongannya bawa-bawa otak mulu. Sial!

Bu Ira menghela nafas panjang dan dalam. Ini cobaan paling berat baginya saat menjadi wali kelas kelima anak ini. “ehem~” Bu Ira berdehem terlebih dulu untuk membuat kelimanya sadar bahwa dirinya masih hidup.

“Gabriel, tolong bantu Lintar dan bangunkan Via.” Titah Bu Ira pada Iyel yang duduk santai setelah sedikit menyinggung Agni. Iyel mengangguk, berdiri dan menghampiri Via yang ternyata tidur dibahu Lintar. Itu alasannya Lintar sedari tadi ngejerit minta tulung.

Iyel tiba disebelah Via dan segera menggoyang bahunya kencang biar cepat bangun. Pengaruh ‘Ribut-Dengan-Agni-Tadi’ masih mengganggu mood Iyel hari ini dan karenanya tidak segan-seganlah Iyel untuk menampar kecil pipi chubi Via yang tertidur berkali-kali.

“Yel-Yel, Via cewek Yel!” Lintar mengingatkan dengan pandangan khawatir.

“aahh~~ Sakitt~~!” Via menjerit saat tamparan Iyel mulai mengganggu mimpinya. “gue ngantuk nih!” Via menjerit lagi dan mengubah posisi tidurnya jadi menyenderkan wajahnya pada bahu Lintar, tepatnya menyembunyikan wajahnya dibahu Lintar.

“Vi… bangun!” Iyel terdengar menggeram tidak sabar. “Vi…!”

“ribut ah~~!” Via mendesis dan Iyel terhuyung jatuh duduk kebelakang dan suara ketawa Agni membahana keseluruh penjuru ruang Guru.

Iyel bangkit berdiri sambil memegang pipinya yang merah, Via tadi menamparnya, menampar pipinya, sampe terjatuh dan ditertawakan Agni. Turun sudah harkat dan martabatnya sebagai lelaki!

“saya nyerah, Bu!” kata Iyel kemudian kembali ketempat duduknya disebelah Rio.

Bu Ira menghela nafas lagi, kali ini yang berat. Serasa udara itu tercipta dari batu dan tanah liat. “ya sudah, biar saja!” ujarnya pasrah. “Agni, tolong berhenti ketawanya ya?” kata Bu Ira memohon.

Agni mengangguk tapi masih dengan terkekeh pelan dan air mata yang menggenang dipelupuk matanya. Iyel yang ditampar Via itu sungguh sangat menggelikan dimatanya. Sang Mr. Perfect tertampar Ms. Sleepy. Judul yang bagus buat Agni usulkan ke bulletin sekolah.

“kenapa Ibu mengumpulkan kami disini?” Rio bertanya ke inti permasalahan di hari itu. Dingin dan cuek seperti biasa.

Menghela nafas lagi. “Ibu ingin kalian mewakili sekolah kita untuk mengikuti perlombaan antar sekolah yang dilakukan sebulan…”

“saya nggak mau, Bu!” sebelum Bu Ira selesai, Agni terlebih dahulu mencela dengan melipat tangan didepan dada. “saya nggak mau kalo orang yang sok pintar paling pojok sebelah sana ikut!”

“heh! Gue juga nggak mau…”

“Cukup!! Kalian berlima, tak peduli suka atau tidak tetap akan mengikuti perlombaan itu. berlima dan berkerjasama! Harus menang disetiap bidang perlombaan dan Ibu tidak mau mendengar diantara kalian ada yang ribut lagi! Mengerti??”

Rio, Iyel, Agni, Lintar minus Via membelalakan mata kaget mereka berjamaah. Itu kalimat terpanjang pertama yang mereka dapat setelah sekian lama menjadi penggunjung tetap ruang Guru yang tepatnya meja Bu Ira.

“akan kami coba, Bu!” Rio menjawab dengan perkataan dan yang lain mendukung dengan anggukan.

“kalau begitu, kalian boleh pergi. Persiapan lomba dimulai senin depan. Kalian harus siap! Dan ingat, tak ada lagi keributan.” Kalimat terakhir Bu Ira dibuatkan khusus untuk Agni dan Iyel.

“dan kalau begitu juga Ibu, saya permisi!” Iyel beranjak pamit dan melenggang pergi. Salah satu perlakuan terang-terangannya kalo dia nggak setuju keputusan Bu Ira.

“permisi, Bu!” Agni menyusul sambil menyunggingkan senyum miring.

Dua orang sudah pergi dan tinggalah tiga. Rio memandang Lintar yang masih duduk disebelah Via. Berniat menolong tapi bingung bagaimana caranya. Rio mengangguk sopan pada Bu Ira kemudian beranjak pergi. Lintar dan Via? Selama bukan tentang dirinya buat apa dia pikirkan?

“ah! Nggak pengertian banget sih? Tolongin dulu kenapa?” Lintar ngedumel dan mulai menepuk-nepuk kepala Via. “Viiiaaa, bangun doong!!” Via tetap diam.

“Ibu, bantuin saya dong.” Pinta Lintar, baru sadar kalo dari tadi ada Bu Ira yang menontonnya.

“hhh~~” Bu Ira menghela nafas lagi. Semoga yang dilakukannya kali ini nggak salah. Karena menjadi wali kelas dari kelima anak didiknya ini adalah kesalahan terbesarnya saat ini.

***

1 komentar:

  1. Caesars Casino and Hotel - DMC
    Caesars 울산광역 출장샵 Entertainment's first online gambling site, now 성남 출장마사지 under 안산 출장안마 the brand new CaesarsCasino.com brand, is Caesars Casino 삼척 출장안마 Resort Hotel, a resort casino, and 제주 출장마사지 a

    BalasHapus