Rintik hujan membasahi dunia saat ini. Murid-murid IG yang sedang berolahraga pun terpaksa menghentikan kegiatan mereka yang sedang bermain voli dan berteduh di koridor kelas.
“kantik yuk, haus gue!” ajak seorang cewek kepada semua temannya.
Tanpa basa-basi lagi mereka semua bergerombol menuju kantin yang terletak diantara IG dan IB school. IG adalah sekolah yang khusus yang diperuntukan untuk anak perempuan. Sekolah 3 tingkat sesuai kelas dengan 6 ruang kelas dimasing-masing tingkatnya. Setiap kelas di isi oleh 20 siswi dan 1 diantaranya bertugas sebagai ketua yang bertanggung jawab atas teman-temannya.
“hai, Shill? Nggak olahraga lo?” Tanya Zeva ketua kelas tingkat 2D pada Shilla ketua kelas tingkat 2C.
Shilla menatap Zeva jengkel dan tak mengubris pertanyaan Zeva itu. Sudah tahu hujan, masa gue masih mau olahraga aja? Dasar cewek sarap! Batin Shilla kesal. Shilla memang tidak terlalu suka dengan Zeva, selain bisa dibilang tukang gosip, Zeva juga tipe cewek yang suka cari perhatian.
“Ibu! Es jeruknya 1,” teriak Shilla dari depan meja kantin. Nggak peduli suasana di IB area sebenarnya sangat ramai. Riuh suara di IB area yang sudah dapat dipastikan sedang membicarakan Shilla yang sedang menunggu minumannya didepan meja kantin.
Suara bel tanda istirahat dari IB dan IG School saling bersautan. Kantin yang awalnya lengang sekarang sudah dipenuhi anak-anak yang ingin mencari makan. Pesanan Shilla telah datang, dia segera pergi mencari meja.
“Shilla!!” Seorang cewek imut berlari menghampiri Shilla dan duduk disampingnya. Shilla memandang cewek itu binggung, sampe akhirnya berteriak histeris.
“Via!!” Shilla memeluk Via yang ada disebelahnya dengan erat. Suara riuh kembali terdengar di IB area, grasak-grusuk pun kembali terjadi membicarakan Shilla dan Via yang sedang berpelukan didepan umum.
Via adalah ketua kelas tingkat 2B, sahabat Shilla. Terkadang Shilla binggung, kenapa sahabatnya yang satu ini bisa menjadi ketua kelas. Sifat Via yang lemah lembut dan terkadang lemot membuat Shilla tercenggang saat Via bilang dia terpilih sebagai ketua tingkat 2B.
“woi!!” Agni datang dan mengebrak meja. Shilla dan Via kaget dan melepas pelukan mereka. Agni adalah ketua tingkat 2F, kelas yang terkenal atas semua prestasi di bidang olahraga tapi jangan salah, di bidang akademik pun mereka bisa, hanya saja tidak sepandai tingkat 2A, 2B, 2C, 2D dan 2E.
“apaan sih, Ag?” Tanya Via dengan menampilkan tampang kesalnya yang menurut Agni sangat lucu. Agni tertawa lalu duduk di bangku kosong di depan Shilla.
“noh!” Agni menunjuk cowok-cowok IB yang sedang bergosip ria sambil sesekali melirik ke arah meja mereka. Shilla sudah siap membela Via, tapi Ify datang dan mendahuluinya.
“stop! Ntar kalo lo pada ribut, keenakan anak IB dapat tontonan gratis.” Ucapnya sambil menaruh nampan berisi 1 mangkok bakso, 1 gelas es jeruk dan 3 bungkus yupi diatas meja dan duduk didepan Via. Shilla, Via dan Agni cengo. Bukan karena 1 mangkok bakso dan 1 gelas es jeruk, tapi lebih kepada 3 bungkus yupi yang Ify bawa. Ify adalah ketua tingkat 2A, kelas paling lebih di bidang akademik. Ify juga ketua OSIS di IG, dengan Via sebagai wakil dan Shilla sebagai bendahara.
“kelaperan lo?” Tanya Agni sambil meraih gelas es jeruk Ify dan meminumnya hingga setengah. Ify diam saja melihat tingkah Agni. Sudah biasa baginya.
“dari semalam gue belum makan,” jawab Ify sekenanya. Sesaat mereka sudah tenggelam dalam kegiatan masing-masing. Shilla dan Via yang sedang bercerita satu sama lain, Ify yang sedang makan dan Agni yang sibuk mencomot makanan Ify.
“Kak Ify, kakak dipanggil Bu Ira disuruh ke ruangannya. Kak Via, kak Shilla sama kak Agni juga.” Lapor Keke adik kelas mereka.
“gue juga?” Tanya Agni ragu dengan menunjuk dirinya sendiri. Keke mengangguk sebagai jawaban. Sejak kapan gue masuk OSIS? Kok ikutan dipanggil? Batin Agni.
“ya udah, Ke. Ntar kita-kita ke ruang Bu Ira. Thanks ya!” sahut Ify kemudian. Keke pamit dan melenggang pergi meninggalkan kantin.
***
Tok…tok…tok… Ify mengetuk pintu rungan Bu Ira.
“iya masuk!”
Ify, Via masuk disusul Shilla, Agni dibelakangnya. “Ibu manggil kita?” tanya Ify.
“iya-iya, ayo duduk!” Bu Ira mempersilahkan mereka duduk.
Mereka berempat masuk kedalam ruangan Bu Ira yang kelihatan berantakan. Berkas-berkas berhamburan diatas meja dan lembaran-lembaran bertebaran dibawah lantai. Pasti disuruh beres-beres! Batin mereka.
“Ibu mau tanya pendapat kalian,”
“Eh! Pendapat Bu?” tanya Agni meyakinkan.
“iya, pendapat kalian! Makanya duduk dulu.” Ternyata Ify dan yang lain masih berdiri saking asiknya memperhatikan ruangan Bu Ira.
“eh iya, Bu!” Shilla duduk duluan di susul Agni, Ify dan Via.
“ pendapat apa, Bu?” tanya Ify langsung.
Ibu Ira menghela nafas panjang. “sekolah kita akan kedatangan tamu besar bulan depan. Orang yang paling berperan serta dalam perkembangan IG dan IB.”
“IB, Bu?” Via meyakinkan apa yang didengarnya. Ibu Ira menggangguk.
“jadi maksud ibu apa, manggil kita kesini?” Agni mulai nggak sabar.
“ibu mau untuk sekarang dan sampai tamu besar kita pergi. IB dan IG berdamai dulu!”
“damai?”
“sekarang?”
“kenapa?”
“ada apa, Bu?”
“maksudnya?”
“gimana caranya?”
“harus kah?”
“buat apa, Bu?”
Pertanyaan beruntun keluar dari Ify, Via, Shilla dan Agni. Ibu Ira lagi-lagi menghela nafas berat, susah sepertinya kalo harus menjelaskan dari awal.
“intinya ibu mau kalian sekarang ke IB dan meminta persetujuan untuk berdamai!” tegas Bu Ira.
“tapi kenap…”
“harus!! Sekarang juga kalian ke IB! ibu yakin kalian akan diterima dengan baik disana. IB tentu juga membutuhkan perdamaian ini.”
Ify dkk cengo kemudian gantian Ify dan yang lain yang menghela nafas. Kaget sama binggung jadi satu dan menghasilkan tanda tanya besar. “okelah, Bu!” sahut Shilla mewakili yang lain.
“tapi, Bu! Saya kan nggak ada urusan di OSIS kok saya ikutan ke IB?” Agni berusaha mengelak. Ify, Via dan Shilla langsung mendelik ke Agni. “lah? Iya kan gue nggak ada urusan?” Agni masih berusaha ngeles. Dia kan bukan anggota inti OSIS kayak Ify, Via sama Shilla. Kok ikutan juga?
“semuanya pergi! Sekarang!!” usir Bu Ira keras.
Dengan gontai Ify, Via, Shilla dan Agni keluar dari ruangan Bu Ira. Keempatnya lemas seakan belum makan seminggu setelah diluar. Lebih-lebih Agni, dia yang paling lemas buat pergi ke IB.
“gue nggak ikut yah? Pliss!” rengek Agni.
“nggak!!”
“ayolah,”
“harus ikut!”
“kasihani gue!” pinta Agni melas.
“emang kenapa sih? Lo sampe segitunya?” tanya Ify binggung.
Agni menghentikan langkahnya. Dia memandang Ify penuh harap. “panjang ceritanya,”
“gue dengerin! Cepet cerita!” perintah Ify.
“Fy-Fy!” Via menoel-noel bahu Ify. Ify nggak mengubris panggilan Via. “Ify!”
“apa sih, Via?”
“ituu,” Via nunjuk Shilla yang lagi bengong sendiri.
“ini anak kenapa lagi?” Ify melambai-lambaikan tangannya didepan muka Shilla.
“mampus gue!!” pekik Shilla histeris. Ify terlonjak kaget. “mati gue, Ag! Lo sih, coba jangan cari gara-gara!” Shilla mendekat dan mengoyang-goyangkan badan Agni kuat.
“apaan sih?” Via binggung.
“pokoknya gue nggak mau ikut!” seru Shilla.
“gue apalagi!!” timpal Agni.
***
“lo bawa Shilla aja deh, Fy! Muka gue paling di inget nih! Pasti ntar mereka bakal ngebales gue! Gue sama aja bunuh diri kalo masuk ke IB.”
“nggak peduli!!”
“loh, Ag! Kok lo malah nyerahin gue sih? Kan lo yang bikin ribut. Gue Cuma ketiban sialnya sekarang!” sewot Shilla.
Ify sudah mendengar kisah yang lalu-lalu dari Agni-Shilla. Parah memang! Tapi Ify nggak mau tau. Dia tetap nyeret Agni buat ikut ke IB. Shilla juga mau nggak mau harus ngikut.
Mereka pergi ke IB saat bel tanda belajar dimulai. Jadi mungkin yang melihat mereka datang hanya sedikit. Ify nggak mau ambil resiko buat jadi artis dadakan yang langsung di sorakin pas masuk ke halaman IB. juga buat ngurangi resiko kalo-kalo ada anak IB yang mau balas dendam sama Agni-Shilla.
“yang mana ruang kepseknya?” bisik Ify pada Via. Via mengedikan bahunya tanda nggak tau.
“itu kali!” Shilla menunjuk sebuah pintu yang berbeda warna dari pintu-pintu yang lain.
“ayo!” Ify menarik tangan Agni mendekat ke pintu itu. “ketok!!” perintah Ify.
“kok gue? Via aja!”
“ketok!!”
Agni mengganguk pasrah. Tok…tok…tok… Agni mengetuk pintu itu. Terdengar suara dari dalam sedang membukakan kunci pintu, sampai akhirnya pintu terbuka.
“lo!! ngapain lo disini?!” Cakka menyambut sengit kedatangan Agni dan menatap tajam Ify, Shilla, Via yang ada dibelakang Agni.
“wooy! Nyantai aja kale!! Gue kesini mau ketemu kepsek lo!” nyolot Agni kembali kumat.
“kenapa, Kka?” Iyel datang menanyai Cakka.
“nih! Cewek-cewek nggak tau malu mau ketemu Pak Duta!”
“heh jelek! Siapa yang lo bilang nggak tau malu?” tanya Ify sengit.
“heh! Siapa yang lo bilang jelek?”
“ya elo yang jelek!”
“elo nggak tau malu!”
Ify-Cakka saling menghujat, Iyel ngecoba buat nengahin, Shilla benggong ngeliatin Iyel, Via binggung mau ngapain dan Agni diam menonton semuanya.
“ada apa nih?” Rio datang di ikuti Alvin.
“tuh, cowok jelek sama cewek nggak tau malu lagi berantem.” Jawab Agni asal. Ify-Cakka menghentikan acara mereka dan menatap Agni geram.
“maksud lo?!” keduanya bersamaan kemudian lanjut saling menghujat.
“terus itu?” Rio menunjuk Shilla yang masih benggong ngeliatin Iyel.
“kesurupan,” Agni berlalu meninggalkan semuanya.
“Agni ikut!” Via mengejar dan menyusul Agni.
***
“setuju nggak?”
Ify memastikan persetujuan damai sementara antara IB dan IG. Mereka sedang berada diruang OSIS IB sekarang. Ternyata ruangan yang tadi Shilla sangka ruang kepsek adalah ruang OSIS dan kebetulan kepsek IB lagi nggak ada ditempat jadi diskusi sama anggota OSISnya aja. Dari pihak IB terlihat sedang membicarakan penawaran dari IG.
“terima aja, kan Pak Duta juga ada rencana mau damai sementara.” Usul Iyel.
“tapi kita kasih syarat dulu, boleh dong?” Cakka berinisiatif.
“lo mau ngapain, Kka? tanya Rio penasaran. Cakka tersenyum sok misterius.
“menurut lo, Vin?” tanya Iyel pada Alvin.
“gue terserah,”
Cakka langsung bangkit berdiri dan mendatangi perwakilan IG. “Kita bakal setuju dengan acara damai ini, tapi dengan syarat.” Cakka tersenyum miring. “lo semua harus nurutin apa mau kita, sekarang dan selama tamu itu masih ada disekolah! Gimana?”
“aa…”
“Apa!!” pekik Shilla paling nyaring.
“nggak bisa gitu!”
“IB kan juga butuh perjanjian ini?” Via membantah persyarat Cakka.
“siapa bilang IB butuh?” Iyel mulai ikut bermain dalam permainan yang dibuat Cakka.
“IB dan IG berhubungan, jelas IB butuh perjanjian ini!” jelas Via.
“kalo IB dan IG berhubungan kenapa? Selama IG butuh, belum tentu IB juga butuh!” Alvin menimpali.
“ya sudah kalo nggak butuh! Ayo pergi!” Agni emosi dan langsung narik tangan Shilla, Via keluar dari ruangan itu. “ayo, Fy!” ajaknya pada Ify yang masih mematung di sana.
“nggak bisa, Ag!” perkataan Ify menghentikan langkah Agni. “oke! Kita bakal turutin semua mau lo, sekarang dan selama tamu-tamu itu masih ada disekolah!” tegas Ify.
“kok?”
“oke kalo gitu, silahkan pilih siapa yang mau kalian turuti.” Sambung Iyel.
Ify, Shilla, Via dan Agni menatap bergantian cowok-cowok yang ada dihadapan mereka. Males banget dah! Tampang boleh oke tapi perilakunya nggak sesuai sama tampang. Detik demi detik berlalu menjadi menit. Dan… ting!!
“gue mau dia!” ucap Ify, Shilla, Via, Agni bersamaan.
Mereka masing-masing menunjuk kesatu orang dan yang beruntung di tunjuk mereka adalah… Alvin?!
“eh! Satu-satu! Masa Cuma mau sama Alvin doang?” cegah Rio.
“yeee! Suka-suka kita dong!” sahut Shilla sewot.
Agni menoel-noel bahu Shilla. “kenapa lo kagak nunjuk Iyel?” bisik Agni.
Shilla melotot ke Agni lalu cengengesan. “malu!”
Melihat bisik-bisik Shilla-Agni dan diam-diaman Via-Ify. Cakka juga mulai berdiskusi dengan teman-temannya.
“lo pada mau yang mana?” tanya Cakka.
“gue yang pendiem itu!” Rio menunjuk kearah Via.
“oke-oke! Kalo lo, Yel?”
“gue yang suka benggong aja!” Iyel menunjuk Shilla.
“oke kalo gitu gue…”
“gue yang tomboy itu!” potong Alvin tiba-tiba.
“nggak-nggak gue yang itu! Gue mau balas dendam sama tuh cewek atas perbuatannya ke Ray!”
“nggak mau tau!” tolak Alvin mentah-mentah.
“aelah, Vin! Tumben lo nggak jawab terserah?” sambung Iyel.
“terserah gue!” balas Alvin cuek.
“ya udah lah!” Rio menengahi. “heh! Cewek-cewek! Kita-kita sudah mutuskan. Lo sama Iyel!” tunjuk Rio pada Shilla.
“gue?” Shilla masih nggak percaya. Beruntung banget gue bisa sama Iyel!! Histeria batin Shilla.
“iya, lo sama Iyel! Dan lo sama Alvin!” sekarang Rio nunjuk Agni.
Agni manggut-manggut. Lega rasanya dapat cowok yang nggak banyak cing-cong kayak Alvin.
“lo sama gue!” Rio tersenyum manis pada Via. Via membalas senyuman Rio, tapi senyum pait.
“dan lo sama Cakk…”
“ogah gue sama tukang becak!” potong Ify.
“heh! Lo pikir gue mau sama lo?!” sahut Cakka sengit.
“pikir aja sendiri! Jelek!”
“lo yang jelek!” balas Cakka.
“jelekan lo!”
“lo apa lagi!”
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar